BAB 23KEJU

1K 55 5
                                    

Pukul 10:00 pagi, aku pergi bersama Berlian. Berlian akan membawa aku ke suatu tempat. Katanya, tempat dimana aku dapat melihat makanan favoritku di buat, yaitu keju. Di kota Edam. Edam adalah sebuah kota kecil yang terletak di kota madya Edam-Volendam, provinsi North Holland, Belanda, tidak jauh dari Den Haag hanya memakan waktu 1 jam 30 menit perjalanan darat menggunakan mobil. Kota Edam terkenal dengan kejunya yang sudah mendunia.

Kata Berlian, di kota Edam, aku dapat melihat bagaimana produksi keju dihasilkan. Selain itu, aku juga dapat menikmati semua jenis keju yang dipasarkan di kota Edam. Mendengar cerita Berlian, aku tertarik dan mau saja. Di ajak keluar walau kami tidak mengenal satu sama lain. Tapi, untungnya aku dapat berbaur dengan cepat dengan orang lain. Seperti saat ini, akrab dengan Berlian yang usianya 3 tahun lebih muda dariku.

Sayangnya, dalam perjalanan ke Edam. Bara tidak ikut. Padahal, aku tidak marah lagi dengan Bara. Alasan Bara tidak ikut, katanya ada hal yang di urus bersama Brayen terkait pesta ulang tahun pernikahaan Adam dan Maria.

Akhirnya, hanya kami berdua pergi ke kota Edam. Tanpa, di kawal oleh pengawal dan di izinkan membawa mobil sendiri.

Anehnya, Bara tidak takut. Membiarkan aku pergi berdua dengan Berlian. Padahal, aku bisa menggunakan kesempatan ini untuk kabur. Jika saja, paspor aku yang pegang dan uang. Karna, aku tidak memiliki uang sama sekali dan paspor. Bara tidak khawatir melepaskanku. Karna dia tahu, aku tidak akan pernah bisa kabur. Apalagi, aku tidak tahu seluk beluk kota-kota di Belanda.

Kami sampai di kota Edam. Berlian memarkirkan mobil di pinggir jalan. Lalu, mengajak aku masuk ke salah satu toko keju yang sedang membuat keju dari awal. Aku bersyukur dapat melihat proses pembuatan keju yang panjang. Ternyata, tidak mudah membuat keju. Di butuhkan keahlian khusus dan waktu yang lama. Setelah, puas melihat proses pembuatannya. Aku dan Berlian membeli selingkar keju menggunakan kartu debit yang diberikan Bara pada Berlian.

Andai saja, kartu debit Bara, aku yang pegang. Maka, aku akan segera pergi dari hidup Bara.

"Kita mampir ke café dulu ya?" ajak Berlian setelah keluar dari toko keju.

Aku mengangguk, kebetulan ada café yang tak jauh dari lokasi toko keju yang baru kami kunjungi.

"Kamu sangat menyukai keju, Pita?" tanya Berlian padaku setelah kami duduk dan memesan dua cappunico.

"Ya, amat menyukainya. Kenapa kamu bertanya?"

"Tidak. Kenapa-napa? Hanya lucu saja melihatmu tadi, saat di toko keju. Tingkahmu seperti anak kecil yang mendapat kado spesial dari orangtuanya." Jelasnya dengan raut wajah bersalah mengatakan aku seperti anak kecil.

"Ya, memang. Tingkahku seperti anak kecil karna keju."

"Maaf"

"Kamu tidak perlu minta maaf. Memang seperti itulah aku."

"Apa yang membuatmu menyukai keju." Tanyanya penasaran dengan mendekatkan dirinya lebih dekat denganku.

Aku ingin sekali tertawa keras melihat raut wajah penasaran Berlian. Wajahnya sangat mengemaskan saat seperti ini.

"Sebaiknya, kita minum dulu." Ucapku setelah pelayan café mengantar dua cappucino ke meja kami.

"Pita..."

Aku tertawa, melihat Berlian gambek. Dia pikir aku langsung menjawab pertanyaannya.

"Ayolah, ceritakan kepadaku. Aku penasaran."

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang