BAB 14RASA SAKIT YANG MENYAKITKAN

2.3K 93 5
                                    

Mia telah menyiapkan makanan di atas overbed table. Tinggal menunggu Bara untuk makan. Apalagi kata Mia, Bara belum makan sejak kemarin aku bertengkar dengannya. Bara menghabiskan waktunya di mini bar yang ada di mansion. Aku juga tahu, kenapa Bara tidak memenuhi panggilanku lewat Mia. Bara ingin sendiri dan tidak ingin di ganggu. Saking tidak ingin diganggu. Para pelayan baru bisa memberi kabar kepada Bara. Setelah esok paginya, Bara keluar dari mini bar dan menyampaikan pesan Mia kepadanya. Bahwa aku ingin bertemu dengannya. Mendengar itu, Bara langsung datang kemari tanpa mandi dan menganti pakaiannya. Bara sungguh jorok. Untung saja, Bara tidak jadi menciumku. Aku tidak bisa membayangkan, jika aku dicium Bara yang belum membersihkan dirinya. Aku merinding membayangkan itu.

Tapi, aku tadi menciumnya sekilas bahkan dipeluk erat olehnya. Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Aku mendengar pintu kamar mandi terbuka. Bara keluar dengan keadaan segar dan tampan sekali. Bara memakai pakaian santai. Kaos lengen pendek warna hitam dan celana pendek bermotif kotak-kotak kecil hitam putih. Bara menyisir rambut basahnya dengan tangannya.

Oh, Tuhan. Sungguh indah pemandanganmu saat ini. Aku berdoa semoga waktu hanya berjalan saat ini. Hanya menampilkan adegan itu sekali lagi.

"Berhenti menatap aku seperti itu, Pita. Tatapanmu seolah ingin menerkamku"

Seketika itu juga, bayangan fantasiku hilang. Kulihat Bara meletakkan paper bag ke sofa. Berjalan ke arahku dan duduk menatap makanan yang ada di depannya saat ini.

"Ini untukku" tanyanya. Lalu aku mengangguk.

Bara langsung menyendok makanannya dan menyuapkan ke mulutnya sendiri. Bara mengangguk sambil mengunyah. Sepertinya, Bara menyukai makanan yang dibawa Mia. Nasi goreng seafood.

Aku senang melihat Bara makan dengan lahap. Aku melirik jam pukul 12:00 siang. Sudah terlambat jika sekarang aku mengatakan sarapan untuk Bara. Kecuali, jika ada sebutan seperti ini "Sarapan sekaligus makan siang".

"Aku kenyang sekali" ucapnya memindahkan overbed table ke sisi lain.

"Tentu saja, kamu kenyang. Kamu menghabiskan nasi goreng dua porsi sekaligus"

"Aku tidak sarapan tadi. Jadi, aku habiskan aja. Lagian, kamu emang sudah boleh makan makanan luar" tanyanya buat aku kesal.

"Lalu siapa yang menyuruh Mia mengantar spaghetti keju mozarella" tanyaku ketus.

Bara malah tertawa tidak bersalah padaku.

"Sory. Aku lupa"

Lupa. Lupa dari hongkong. Tapi, setelah aku perhatikan. Pakaian yang dibawa Mia adalah pakaian santai. Apa Bara tidak bekerja hari ini. Apa pekerjaannya masih di alihkan pada asistennya Christian. Sebaiknya, aku bertanya.

"Kamu tidak bekerja?"

"Tidak"

"kenapa?"

"Menjaga kamu" dugaanku betul. Bara masih cuti. Apa dia tidak takut bangkrut. Jika terus seperti ini.

"Sampai sekarang" tanyaku menyakinkan. Bara mengangguk santai. Apa dia tidak takut bangkrut jika bolos bekerja dengan alasan menjaga aku. Padahal ada pengawal di depan pintu kamar ini yang 24 jam menjaga aku.

"Lalu, buat apa mereka kamu gaji" tunjukku pada arah pintu.

"Menjagamu. Siapa tahu kamu akan kabur" jawabnya enteng. Sejak kapan Bara bersikap santai padaku. Aku juga, kenapa kepo sekali dengan Baranya.

"Aku tidak akan kabur sebelum kamu yang melepaskan aku" jawabku asal.

Seketika raut wajah santainya berubah menjadi tegang. Setelah mendengar perkataanku. Entah kenapa juga mulut ini harus bicara kek gitu. Padahal, kami udah baik-baikan tadi, bahkan sampai mesra-mesraan.

Pita, lain kali, kontrolnya mulutmu. Kontrol !!!!

"Apa kamu akan melakukan percobaan bunuh diri lagi! Jika aku tidak melepasmu." tanyanya tegas dengan nada marah yang tersirat dibalik pertanyaannya.

"Ok. Aku akui. Aku memang melakukan percobaan bunuh diri 4 kali. Tapi, kejadian di Family Room. Itu, bukan unsur bunuh diri. Aku tidak sengaja menjatuhkan guci hingga terjatuh pecah ke lantai dan menghantam kaki"

"Meskipun itu bukan unsur bunuh diri. Tapi, Kamu telah membiarkan dirimu terluka dan kehabisan darah. Aku sungguh panik saat itu. Aku tidak bisa memaafkan diriku jika kamu tidak selamat." Bentak Bara padaku.

"Ini semua tidak akan pernah terjadi, Bara. Jika saja, aku tidak melihat foto tentang diriku yang aku temukan dalam kotak fotomu" ucapku begitu saja. Aku tidak terima di bentak.

Bara menatap aku bersalah.

"Maaf, Pita. Aku kembali membuatmu kecewa padaku"

"Bukannya sejak awal kamu sudah membuat aku kecewa, marah dan benci kepadamu.!!!" emosiku tak dapat aku kontrol. Aku mengutarakan apa yang ada dalam benakku.

Bara diam menunduk.

"Katakan sebenarnya padaku Bara. Alasan kamu memperkosa aku waktu itu!!!" Aku tidak tahu kenapa aku harus mempertanyakan hal ini padanya. Setelah mengingat foto tentang aku yang aku temukan dalam family room, membuat aku ragu dengan perkataan Bara waktu itu. Pada saat membawaku dari Bali.

"Pita, aku tidak bisa"

"Aku butuh kejujuranmu, Bara. Jika kamu menginginkan aku disisimu" tekanku tegas padanya.

Bara menghela nafasnya panjang, mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu menatap aku, menyakin diriku. Apa aku ingin mendengar penjelasannya. Aku menatapnya, memberi jawaban iya.

"Aku sudah menyukaimu sejak pertemuan pertama kita di acara ulang tahun perusahaanku. Aku tidak bisa melupakan senyum pertama kali kau berikan untukku. Senyum itu, tertanam dalam dipikiranku. Membuat aku ingin selalu di dekatmu. Aku mencoba mendekatimu. Tapi, ternyata kamu bukanlah perempuan yang mudah untuk dirayu. Aku suka cara kamu. Tapi, aku tidak suka kamu menjauh dariku tapi pada laki-laki lain tidak. Aku penasaran tentang dirimu. Hingga aku menyewa detektif untuk mengetahui segela tentang dirimu. Aku diam-diam memasang cctv di apertemenmu setelah aku tahu alamat rumahmu. Aku terus mengamatimu dari jauh. Semua tentang dirimu bahkan yang paling sensitif, aku tahu. Hingga aku tidak dapat mengendalikan diriku. Setiap melihat kamu mandi. Melihat tubuhmu yang begitu menggoda sampai aku datang malam itu memperkosa kamu"

Aku menampar pipinya dengan tenaga yang aku miliki. Aku tidak menyangka karna alasan itu Bara memperkosaku. Bara tidak mencintaiku. Dia hanya tergoda pada tubuhku. Aku benci kamu Bara.

"Aku minta kamu pergi sekarang juga"

"Pita"

"PERGI" bentakku menatap marah dan benci padanya.

Setelah, Bara pergi. Aku menangis histeris. Aku telah tertipu dengan semua perlakuan dan perkataannya. Aku begitu bodoh. Sempat-sempatnya terlena dengan ketampannya. Aku mengusap bibirku kasar. Aku menyesal telah mencium bibir si brengsek itu. Aku jijik pada diriku sendiri. Aku jijik membiarkan tubuhku dipeluk lama olehnya, membiarkan dia bersandar di pundakku, membiarkan diriku merasa bersalah padanya. Seharusnya, dia pantas mendapatkan itu semua. Kamu pantas menderita. Lebih baik aku mati waktu itu daripada harus hidup dan menerima kenyataann ini. Kamu tidak ada cinta untukku Bara. Tidak mencintaiku. Kamu hanya menginginkan tubuhku. Seharusnya, aku sadar akan hal itu. Jika aku mati maka dia tidak akan menikmati tubuhku lagi. Itu sebabnya, dia menyelamatkanku. Bara hanya ingin tubuhku.

***

Bersambung

jangan lupa baca ceritaku yang lainnya...


#1 PITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang