Selamat membaca :)
"Berada didekatmu seperti ini, seketika menumbuhkan ketenangan bagiku."
-Vinka Arfaisa-Lelaki itu sudah berdiri disana selama beberapa jam lalu. Saat tiba disekolah ia tidak langsung menuju kelasnya, namun ia menuju ke kelas junior yang sedari tadi memenuhi pikirannya.
Matanya sedari tadi melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Beberapa menit lagi bel istirahat akan berbunyi.
Dan setelah beberapa menit berlalu, bel istirahat itupun akhirnya berbunyi. Seluruh murid Smu Haritsa berhamburan keluar dari kelasnya. Menuju ketempat yang mereka kehendaki.
Tubuh Nando yang sedari bersandar dinding pun ia tegakkan. Berjaga jaga gadis itu keluar dari kelasnya.
Dan benar. Tiga orang gadis keluar dari kelas itu. Salah satu gadis yang ia tunggu berada diantara mereka. Seketika senyum merekah dibibirnya.
"Vinka!!" suara nya itu berhasil menghentikan langkah ketiga gadis tersebut.
"Kak Nando??" Vinka sekejap beralih kearah teman temannya. "Kalian duluan aja!!"
Atha dan Rena yang mengerti situasi pun mengangguk dan meninggalkan mereka disana.
"Kok masih bawa tas. Belum kekelas??" Nando menggeleng.
"Lo ngantinnya sama gue, nanti gue bayarin. Ada yang mau gue omongin sama lo."
Vinka tersenyum lalu mengangguk. Setelah mendapat persetujuan, tanpa permisi ia menggenggam tangan Vinka selama perjalanan mereka menuju kantin.
Seperti biasa keadaan yang mungkin terjadi dimayoritas sekolah. Keramaian kantin yang tak bisa dihindarkan.
Kantin yang cukup lebar itu telah terisi cukup banyak manusia. Di beberapa stand toko pun banyak siswa yang berdesak desakan atau mengantri.
Kali ini keberuntungan berpihak pada mereka. Ada satu meja kursi kosong yang berada didekat jendela. Tanpa pikir panjang Nando membawa gadis itu ketempat tersebut.
"Lo tunggu disini, gue pesenin makanan." Nando beranjak dari kursinya.
Setelah beberapa menit, Nando kembali lalu duduk di kursi depan Vinka. Atau lebih tepatnya sebrang meja.
Tatapan Nando kali ini terlihat serius. Ia menatap lekat gadis didepannya itu.
"Kenapa kak??" tanya Vinka akhirnya. Ia tak ingin lama lama menatap seniornya itu. Karena ia juga masih memikirkan kesehatan jantungnya.
"Lo gapapa??" Vinka menyerngitkan dahinya.
"Emang aku kenapa kak??"
Nando tersenyum miring. "Gausa bohong tentang kejadian tadi pagi."
'Oh soal itu!!' Vinka membatin.
"Aku ngga papa kok kak. Maaf uda bikin kakak khawatir." Vinka menundukkan kepalanya.
"Ngapain lo minta maaf sedangkan lo ga bersalah disini."
"Tapi aku kan uda bikin kakak kha--"
"Gue khawatirin lo juga bukan salah lo Vinka. Itu kehendak hati gue mau ngekhawatirin lo atau engga."
Vinka mendongakkan kembali kepalanya. Entah kenapa desiran ini kembali terasa dijantungnya. Apa yang ia rasakan?? Seharusnya ia senang bukan terhadap sikap Nando itu??
"Tapi selain itu dia engga ngomong yang aneh aneh kan ke lo??"
Deg.
Kali ini ia merasakan hal yang berbeda. Ia bingung harus menjawab apa pertanyaan Nando. Jika ia menjawab yang sebenarnya mungkin akan memperburuk keadaan. Pikir saja, seorang Nando yang membenci Aurel harus mendengar dari mulut Vinka tentang ancaman yang seniornya itu berikan. Pastinya emosi lelaki itu akan semakin naik
KAMU SEDANG MEMBACA
REVINA (On Going)
Novela Juvenil"Mencintai tak selamanya berakhir saling memiliki" -Renald- "Mencintai itu tak seindah kelihatannya. Realitanya, mencintai hanyalah luka yang tumbuh dengan seiring tumbuhnya perasaan itu" -Vinka- "Mencintai adalah hal indah namun aku tidak bisa berl...