Musim hujan telah datang, membuat para manusia bersembunyi dibalik hangatnya selimut dipagi hari. Jauh berbeda dengan yang namanya werewolf. Memiliki bulu hangat dimasing-masing tubuh, seperti halnya lelaki bernama Rayn ini.
Rayn kini tengah berdiri didepan jendela kamarnya. Kamarnya gelap, yang terlihat hanya siluet dirinya karna jendela terbuka. Ia sudah kembali kepack dari kemarin.
Dingin? Tidak. Hangat? Tidak. Rayn seolah mati rasa. Bagai patung, tak bergerak atau melakukan apapun. Untuk bernafaspun rasanya sangat menyakitkan. Setiap tarikan nafas mengingatkannya pada satu wanita. Yang kemarin bersimbah darah, menangis dalam diam, mengucapkan maaf, dan yang paling Rayn sesali.
Rayn telah menyakiti Ash.
Melanggar janji kepada dirinya sendiri.
Ash sudah pasti membenci dirinya.
Ash terluka.
Luar maupun dalam.
Dan Rayn tak lebih terluka dari wanita itu.
Rayn mengerang seraya menjambak rambutnya frustasi. Tak ada masalah lain dalam kepalanya selain Ash. Rayn merindukan wanitanya. Sangat!!
Flashback
"BUMMM!"
"AAAAA!!"
"ASH!!!!"
Alf berteriak seraya mencoba bangun dan melepaskan pisau yang menancap dikedua bahunya. Saat Alf kembali dari hutan, ia dipanggil Rayn dan langsung dipukuli seperti ini. Sepetinya Rayn salah paham! Padahal dia sendiri yang berciuman dengan wanita lain.
Alf berjalan dengan tertatih-tatih menuju kamar Rayn dan Ash yang kini temboknya sudah berlubang.
Alf melihat dengan mata kepalanya sendiri, Rayn menggunakan kekuatannya mendorong Ash hingga membentur tembok, bahkan temboknya sudah hancur, membuat Ash kini berada didalam kamar.
Rayn pun sudah lebih dulu masuk. Kini, Alf mematung diambang pintu. Tubuh Ash hancur! Darahnya menggenang membanjiri lantai, matanya pun sudah terpejam.
Sedangkan Rayn, jatuh terduduk disamping Ash. Darah mengenai kakinya namun tak dipedulikan. Laki-laki itu menatap wajah Ash yang bersimbah darah dengan tatapan kosong.
Nafas Alf seolah berhenti saat itu juga. Kamar Ash hening. Semuanya terlalu cepat. Namun keheningan itu tak berlangsung lama karna yang lainnya mulai berdatangan. Sean berada dipaling depan, berjalan dengan tergopoh-gopoh. Adel dan Lexa berdampingan dengan keringat dingin. Sella dibelakang yang juga tampak khawatir namun menyembunyikannya. Terakhir, Alex, dengan Ana disampingnya. Ana tidak terlihat kebingungan, malah nampak sangat khawatir.
Semuanya sampai diambang pintu. Satu persatu masuk dengan raut wajah sangat kaget!
Semua melihat Ash yang bersimbah darah, Rayn dan Alf yang mematung. Terakhir, kamar yang hancur bagai kapal pecah.
"Ada apa ini!!!" Bentak Alex dingin.
Setelah Alex mengeluarkan suara, semua berhamburan menghampiri Ash, kecuali Sella.
Ana menangis histeris.
"Ash!! Apa yang terjadi?! Ash bangunlah! Aku sudah ingat semuanya....." Raung Ana.
"Kenapa ini terjadi Kak Rayn? Kak...kenapa?" Lirih Adel.
"Ada apa dengan kalian bertiga kak?..." Lexa kini berucap.
Semuanya tampak dirundung kesedihan, sedangkan Sella sudah keluar kamar. Alex dan Sean segera menghubungi Pack. Mereka harus bergerak cepat. Jika membawa Ash kerumah sakit disini mungkin identitas mereka sudah terbongkar.
Rayn tetap diam meski orang-orang memanggil namanya, mengguncang tubuhnya, seolah dunianya hanya terpusat pada satu orang, dan satu masalah, satu pertanyaan dalam benaknya.
Mengapa dia melakukan ini pada Ash?
{¤}
Rayn memukul stir kemudi dengan amarah yang muncul diubun-ubun. Ia kini melajukan mobil menuju Rumah sakit Pack. Tak ada tangisan, hanya penyesalan yang memenuhi hatinya. Pertanyaan-pertanyaan muncul dikepalanya sendiri, membuat Rayn frustasi sendiri.
Apa ia masih mencintai Ash? Atau memang tidak pernah?
Mengapa ia menyakiti Ash?
Apakah Ash masih mau menerimanya?
Bagaimana keadaan Ash?
Mengapa ia menikmati sensasi saat berciuman dengan Sella?
Apa ia masih memiliki rasa pada Sella?
Pertanyaan bodoh dan lebay yang pernah Rayn ajukan kepada dirinya sendiri. Pemikiran bodoh itu terhenti ketika ia sampai didepan rumah sakit, ia menuju lapang parkir, pemandangan yang pertama kali dilihat pastinya mobil yang berjejer rapi.
Turun dari mobil, bergegas masuk kedalam. Tak perlu repot menanyakan ruang Ash kepada Resepsionis karna ia memang sudah hafal. Jangan tanyakan dari mana Rayn tahu, sebelumnya ia memang menunggu Ash bangun, tapi ia terlalu takut. Takut dengan kenyataan kalau Ash pasti membencinya.
Rayn sampai didepan pintu. Pintu sedikit terbuka, pasti Ash sudah sadar.
Dengan ragu ia membuka pintu, nampaklah Orang tuanya, Orang tua Ash, Orang tua Sean, Adel, Lexa, Alex, Ana, dan si brengsek Alf. Tapi kemana Sella?
Semua pandangan seketika menoleh pada Rayn, kini mate dari Ash itu menjadi sorotan.
"Eeee ada apa?"
"Santai sekali kau mengatakan itu." Reygan angkat bicara tanpa menoleh sedikitpun pada putranya itu.
"Maaf aku....."
"Keluar Ray." Desis Ressa.
"Ibu aku min---"
"Kubilang keluar! Masih mau menampakan wajahmu setelah mengakibatkan Ash begini!!" Ressa terisak seraya menunjuk Ash yang menatap tembok dengan pandangan kosong.
Tatapan Rayn seketika terpaku kepada wanita yang berstatus sebagai mate nya. Wanita itu terlihat sangat rapuh, dan sekarang Rayn dirundung penyesalan.
"Maaf...." Gumam Rayn lirih sambil berbalik menuju pintu.
Ia benci melanggar janji yang ia ucapkan pada dirinya sendiri. Wolf nya sedari tadi meraung-raung marah melihat keadaan sang mate. Tapi apa yang harus ia lakukan? Sementara ini mungkin ia harus lari dulu dari kenyataan.....
________________________________
Halo, Selamat m4l4m.
Aku gak ada niat untuk namatin cerita sampa chapter 20-an. Paling sampai 30 lah 😄
Happy Ending? Insyaallah...insyaallah....

KAMU SEDANG MEMBACA
My Mate Forest Women
FantasíaSquel dari cerita REJECTED MY MATE. Hutan yang menjadi tempat tinggal seorang gadis bernama Gloria Ashley itu selalu damai dan jauh dari yang namanya penjahat. Namun suatu hari, Puluhan Iblis dengan mata merah menyala membabat habis hutan itu dan me...