20

6.3K 385 0
                                    

Ash berdiri didepan cermin dengan senyum tipis dan sorot geli. Ia memakai kaca mata besar dengan rambut yang dikepang dua bagai perempuan cupu. Menghembuskan nafas dan menyemangati diri sendiri. Setelah itu ia berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga.

"Hai. Aku sudah selesai." Ucapan Ash membuat orang-orang menoleh lalu mereka tersenyum. Kecuali Alex dan Sella. Alex dengan wajah datarnya dan Sella dengan dengusannya.

"Kamu harus hati-hati!" Ucap Rayn dengan raut gelisah seraya berjalan menghampiri sang mate.

"Iya....baiklah ayo kita berangkat!"

Rayn mengangguk lalu membiarkan Ash berpamitan , sedangkan ia lebih dulu berjalan keluar.

"Kamu harus berhasil!!"

Ash tersenyum lebar lalu berjalan mengikuti Rayn. Keadaan didalam mobil menjadi hening. Rayn dengan kegelisahannya dan Ash dengan kebahagiannya karna bisa bertemu dengan sang kakak lagi.

"Dengar Ash, jangan bicara apapun soal dunia kita nanti. Beraikaplah seperti manusia biasa."

"Iya, aku paham..."

Tak lama kemudian mobil berhenti ditempat sepi yang agak jauh dari Cafe. Ash menghembuskan nafas lalu membuka pintu. Tapi tiba-tiba ia masuk lagi dan mengecup pipi Rayn. Setelahnya, ia berlari terbirit-birit menghilang dari pandangan Rayn.

Rayn membeku diposisinya. Namun setelahnya ia tersenyum lebar. Mungkin Ash mulai menerimanya.

Sedangkan Ash kini tengah berjalan sambil menunduk, bersikap seperti cupu dan menyembunyikan pipinya yang merona. Ia hanya ingin mengucapkan terima kasih dengan ciuman itu, tapi mungkin Rayn menganggapnya berlebihan. 'Jangan terlalu percaya diri, Rayn!' Ash terkekeh kecil dengan pemikirannya.

Tak lama kemudian ia sampai didepan Cafe bertuliskan 'GRACE' dengan mantap, Ash masuk kedalam. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling lalu memilihi kursi dipojok dekat jendela. Kemudian seorang pelayan datang menghampirinya. Ash merasa familiar, ia melirik Name tag si pelayan yang bertuliskan 'Geana' .

"Halo Nona?" Tanya pelayan bernama Geana itu.

"Eh?" Ash tersenyum malu.

"Ingin pesan apa?"

"Milk Greentea."

"Baiklah." Geana pergi dengan senyum simpul. Meninggalkan Ash dengan fikirannya yang beradu. Apakah Geana itu adalah kakaknya? Nama lengkap kakaknya adalah 'Geana Asylen' Apakah itu benar-benar kakaknya? Fikiran Ash terhenti ketika ia sayup-sayup mendengar perintah dari meja kasir.

"Ana Meja nomor 6!"

Kita lihat siapa Ana yang dimaksud. Tak lama kemudian fikiran Ash terjawab. Pelayan bernama 'Geana' yang disebut Ana. Dan benar, kakanya kini tengah menuju mejanya. Tapi mengapa bisa bernama 'Geana'? Bukankah Alex mengatakan sang kakak hilang ingatan? Ini benar-benar membuat Ash pusing tujuh keliling!

Tiba-tiba tedengar bunyi,

'BRUKK!' Ash menoleh dan menemukan Geana atau Ana terjatuh didekat meja nomor 4 dengan Milk Greentea yang ia pesan mengenai baju sang pelanggan dimeja itu.

"Awwww! Shit! Bajuku basah!" Teriakan wanita yang bajunya terkena milk Greentea itu melengking membuat beberapa pegawai berdatangan. Ash melihat wajah panik Ana yang berkali kali menggumamkan kata 'maaf.' Si wanita terus saja melontarakan makian kasar kepadanya. Orang-orang pun menatap sang kakak merendahkan. Jantung Ash serasa dicubit melihat itu. Kakaknya....Ana yang dulu begitu kuat dan tangguh kini terlihat sangat rapuh. Ana yang dulu tak kenal lelah dan menyerah kini terlihat pasrah. Ana yang dulu selalu menjadi tameng baginya kini terlihat membutuhkan sandaran.....

Ash dengan percaya diri bangun lalu menghampiri kerumunan itu. Ia menarik tangan Ana, membuat Ana berdiri dibelakangnya sambil menunduk. Ash mengangkat dagu seolah menantang orang-orang yang sedari tadi melempar tatapan tajam kepada Sang kakak.

"Dengar, seberapa mahal bajumu sampai membuatnya kehilangan harga diri hah?!"

"Oh? Tentu saja bajuku mahal!" Desis wanita itu. Sepertinya ia masih muda, mungkin seumuran dengan sang kakak. Namun Ash tak peduli!

"Mahal? Bahkan aku sering melihat baju seperti iti dipakai pemulung! Kekurangan bahan!"

Sejenak mata wanita itu melebar, lalu melempat tatapan mengancam kepada Ash.

"Sekali lagi kau bicara tubuhmu sudah terlempar kebalik jeruji besi!"

"Ohh aku sangat takut!"

"Kacamata butut!"

"Pemulung!"

"Kau----"

"Ada apa ini?!" Suara lelaki tiba-tiba menghentikan ucapan si wanita. Kerumunan orang-orang menyingkir memberi jalan. Laki-laki yang terasa familiar dimata Ana membuat matanya melebar.

Kelvin. Cowok paling tampan disekolah yang selalu berusaha untuk mendekatinya ada disini! Dengan tampang dingin yang selalu ia bawa dan langkah bagai raja!

"Aku tanya sekali lagi, ada apa ini!" Bentaknya.

"Ana menumpahkan minuman yang ia bawa kebajuku!!!" Rengek wanita itu sambil memeluk lengan Kelvin, membuam Ana menunduk.

"Mengapa kau disini, Vya?!" Ucap Kelvin seraya menepis tangan wanita yang dipanggil Vya itu.

"Mengunjungimuuuu!"

"Ini hanya masalah kecil, Vya pulanglah! Ana, kau juga. Jangan membesarkan masalah yang hanya sepele ini." Ucap Kelvin dingin lalu beranjak dari Cafe Grace.

Orang-orang pun kembali duduk ditempat mereka. Vya pulang dengan menghentakan kaki. Ash berbalik lalu menatap Ana,

"Dia pemilik toko ini?"

"Aku tidak tahu...." Jawab Ana lirih.

"Sudahlah tak perlu difikirkan! Lebih baik kau ikut denganku! Dia menyuruhmu pulang kan? Sekarang kita teman!!" Cerocos Ash lalu tanpa peringatan, menarik Ana keluar dari Cafe.

Ana masih kalut, ia pun hanya berjalan mengikuti kemana perginya Ash. Toh, buat apa pulang? Yang ada ia ditagih oleh ibu kos!

Rupanya Ash mengajaknya ke mall, Ana ragu. Ikut atau tidak. Ikut takut merepotkan karna ia yakin Ash adalah orang baik, tidak ya...alasanya ibu kos!

"Hmmm ayo kita belanja untukmu!" Ucap Ash girang seraya mulai memilih pakaian. Ia memang tidak suka ke mall tapi ini demi dirinya dekat dengan Ana!

Ana pun hanya ikut ikutan saja.

"Siapa namamu?" Tanya Ana.

"Gloria Ashley. Panggil saja Ash."

'DEG'

Tiba-tiba Ana berhenti. Kepalanya terasa pening, kilasan-kilasan ingatan muncul dikepalanya bagai film kesukaanna yang memaksa dia untuk mengingat alurnya. Darah, tangisan, teriakan, tiba muncul. Ana merasa diputar-putar! Ia belum pernah merasakan ini sebelumnya, rasanya pusing sekali.

Ash menoleh lalu membelalak kaget. Sebelum Ana ambruk, sepasang tangan kekar menahannya dan lelaki yang teramat familiar dimata Ash membuatnya menghela lega.


Alex.


_______________________________

Semoga suka!!

My Mate Forest WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang