BAB 24CIUMAN GAGAL

1.1K 56 2
                                    

Kami pulang malam dari kota Edam dan tiba di mansion Adam pukul 11:00 malam. Setelah puas keliling kota Edam, lebih tepatnya memberi waktu berduaan kepada Berlian dan Christian yang harus pacaran diam-diam. Aku hanya di jadikan alibi untuk kesenangan mereka. Tapi, aku kasihan melihat hubungan mereka berdua. Mereka harus merahasiakannya dari keluarga Bara. Aku tidak tahu kenapa? Aku tidak mau bertanya dan tidak mau ikut campur dalam urusan mereka. Karna jika aku ikut campur sama saja, aku telah menganggap diriku bagian dari keluarga Bara. Aku memilih diam dan mendukung hubungan mereka secaram diam-diam juga.

Padahal, jika di perhatikan. Christian dan Berlian saling mencintai. Kenapa mereka harus merahasiakannya. Mereka berdua pasangan serasi. Aku yakin, Adam dan Maria pasti setuju dengan hubungan mereka berdua. Secara, Christian adalah orang kepercayaan Bara. Mereka pantas menjalani hubungan itu.

Tidak seperti aku dengan Bara. Jelas-jelas hubunganku dengan dirinya sulit untuk aku jalani. Aku dan Bara bagaikan kucing dan tikus. Yang tidak pernah bisa bersatu. Kami akan selalu bermusuhan. Saling kejar dan menyakiti.

Hubunganku yang seperti ini saja, diketahui oleh orangtua Bara. Kenapa hubungan mereka berdua tidak. Christian jauh lebih baik dari diriku. Semoga saja, hubungan mereka berdua suatu saat nanti di restui.

Kami berdua keluar dari mobil. Ku lihat Bara sudah berdiri di ambang pintu mansion. Lalu berjalan ke arah aku dan Berlian. Di sampingku, Berlian sudah membisikkan untuk berjanji mengingatkan aku tidak menceritakan apa yang telah aku lihat di kota Edam. Aku tersenyum membalasnya.

"Kenapa lama sekali kalian pulang?" tanya Bara setelah dihadapan kami berdua.

"Salahkan, Pita. Kekasihmu yang ingin melihat seluruh isi kota Edam."

Sial.. aku malah di korbankan. Aku mengangguk pada Bara.

"Baiklah jika begitu. Aku kira kamu berusaha kabur saat Berlian lengah mengajakmu jalan-jalan."

"Rencana sih, begitu. Cuma aku tidak punya uang dan paspor." Ucapku menatap ke arah Berlian yang sedang gugup menatapkku.

"Oh, ya. Aku hampir lupa, kamu itu adalah orang nekat, Pita."

"Ya, aku nekat. Tapi, tidak di waktu yang tepat. Bukan begitu Berlian?"

"Ya" Berlian menjawab aku gugup kini ekspersi wajahnya sudah menunjukkan ketakutan. Bahwa aku akan mengatakan yang sebenarnya.

Tenang Berlian itu tidak akan terjadi. Aku hanya menikmati perdebatan kecil dengan Bara saat ini.

Bara ingin bertanya. Tapi, tidak jadi. Perhatiannya di alihkan dengan sebuah mobil yang muncul di sekitar kami. Menampakkan Christian yang muncul dari balik kemudinya. Berlian mengcengkram kuat lenganku. Anak satu ini, tidak bisa bersikap santai. Padahal, kami datangnya terpisah. Ya, walau beda beberapa menit saja.

"Christian. Kenapa kamu disini?"

Sepertinya, Christian berbohong masalah pekerjaan yang sudah selesai.

"Maaf, tuan Bara. Saya lupa memberi kabar. Perhatian saya teralihkan." Jelas Christian hormat dengan memberi kode. Membuat Berlian semakin ketakutan. Bara dapat mencium bau busuk dari kami.

"Apa pekerjaan di Amsterdam sudah selesai." Christian mengangguk. "Apa yang membuatmu teralihkan hingga tidak sempat memberi kabar kepadaku?" tanya Bara nada tegas. Berlian semakin menyakiti lenganku. Ini tidak bisa di diamkan. Kasihan lenganku.

"Kami tidak sengaja bertemu di kota Edam." Jelasku cepat sebelum Christian buka mulut. Akhirnya, cengkraman Berlian lepas. Lenganku selamat.

#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang