Cecil melangkahkan kakinya masuk ke sebuah gedung kantor yang sangat keren - menurutnya.
PT. Rumanika Agung. Salah satu perusahaan yang akhir-akhir ini sering masuk TV karena menyabet enam award sekaligus.
Top Marketing Communication in Housing Category.
Top Marketing Communication in Apartment Category.
Top Marketing Communication in Office Building Category.
Top Marketing Communication in Hotel & Resort Category.
Top Marketing Communication in Industrial Estate.
Smart Marketing Communication Innovation with APP Smart Property Tools.
Sebenernya, Cecil ngga yakin-yakin amat sih bakal keterima di kantor itu - secara dia udah nganggur selama enam bulan. Tapi dengan modal nekat dan omelan adiknya, dia memberanikan diri.
Toh, dalam catatan karirnya ngga jelek kok. Dia emang udah nganggur enam bulan, tapi itu karena dia resign bukan karena dipecat.
"Misi Mba, di kantor ini ada lowongan kerja ngga ya?"
Perempuan dengan kacamata, kemeja yang terlihat sesak dan rok hitam pendek melihat Cecil dari atas sampai bawah.
Cecil bingung kenapa dilihat - dipelototi dari atas sampai bawah, namun ia memberikan senyum maksimal. Di tangannya sudah ada amplop coklat yang berisi CV untuk diserahkan di kantor ini.
"Ngga ada."
Bahu Cecil yang tadinya tegak mendadak turun mendengar jawaban itu. Bukannya apa, selama enam bulan dia ngga kerja, dia bener-bener ngga ada pemasukan sama sekali. Selama enam bulan ini, hidupnya ditanggung sama adiknya - Dendi.
Bahkan, dengan kurang ajarnya, dia liburan ke Bali untuk menghilangkan sakit hatinya pake uang Dendi.
"Ngga ada aja apa ngga ada banget, Mba?"
Perempuan itu melotot galak. "Kamu ngga denger apa yang saya bilang!" Suaranya melengking.
Cecil mundur selangkah. Seumur-umur dia ngga pernah dibentak sama siapa pun - termasuk ke dua orang tuanya.
"Saya titip ini deh, Mba." Cecil meletakkan amplop cokatnya. "Siapa tau nanti berubah pikiran."
Perempuan itu lagi-lagi melotot membuat Cecil menunduk.
Cecil takut tapi dia butuh uang, seenggaknya gajinya bisa dia pake buat beli make up dan baju baru. Tubuhnya naik sepuluh kilo karena nganggur di rumah. Bajunya udah pada ngga muat, ini aja ke kantor pake baju Mamanya.
"Kasih Bos disini aja Mba, siapa tau dia butuh orang."
"Aduh, Mba, disini semua posisi udah penuh." Perempuan itu mengembalikkan CV Cecil, namun Cecil ngga mau ngambil.
"Please,Mba, coba baca dulu aja CV-nya." Cecil lagi-lagi memohon.
"Coba sini saya baca."
Cecil menoleh ke suara yang tiba-tiba terdengar di belakangnya. Ada laki-laki yang memakai kemeja biru muda, dasi dan celana bahan abu-abu, mukanya ganteng, ada brewok tipis dan yang paling penting: wangi, wangi banget malah.
Cecil tersenyum saat amplop coklat itu dibuka.
"Mas, HRD disini ya?"
Laki-laki itu berhenti membaca, ia mendongak dan memberi senyum tipis. "Iya."
Cecil kembali tersenyum sumringah. Dari ujung matanya ia melihat perempuan galak itu udah melotot. Ia melangkahkan kakinya mendekat ke laki-laki yang wangi itu.
"Saya dulunya sekretaris di PT. Kenanga Abadi, Mas."
Laki-laki itu ngga merespon, ia masih membaca CV Cecil.
"Saya butuh kerjaan banget Mas, enam bulan saya nganggur di rumah, kerjaannya cuma makan tidur." Cecil bercerita tanpa diminta.
Laki-laki itu masih fokus dengan bacaannya.
"Saya itu resign loh Mas, bukan dipecat."
Laki-laki itu mendongak, lagi-lagi memberi senyum tipis. "Iya Mba, kan saya baca, Mba ngga perlu jelasin."
Cecil terkekeh, ia memegang tengkuknya karena merasa canggung.
"Besok wawancara bisa?"
"Bisa!" Cecil memamerkan gigi putihnya.
Oh iya, untuk melamar kerja, Cecil bahkan ke dokter untuk veneer gigi, pake uang Dendi tentunya. Dia totalitas tanpa batas!
Laki-laki itu memasukan CV Cecil ke dalam tas kerjanya. "Oke, besok dateng kesini jam sembilan pagi."
"Tapi, Pak..."
Tatapan laki-laki itu menghentikkan omongan si perempuan galak.
"Kenapa ngga sekarang aja, Mas?"
Laki-laki itu tertawa. "Besok aja, Mba-nya siapin diri aja dulu."
"Sekarang juga saya siap kok, Mas."
"Saya-nya yang belom siap."
Mulut Cecil membentuk huruf O, kepalanya mengangguk beberapa kali. "Oke deh, Mas, besok ya."
"Iya." Laki-laki itu melangkah pergi, namun langkahnya terhenti dengan panggilan Cecil.
"Mas, nama saya Cecil, nama Mas siapa?"
"Kafka."
Cecil tersenyum lagi. "Oke Mas, see you tomorrow, semangat kerjanya har ini!" Ia melangkah meninggalkan kantor itu dengan perasaan yang sangat bahagia.
📝📝📝📝📝
Ceritanya Cecil Kafka meluncur...
Gimana prolognya?
Minat kah?
Ini dilanjut kalo banyak yang minat dan ceritanya Dendi udah hampir kelar ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
PFS [2] : Mr. Boss & Ms. Secretary (On Hold)
RomanceAwalnya Kafka suka kinerja sekretarisnya yang teliti, rajin, punya inisiatif yang tinggi dan cekatan. Tapi, lima tahun kerja bareng, dia sadar kalau dia udah terlalu nyaman bahkan membutuhkan kehadiran sekretarisnya. Bukan cuma di kantor, tapi di hi...