21

6.2K 391 15
                                    

"Brengsek! Siapa wanita itu? Tanganku sudah gatal ingin memenggal kepalanya!" Teriak Lexa tiba-tiba setelah Ash menyelesaikan ceritanya.

"Menggurutu seperti itu tak ada gunanya!" Desis Sella kesal.

"Cih!" Lexa berdecih seraya mendelik.

Mereka kini tengah berada dikamar Alex. Ana terbaring lemas diranjang sedangkan mereka duduk dikursi yang ada. Alex? Dia duduk disamping ranjang dan tak henti-hentinya mengelus pipi Ana.

Tak lama kemudian, tangan Ana bergerak-gerak. Lantas mata Alex berbinar seraya memegang tangan kakak dari Ash itu. Perlahan, mata yang dipenuhi bulu mata itu terbuka. Semuanya mulai mendekati ranjang, dengan pandangan yang jelas. Namun tidak sipemilik mata. Pandangannya memburam, dimana kaca matanya!

Tangan Ana meraba raba udara, seolah mencari sesuatu. Tak ada yang mengerti, bahkan Alex sekalipun.

"K-kaca...k-kaca mata..." Gumam Ana.

Selama beberapa saat semuanya hanya dia membeku. Namun tak lama karna Alex langsung memberikan kaca mata milik Ana.

Ana memakainya, namun menyernyit.

"S-siapa kalian?"  Tanya Ana mulai takut.

Sean tersenyum tipis,

"Sodara kami membantumu. Kamu ada dirumah kami sekarang." Ucapnya

"Oh? Benarkah? Kalau begitu ak---ahk!" Ana bersiap untuk bangu namun tiba-tiba memekik seraya memegangi kepalanya.

"Kenapa?!" Alex terlihat panik.

"P-pusing...."

"Jangan banyak bergerak! Kamu belum pulih, ayo cepat tidur lagi!" Alex kembali membantu Ana berbaring lalu mengibaskan tangan menyuruh orang-orang keluar.

"Semoga lekas pulih." Ucap Ash sebelum berlalu mengikuti yang lainnya.

Ana mengangguk kaku sambil mencoba memejamkan mata, namun ia merasa diperhatikan! Dengan ragu, Ana membuka mata.

Ternyata itu sodara Ash, tapi mengapa masih disini? Ia juga merasa familiar dengan lelaki didepannya.

"H-halo...tuan." Ana memberanikan diri untuk menyapa.

"Ya. Sudah kubilang, tidur." Balas Alex dengan setengah hati. Ia sangat ingin bersikap lembut kepada Ana, tapi ini demi kebaikan wanita itu juga!

"B-baik..." Ana mengangguk lalu kembali memejamkan mata. Tak lama kemudian ia merasa lenyap. Tapi benda itu mengganggunya! Benda kenyal seperti bibir, ya itu ciuman! Sodara Ash mencium keningnya!!!

{¤}

Ash keluar dari kamar Alex. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling namun tidak menemukan siapa-siapa. Menuruni tangga, Ash berjalan menuju ruang keluarga. Disana hanya ada Sean, Alf, Lexa, dan Adel. Lalu dimana Rayn? Apakah bersama....Sella? Jangan!

"Kalian melihat Rayn?" Tanya Ash.

"Tidak, tapi aku sempat melihatnya keluar." Balas Sean sambil menatap Ash.

"Ohh baiklah, terima kasih." Ash melanjutkan perjalanan menuju taman. Mungkin Rayn ada disana bukan? Hm, bisa saja.

Taman dirumah ini hanya berisi air mancur kecil, pohon apel, serta kursi didepan air mancur.

Ash sampai ditaman, mengedarkan pandangan namun tak menemukan apapun. Tapi ketika matanya tertuju pada kursi, jantungnya seolah berdarah-darah!

My Mate Forest WomenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang