Aku membuka mataku, disambut cahaya putih yang menyengat. Aku mengkedipkan mataku beberapa kali. Hingga aku dapat melihat dengan jelas. Cahaya putih yang menyengat mataku adalah sebuah lampu. Aku menoleh ke samping memperhatikan di mana aku sekarang. Tubuhku lemas dan sulit di gerakkan. Lalu aku melihat infus yang terpasang di tubuhku. Setelah aku perhatikan seksama aku berada di rumah sakit.
Aku mencoba mengingat, mengapa aku bisa berada di rumah sakit. Family Room, foto, guci yang pecah, darah dan akhirnya aku pingsan dalam pelukan Bara. Aku ingat semua. Aku bersyukur pada Tuhan, aku belum mati. Aku sempat berpikir, sebelum aku tidak sadarkan diri dalam gendongan Bara untuk terakhir kalinya, aku menatap wajah Bara dan ingin menyentuh wajahnya. Tapi, Tuhan berkata lain. Aku masih diberi kesempatan untuk ke sekian kalinya. Jika di totalkan menjadi 5 kali di ambang kematian.
Sungguh hebat kamu, Pita. Bravo.
Entalah, apa ini patut di banggakan atau tidak. Untuk pertama kalinya aku merasa ingin diberi kesempatan untuk hidup. Hidup bersama dia yang telah menyakitiku. Doa yang kuucapkan dalam gendongan Bara yang berusaha menyelamatkanku.
Jika sebelumnya, aku ingin mengakhiri hidupku yang kelam. Aku berpikir berada di dekat Bara dan tinggal bersamanya. Aku akan menderita. Tapi, nyatanya tidak. Bara memperlakukan aku lembut dan penuh perhatian. Bara begitu sabar menghadapi sikap keras kepalaku, rasa benciku padanya dan sikap dinginku padanya. Semua itu dia lakukan karna Bara mencintaiku.
Bodohnya, aku tidak mempercayai itu. Karna rasa benci yang sudah melekat pada diriku dan kejadian di malam pemerkosaan yang masih melekat dalam ingatanku.
Sungguh sulit bagiku untuk menerima ini semua. Aku akui, aku luluh dengan perhatian Bara padaku. Tapi, setiap di dekatnya. Aku selalu trauma dengan pemerkosaanku. Aroma tubuhnya dan senyum itu. Akan selalu mengingatkanku pada malam kehancuranku. Dan aku juga tidak akan bisa melupakan cara Bara membawa aku pergi dari Bali dan tinggal di mansion ini. Aku masih ingat, sosok iblis yang tersenyum senang saat itu.
"Jangan bersedih sayang. Aku tidak suka melihat air matamu jatuh. Kamu harus bisa menerima semua ini. Tito telah menipumu dan tergiur dengan uang yang aku berikan"
Dia yang kembali memperkosa aku sesampainya kami di mansionnya. Saat tubuhku tak berdaya karna obat yang diberikan. Tak peduli melihat tangisanku memohon padanya.
"Jangan. Jangan lakukan itu"
Tapi, sosok iblis itu hanya tersenyum tipis padaku dan melanjutkan aksinya bejatnya padaku. Karna itulah aku ingin mengakhiri hidupku jika harus hidup bersama sosok iblis seperti Bara.
Namun, seiring berjalannya waktu. Sosok iblis itu berubah. Setelah aksi bunuh diri di depan matanya. Bara menjadi lembut dan sabar menghadapi diriku. Di saat dia berubah, di saat itu juga aku berubah kepada Bara. Bersikap dingin dan diam pada Bara sekaligus semua penghuni mansion Bara. Aku selalu menunjukkan kebencian, kemarahan pada Bara. Dengan bersikap seperti itu, Bara akan melepaskanku. Tapi, nyatanya tidak. Bara semakin ingin mempertahanku membuat aku untuk tetap tinggal disisinya dengan sikap perhatian lembut dan kesabarannya menghadapi aku.
Cara itu, ampuh membuat aku sakit. Lebih tepatnya hatiku sakit di saat Bara memohon padaku, menangis di depanku. Membuat aku bingung. Benarkah, dia Bara yang aku kenal selama ini.
Aku merasakan ada pergerakkan di sisi kiriku. Aku melirik seseorang tertidur menunggu aku sadar. Aku menebak itu adalah Bara. Siapa lagi kalo bukan Bara. Aku mengangkat tanganku mengelus rambutnya. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Karna posisi kepalanya tidak menghadap ke arahku. Bara terbangun karna elusan tanganku. Bara mengucek matanya dan melihat aku dengan wajah kagetnya. Segitukah kamu melihatku Bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 PITA
RomanceAku membuka mataku. Menatap sekelilingku. Aku berada di dalam kamarku sendiri. Kamar rapi seperti biasa. Kuraba diriku, pakaianku masih sama dan utuh. Saat aku ingin bangkit berdiri. Aku merasakan sakit di selangkangan. Ku berlari ke kaca dan ku lih...