Aku segera menutup pintu kamar tanpa memperdulikan. Bara dan Mia yang terlihat aneh melihat diriku yang tiba-tiba berteriak. Samar-samar, aku mendengar percakapan mereka dari balik pintu kamarku.
"Apa aku mengatakan hal yang salah, Mia?"
"Tidak, tuan. Sepertinya, ada yang salah dengan nona, Pita."
"Kamu benar, Mia. Pita, aneh setelah pulang dari makam."
"Jangan-jangan, nona Pita kesurupan tuan.."
"Kamu percaya hal-hal seperti itu. Bukannya, kamu sering ke gereja."
"Maaf, tuan. Hanya firasatku saja. Melihat nona Pita seperti orang gila."
Apa!!! Mia menganggap aku gila. Tidak Mia. Aku masih waras. Suara-suara aneh ini yang membuat aku seperti ini.
"Sepertinya, ini salahku. Aku tidak memberi, Pita kebebasan seperti dulu. Di sini, dia tidak memiliki teman."
"Bisa jadi, tuan."
Setelah itu, aku tidak mendengar suara mereka lagi. Untuk memastikan itu. Aku mengintip dari balik pintu. Memang benar, mereka telah pergi.
============================================================
Aku pun keluar kamar. Mencari sosok Mia dan Bara. Aku harus mengatakan, aku tidak gila. Aku tidak ingin mereka salah paham dengan perubahan sikapku. Aku mencari mereka berdua kesana kemari. Hampir seluruh bagian masion timur dan barat, aku telusuri. Tapi, sosok mereka berdua tak juga aku temukan.
Aku pun bertanya kepada salah satu pelayan. Bertanya, kemana Bara dan Mia. Salah satu, pelayan menjawab. Bara telah pergi keluar beberapa menit yang lalu. Berarti, Bara pergi setelah percakapan antara dia dan Mia selesai di depan pintu kamarku. Sedangkan, Mia pergi ke gereja. Kuduga, Mia pergi ke gereja karna menganggap aku kesurupan, seperti perkataannya tadi.
Setelah, mendengar penjelasan salah satu pelayan. Aku pun memutuskan pergi menuju taman mansion. Duduk di ayunan dan memandang taman bunga mawar Bara yang amat cantik.
Di taman, aku tidak sendiri. Ada beberapa pengawal di sekitarku. Memperhatikan setiap gerak-gerikku. Mereka menjadi overprotektif. Apalagi, mereka sejak tadi curiga kepadaku. Saat mencari Bara dan Mia. Di bagian masion timur dan barat. Mereka berpikir, aku sedang mencari tempat yang pas untuk bunuh diri.
Tidak, lagi. Aku tidak akan bunuh diri.
Ingin sekali, mengatakan itu. Tapi, aku urungkan. Aku berpikir mereka tidak akan percaya padaku. Ibarat kata 'Mana Ada Maling Ngaku. Kalo, Ngaku. Penjara Penuh'.
Seperti itulah mereka menilai aku. Apalagi, rekor percobaan bunuh diriku yang cukup hebat di bilang. 5 kali. Eh, 4 kali. Kejadian terakhir, tidak termasuk. Itu unsur tidak kesengajaan.
Meskipun begitu, mereka tidak akan percaya kepadaku. Walau aku sudah menjelaskan. Karna bagi mereka tetap saja. Nyawaku, hampir melayang. Koma selama dua hari.
Jadi, aku memaklumi. Sikap overprotektif para pengawal kepadaku. Aku hanya bisa berkata kepada mereka " maaf dan terima kasih."
Aku bangkit berdiri dari ayunan dan berjalan ke arah tanaman bunga mawar. Saat ini, aku sedang memetik salah satu bunga mawar merah. Bunga kesukaanku. Bunga mawar yang selalu mengingatkanku dengan kedua orangtuaku. Bunga yang selalu menghiasi senyum dan tawaku. Setiap hari penting bagiku. Di waktu mereka masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 PITA
RomanceAku membuka mataku. Menatap sekelilingku. Aku berada di dalam kamarku sendiri. Kamar rapi seperti biasa. Kuraba diriku, pakaianku masih sama dan utuh. Saat aku ingin bangkit berdiri. Aku merasakan sakit di selangkangan. Ku berlari ke kaca dan ku lih...