BAB 25KECEWA

1.1K 59 0
                                    

Setelah keluar dari kamar mandi, aku kembali ke meja makan. Melanjutkan makan pagi yang sempat tertunda. Karna, ulahku sendiri. Sesampainya, di taman. Aku tidak melihat Adam, Maria, Berlian kumpul bersama. Meja yang tadinya, ramai kini telah kosong. Kini meja itu sedang dibersihkan oleh pelayanan. Saat aku sedang menyuapkan sepotong roti ke mulut. Mataku, tak sengaja. Melihat Berlian mengendap-endap ke arah belakang taman. Aku melirik sekitarku, tidak ada orang yang melihat Berlian kecuali aku. Bahkan, pelayan yang sedang membersihkan meja yang dekat dengan posisi Berlian menngendap-endap. Tidak menyadari tingkah Berlian.

Lantas, aku menghentikan aksi makanku. Meminta pelayan segera membersihkan meja makanku. Aku berjalan cepat, menyusul Berlian yang hampir hilang dari pandanganku.

Kulihat, Berlian membawa sesuatu pada tangannya. Berlian melihat sekitarnya, segera aku bersembunyi. Tapi, masih dapat aku pantau. Merasa amanl, Berlian masuk ke sebuah ruangan kecil. Aku tidak tahu ruangan apa itu. Tapi, aku penasaran. Apa yang akan dilakukan Berlian dalam ruangan itu.

Aku sampai ke ruangan itu, dan mengintip dari celah-celah. Aku melihat Berlian sedang bersama seorang pria. Aku tidak kenal. Siapa pria itu. Aku berpikir Berlian selingkuh dari Christian atau bisa jadi sosok pria itu adalah Christian. Soalnya, pria tersebut membelakangi aku.

Aku mulai takut melihat Berlian saat dia mengangkat tangannya. Oh, tidak. itu tidak boleh terjadi. Tak akan ku biarkan. Berlian kehilangan harta berharganya. Aku pun segera masuk dan berteriak "Jangan". Mereka kaget, Christian dan Berlian. Tapi, yang paling kaget dalam ruangan ini adalah aku. Ternyata, aku telah salah paham. Aku pikir Berlian akan menyerahkan mahkotanya. Nyatanya, Berlian sedang menghias patung yang bergambarkan wajah Adam. Akibatnya, baju Berlian kotor karna tertumpah warna cat yang disebabkan oleh teriakkanku. Aku amat merasa bersalah pada mereka berdua. Aku mengacaukan rencana mereka dan aku juga sempat berpikir tidak-tidak. Padahal, Christian berada jauh dari posisinya yang sedang menghias patung bergambarkan wajah Maria.

Aku meminta maaf pada mereka. Christian mau memaafkanku. Kecuali, Berlian yang masih marah kepadaku. Gara-gara aku karyanya belum jadi, sebagai kado pernikahan daddy dan mommynya. Aku terus meminta maaf sampai Berlian mau memaafkanku. Aku pun mengikuti Berlian sampai ke kamarnya yang berada di lantai dua. Tidak ada orang yang melihatku ke lantai dua. Aku bersyukur akan hal itu. Hingga aku masuk ke kamar Berlian dan menunggu dia selesai mandi.

Aku memperhatikan isi kamar Berlian. Feminis, sesuai dengan orangnya. Cantik dan anggun. Di kamarnya, terdapat foto besar dirinya. Dia kelihatan model terkenal.

Lalu, mataku tak sengaja menoleh ke arah balkon kamar Berlian. Aku dapat memandang halaman mansion. Aku berjalan ke arah balkon. Memandang lebih dekat. Berada di balkon seperti saat ini. Aku merindukan, apertemenku yang sudah lama aku tinggalkan. Biasanya, setiap pagi dan sore aku berdiri satu jam untuk memandang kota Jakarta dari atas balkon apertemenku.

Kini, aku dapat berdiri di atas balkon. Walau bukan kamarku. Tapi, cukup menyenangkan bisa berdiri saat ini. Mengingat, bagaimana Bara melarang aku ke lantai atas. Menjaga aku ketat untuk tidak ke atas. Takut, aku melakukan bunuh diri. Aku tahu Bara melakukan itu, takut kehilangan diriku. Jika sewaktu-waktu aku berubah pikiran untuk bunuh diri.

"Kamu senang bisa berdiri sini." Seru Berlian yang sudah selesai mandi dan memperhatikan aku sejak tadi.

"Iya. Cukup senang. Tidak ada yang melarangku."

Berlian tersenyum dan berjalan ke arahku.

"Kamu persis seperti anak kecil, Pita."

Aku tersenyum tipis membalasnya. Tunggu, Berlian tidak dingin kepadaku. Apa dia tidak marah lagi kepadaku.

"Kamu tidak marah lagi?" Berlian geleng kepala.

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang