37. Belum Cukup Berani

26 4 0
                                    

Selamat membaca :)

"Kata 'Seandainya' akan menjadi indah jika kita sisipkan rasa bersyukur atas hal baik yang sudah kita dapatkan." -Bayha Nando-

∆∆∆

Rahang seorang lelaki yang berada di koridor itu mengeras. Pesan yang ia terima beberapa menit lalu membuatnya mau tak mau harus kembali kecewa. Ia kecewa karena untuk kesekian kali nya ia harus melakukan hal yang sama sekali tidak ia inginkan.

"Lah lo masih disini Ndo?!" Suara Leo yang baru saja keluar kelas itu sedikit mengejutkan Nando. Ya lelaki itu Nando.

"Iya."

"Lo nggak pulang bareng Vinka??" Nando menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Leo.

Leo menatap Nando sengan tatapan menyelidik. "Jangan bilang lo--"

Seperti bisa membaca pikiran Leo, Nando pun mengangguk.

"Cih. Lo berutang cerita ke kita Ndo!! Btw bokap lo masih di Indo??"

"Udah balik jam 1 siang tadi."

"Yaudah bagus, kita langsung meluncur ke rumah lo. Jangan lama-lama sama cewek lo."

"Apaan sih, lagian dia juga bukan cewek gue." Tanpa menunggu respon Leo, Nando pun melangkahkan kakinya.

"Gue juga paham kali Ndo. Yaudah deh gue duluan ke parkirannya. See you." Leo menepuk pelan pundak Nando sebelum akhirnya ia berlari kecil mendahului sobatnya itu.

Tak jauh dari Nando berdiri saat ini, ia dapat menangkap jelas pandangan seseorang perempuan yang ia cintai sedang bersama lelaki lain. Sakit. Entah kenapa tiba-tiba rasa itu muncul.

Sempat terlintas dipikiran Nando bagaimana jika Vinka mengetahui kebenarannya?? Ia yakin bahwa hati perempuan nya itu akan terluka. Nando tidak cukup berani untuk mengatakan semuanya kepada Vinka. Ia masih takut gadisnya itu akan menjauh. Dan juga ia takut gadisnya itu akan terluka karena perbuatannya sendiri.

Karena sosok Vinka dan seorang lelaki itu telah meninggalkan parkiran. Nando pun segera menuju ke mobilnya. Lalu laki-laki itu segera melajukan mobilnya menuju sekolah yang tak jauh dari sekolahnya ini.

Dilain tempat motor Renald sudah terparkir manis di mini market sesuai permintaan Vinka. Vinka pun langsung memasuki mini market tersebut diikuti Renald di belakangnya.

Saat hendak memasuki lorong area terlarang bagi kaum adam, Vinka langsung membalikkan tubuhnya.

"Stop Nald gausa ikutin gue. Mending lo sana gih milih snack apa minuman daripada lo ngikutin gue kesini."

Renald tertawa mendengar ucapan perempuan didepannya ini. "Kenapa?? Emang gue engga boleh ikut lo milih pemba--" setekita tangan Vinka terulur menutup mulut Renald agar tak melanjutkan ucapan nya.

"Ck. Gausah keras-keras napa kalo bicara."

Tangan Renald dengan pelan menurunkan tangan Vinka yang menutupi mulutnya.

"Iya-iya. Lagian kenapa sih gue nggak boleh ikut??" Nando berjalan mendahului Vinka lalu mendekati rak berisi tumpukan roti wanita itu. Setelah cukup lama mengamati Renald pun mengambil salah satu yang tak asing lagi baginya. "Yang ini favorit nyokap gue. Gue hafal banget karena setiap sekali sebulan nyokap selalu titip beli ini. Kalo favorit lo yang mana Vin??"

Mata Vinka membulat saat mendengar pertanyaan yang menurut gadis itu sedikit vulgar keluar dari bibir Renald.

"Dih, emang berfaedah gitu kalo gue ngasih tau lo??"

REVINA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang