19

6.5K 377 6
                                    

Pagi ini diawali dengan teriakan heboh Sella. Dengan kepanikan yang kentara, semuanya berjalan tergesa-gesa menuju kamar Sella, kecuali Alex! Lelaki berwajah datar itu masih memejamkan mata tak peduli teriakan melengking Sella.

Kamar Sella terbuka, semuanya mulai masuk satu-persatu. Mata mereka masing-masing mengedarkan pandangan keseluruh ruangan. Tak ada apapun, kecuali Sella yang tengah duduk didepan cermin dengan raut panik.

"Ada apa Sella?" Tanya Sean dengan setengah kekesalan.

"Jerawat kakak!!! Didahiku ada jerawat!!!"

"Brengsek!" Umpat Adel dan Lexa bersamaan lalu keluar dari kamar wanita itu diikuti Alf.

"Jangan membuat kami khawatir!" Bentak Rayn seraya keluar bersama Ash yang menampakan senyum kecut.

"Dengar Sella, ini masih pagi. Jangan membuat masalah demi menarik perhatian, lagi pula itu hanya jerawat! Tujuan kita kesini untuk mencari Ana, bukan untuk liburan! Sekali saja, kumohon jangan membuat ulah!" Sean berkata dengan nada marah lalu meninggalkan Sella yang tengah mengepalkan tangan. Menahan amarah yang bergejolak dihatinya.

Ia juga tidak berniat menarik perhatian mereka! Ia hanya ingin Rayn mengunjungi kamarnya, apa salahnya? Ia mencintai Rayn dan Rayn sebaliknya! Mereka saling mencintai tapi kenapa sangat sulit untuk bersama? Sekali lagi, fikiran Sella mengarah kepada Ash. Wanita yang telah merebut Rayn darinya. Wanita jalang dan brengsek yang pernah ia temui! Jika bisa, Sella ingin membunuh wanita perusak hubungannya dengan Rayn! Tapi terlalu banyak orang yang menyagangi Ash, padahal wanita itu hanya orang baru! Masih dengan amarah, Sella berjalan meninggalkan kamarnya menuju ruang makan.

Ternyata semua orang sudah berkumpul disana. Yang tersisa hanya satu kursi kosong didekat Lexa, lalu harus apa? Sella pun duduk disana dengan setengah hati.

Makanan ini dimasak oleh Ash seorang, tidak ada yang mau membantunya dikarenakan masih lelah! Sangat tidak berprike-manusia serigalaan!

Ash mengisi piring-piring kosong. Ketika sampai didekat Sella, tiba-tiba dirinya terhuyung. Kalau saja Alex tak ada, mungkin dia sudah terjatuh dengan mengenaskan. Alex memegang pinggang Ash dengan sorot marah. Rayn menarik Ash untuk duduk disampingnya dengan tatapan tajam mengarah kepada Sella.

"Apa kau tidak bisa sekali saja tidak membuat ulah?!" Bentak Alex. Setelah itu ia beranjak tanpa memakan sarapannya. Seleranya hilang karna wanita itu! Mood nya sedang kesal ditambah pagi ini, sekali lagi, tujuannya kesini ingin memcari Ana! Bukan untuk hiburan! Brengsek.

Sementara dimeja makan, semuanya hening. Rayn mulai menunduk dan memakan sarapannya diikuti yang lain. Sarapan kali ini, tanpa Alex.

{¤}

Ana menatap sekolahannya dengan sendu. Ia sudah bicara dengan kepala sekolah bahwa ia akan keluar--berhenti sekolah. Niatnya, ia juga akan berhenti kerja. Tapi nanti dari mana ia akan mendapat makanan? Dengan perlahan, Ana berbalik menuju Cafe Grace. Cafe milik seorang wanita bernama Kelliana. Sampai sekarang, Ana belum pernah bertemu dengan sang pemiliki Cafe. Entahlah, mungkin si bos datang saat ia tak ada.

Ana memasuki Cafe dengan mata sendunya, ia mengganti pakaian diruang ganti dan mulai mengantar ngantar makanan kepada para pelanggan.

"Ana! Meja nomor tujuh!" Teriak salah satu koki. Ana mengangguk lalu segera berjalan menuju meja tujuh yang diisi oleh seorang pria. Entah mengapa, Ana merasa familiar dengan pria itu. Pria tampan yang menatapnya intens.

"Ehm, ini makanan anda tuan." Ucap Ana sopan lalu segera beranjak ingin menghindari tatapan pria itu.

Sedangkan si Pria, jantungnya kini tengah berdebar keras melihat wajah cantik yang ia rindukan. Ya, pria itu adalah Alex. Setelah perdebatan kecil tanpa sarapan, ia memutuskan untuk makan di Cafe saja.

Sepertinya ini suatu keberuntungan. Dia menemukan Ana dihari pertama datang ke Indonesia! Tinggal menyidiki kehidupan Ana saja sekarang.

Setelah menghabiskan sarapan, lalu membayar. Alex berjalan meninggalkan Cafe menuju rumahnya untuk membuat rencana bersama para idiot itu. Lihatlah, jika mereka tidak ikut mungkin Alex akan merasa tenang!

Alex sampai dirumah lalu segera masuk.

"Lexa, panggil semua orang." Ucap Alex datar kepada adiknya yang tengah menonton televisi bersama Adel.

Lexa merengut namun tetap menuruti perintah sang kaka. Ia berjalan lalu memanggil semuanya satu-satu. Termasuk Sella dengan setengah hati tentunya.

"Ada apa Alex?" Tanya Sean ketika semua orang telah duduk rapi diruang keluarga.

"Rencananya, Ash kamu dekati Ana terlebih dahulu. Ia bekerja di Cafe Grace, jadilah pelayan dulu disana sementara untuk berteman dengan Ana."

Semua orang melongo seketika.

"Maksudnya Ana sudah ketemu?" Tanya Alf.

"Perlu kujelaskan berapa kali?" Dingin Alex.

"Eeee...." Alf menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa aneh dengan penjelasan Alex.

"Baiklah. Jadi sekarang itu rencananya? Ash? Apa kau bersedia?" Ucap Sean menengahi pembicaraan Alf.

"Tentu saja!" Ucap Ash mantap, membuat Rayn tersenyum lalu mengacak-ngacak rambut Ash dengan pelan sambil bergumam 'hati-hati'

"Romantis sekali." Celetuk Lexa. Sella mendengus lalu beranjak dari sana diikuti Alex. Bedanya, Alex keluar rumah lagi dan Sella kekamar.

"Baiklah. Semangat Ash!" Ucap Sean sambil menepuk kepala Ash dengan sayang lalu berjalan meninggalkan ruang keluarga.

"Semangat!" Kali ini Alf yang berucap dengan senyum lebar. Namun ia tak dapat menyembunyikan sorot sedihnya. Merelakan orang yang begitu dicintai bukanlah hal yang mudah. Memang, rasa akan berangsur-angsur menghilang namun tetap membekas.

"Terima kasih!"

"Semangat kak Ash!!!!!" Teriak Lexa dan Adel bersamaan dengan girang.

Ash mengangguk lalu berjalan mengikuti Rayn yang sudah beranjak dari kursi. Meninggalkan kedua perempuan dengan usia sama yang kembali menonton televisi, menayangkan Boyband yang tengah menari-nari.



________________________________

Maaf dikit 😥

My Mate Forest WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang