34. Pilihan Terberat

31 8 0
                                    

Selamat membaca :)

"Pada dasarnya hidup itu penuh dengan pilihan. Memilih hal yang kita sukai atau hal yang terbaik untuk kita." -Bayha Nando-

∆∆∆

Renaldnvl_
Habis ada sesuatu yang terjadi sama pacar lo. Sekarang dia di Uks, gue harap lo segera kesini.

Saat membaca pesan tersebut, entah kenapa ada desiran hebat di dadanya. Rasa takut itu mulai menjalar di tubuhnya. Tanpa diberi aba-aba ia langsung beranjak dari bangkunya dengan tangan yang terkepal kuat.

"Eh bro mau kemana??" pertanyaan Ferry itupun tak direspon oleh Nando.

Dengan kasar Nando membuka pintu Uks yang terlihat tidak ada penjaganya itu.

Saat samapai di dalam Nando melihat keadaan Vinka yang tertidur dengan rambut yang sedikit basah. Lalu ia beralih menatap Renald yang berada di sofa ruangan tersebut. Tampak Renald sedang memegang ponselnya.

"Lo apain cewek gue hah??" Nando menarik kerah seragam Renald sehingga membuat Renald terpaksa berdiri dari duduknya. Tatapan laki-laki itu terlihat sangat tak bersahabat.

Renald kembali memasukkan ponselnya ke saku celana. "Selow man!! Jangan teriak teriak, ini Uks."

Nando pun melepas cengkraman nya kasar. Namun tatapan nyalang itu masih ia lemparkan ke arah Renald. "Gue tanya sekali lagi, lo habis apain cewek gue?!!"

Renald menghela nafasnya pelan. "Gue yang nyelametin cewek lo, seharusnya lo berterimakasih sama gue. Lagian nggak logis juga kalo gue dengan sengaja nyelakain cewek lo lalu gue ngabarin lo,"

"Trus kenapa cewek gue keadaan nya bisa jadi kayak gitu?!"

"Seharusnya lo tanya sendiri sama temen sekelas lo itu apa yang udah dia lakuin ke Vinka!!" Kini nada bicara Renald naik satu oktaf.

Nando menyerngitkan dahinya, "maksud lo?!"

"Ck. Gausa pura-pura gatau deh lo. Gue sendiri tau kalo lo tau siapa dalang dari semua ini!!"

Nando tampak berfikir sejenak mengenai ucapan juniornya itu. Jika cowok itu bilang sekelasnya, maka... Ya otaknya langsung mengingat satu subjek yang pasti dalang dibalik semua ini. Dan ia sendiri yakin 100% bahwa perempuan itu adalah dalangnya.

"Sekarang lo udah inget??" Dan Nando hanya terdiam, rahang nya pun semakin mengeras mengingat siapa yang dibalik semua ini.

"Gue tadi melihat dengan mata kepala gue sendiri apa yang telah perempuan iblis itu lakukan, dan sekacau apa cewek lo waktu itu." Intonasi Renald sekarang kembali seperti semula.

"Thanks."

"Ya sama-sama." Renald menepuk-nepuk pundak Nando, "gue harap lo bisa lebih jagain cewek yang lo sayang, jangan sampai kecolongan lagi sama cewek ga waras itu. Dan saran gue mending lo gausah tanya ke Vinka soal apa yang telah terjadi sekaligus penyebabnya yang lo sendiri udah tau." Lalu Renald berjalan hendak meninggalkan ruangan tersebut.

Namun langkah laki-laki berlesung itu terhenti. "Oh ya satu lagi, sampai gue tau kejadian serupa terjadi lagi ke Vinka, gue jamin bogeman gue langsung mendarat di tubuh lo." Ucapan sekaligus peringatan itu keluar dari bibir Renald sebelum akhirnya lelaki itu benar benar meninggalkan ruang Uks tersebut.

"Eh Renald!!" Suara toa itu menggema di koridor kelas yang cukup sepi itu. Karena beberapa menit lalu bel masuk telah berbunyi.

Mendengar panggilan itu Renald memberhentikan langkahnya. Disana terlihat tiga perempuan yang berlari kearah nya dengan membawa beberapa kantong berisi jajanan ringan itu.

REVINA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang