Esok harinya, aku berangkat ke kantor seperti biasanya. Aku berjalan melewati pos satpam dan menyapa mereka. Mereka yang kusapa terkejut melihatku. Aku, akhirnya, menyapa mereka setelah kejadian itu menimpaku.
"Hati-hati, di jalan, Non!"
"Iya, Pak."
Aku juga bersikap seperti ini di kantor. Kembali menyapa para karyawan lainnya. Banyak di antara mereka tercenggang melihat perubahan sikapku dan aku tidak terlalu peduli akan itu. Bagiku, aku ingin memulai hidup baru sebab pelaku pasti tertangkap.
Aku hanya ingin mencoba menjadi lebih baik setelah kejadian kemarin sore di pantai dan juga Tito berhasil menemukan pisau itu. Meskipun aku tidak tahu. Bagaimana Tito dapat melihat pisau tersebut di kolong kulkas?
Aku tidak ada menaruh curiga kepadanya. Sebab aku yakin bukan Tito pelakunya. Postur tubuh mereka berdua berbeda. Yang terpenting bagiku saat ini adalah hasil penyelidikan pisau tersebut. Tito berhasil mengindentifikasi sidik jari pelaku.
"Pagi, Pak Bimo!" sapaku saat dia kebetulan lewat di depanku.
Dia menatapku tersenyum. Apa dia, mungkin, senang melihat aku kembali seperti dulu. Pita yang ramah, baik, dan terkenal cerewet.
"Sudah lama tidak mendengar suara itu." Aku tersenyum malu. "Tetap seperti ini," pintanya.
Aku hanya mengangguk. Pak Bimo pergi dari hadapanku. Saat itu, Mila teman baikku datang menghampiriku. Dia tiba-tiba memelukku dengan raut wajah senang. Aku sempat bingung. Namun, setelah kuperhatikan, Mila senang melihatku kembali ceria.
"Akhirnya, Pita temanku kembali." Aku dapat merasakan dia bahagia melihatku kembali.
"Jangan lebay!" Meskipun kebahagiaan ini tidak sepenuhnya. Aku sedang berusaha mencoba kembali hidup normal lagi.
"Aku serius." Kalau sudah seperti ini, aku tidak bisa membantah. "Pita! Nanti siang, kita berdua wajib makan siang bersama," ajaknya yang tidak bisa kutolak.
Aku mengangguk setuju. Setelah itu, Mila kembali ke meja kerjanya. Pagi itu, aku memulai aktivitasku seperti dulu sebelum kejadian itu menimpaku. Aku mulai banyak bicara, meminta bantuan kepada teman satu tim untuk lebih fokus bekerja dalam menyiapkan iklan terbaru untuk produk baru perusahaan kami. Saat itu, mereka yang melihatku kembali cerewet, hanya bengong dan tercenggang. Mereka seolah tidak percaya melihat diriku saat ini. Sementara aku, tidak memerdulikan reaksi mereka terhadap diriku. Aku hanya ingin memfokuskan diriku untuk bekerja saat ini. Sudah cukup gosip tentang diriku. Aku tidak ingin membuat gosip itu semakin nyata jika aku terus menyendiri dan menjauhi mereka. Bahwa aku dilecehkan oleh seseorang. Meskipun gosip itu benar. Aku juga tidak tahu. Bagaimana mereka bisa menyimpulkan itu? Sebab aku tidak ada menceritakan itu kepada siapa pun.
***
Jam makan siang tiba, waktunya makan siang bersama Mila. Saat itu, Mila langsung menghampiriku dan membawaku pergi ke kantin kantor. Aku hanya tersenyum melihat sikap agresifnya.
"Aku rindu makan siang bersamamu."
"Maaf."
"Hei! Kenapa kamu minta maaf? Kamu tidak punya salah apa pun. Aku tahu. Kenapa kamu menyendiri?"
Langkahku terhenti mendengar itu. Mungkin, ini saat yang tepat untuk mencari tahu, dari mana gosip itu muncul.
"Boleh, aku bertanya sesuatu?" Wajah Mila sedikit takut menatapku. Apa dia berpikir bahwa aku marah akan perkataannya barusan?

KAMU SEDANG MEMBACA
#1 PITA
RomanceAku membuka mataku. Menatap sekelilingku. Aku berada di dalam kamarku sendiri. Kamar rapi seperti biasa. Kuraba diriku, pakaianku masih sama dan utuh. Saat aku ingin bangkit berdiri. Aku merasakan sakit di selangkangan. Ku berlari ke kaca dan ku lih...