14. Tumpahnya Air Mata

122 44 21
                                    

"Mungkin kamu sekarang tertawa, menikmati kesenangan mu. Tetapi asal kamu tau, aku disini menahan sakit yang tak bisa dijelaskan. Dan juga tak bisa kau mengerti." -Vinka Arfaisa-

Selamat membaca :)

Vinka mengeringkan rambut yang masih basah. Jarum panjang jam dinding dikamarnya menunjuk ke arah mendekati angka 6, sedangkan jarum pendek menunjuk ke angka 9.

Satu jam yang lalu Vinka terbangun dari tidur nyenyak nya. Lalu melaksanakan rutinitas paginya.

Entah dapat hidayah darimana Vinka segera menuju kamar mandi lalu mencuci rambutnya. Karena biasanya ia sangat takut dengan air sebelum lewat pukul 05.30. Namun sekarang lihatlah, ia sudah siap dengan seragam yang terpasang rapi ditubuhnya.

Setelah mengeringkan rambut, Vinka langsung menggelung ujung rambutnya. Setelah itu memoleskan bedak tipis diwajahnya.

Tangan Vinka meraih ponsel diujung nakas menggunakan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya, sibuk mengibaskan kaos kaki yang hendak ia pakai.

Bayhando : Oyasuminasai :)

Pesan pertama yang ia buka. Sedetik kemudian ia tersenyum. Ada apa dengan seniornya ini. Pagi hari ia cuek minta ampun sehingga membuatnya jengkel, sedangkan malamnya justru mengucapkan selamat malam. Adakah yang salah pada dirinya??

Beberapa menit kemudian ia mengirim pesan balasan yang sungguh terlambat.

VinkaArfa : Wkwk iya kak :) Oi kakak es.. Aku uda ngga ngambek loh 😁

VinkaArfa : Btw, morning kak. Semoga matahari hari ini bisa semakin melelehkan hati kakak 🌞

Setelah terkirim, Vinka segera melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Memakai kaos kaki. Setelah itu ia segera beranjak keluar kamar dengan blazer yang masih ia gantung ditangannya.

Ruang makan yang biasanya ramai sekarang mendadak menjadi sepi. Tak ada Pandu disana, dan juga bundanya. Ah ya mungkin Pandu masih asyik di dunia mimpinya. Namun, apakah bundanya masih marah karena hal kemarin??

Tatapannya seketika berubah sendu. Vinka menghela nafas berat. Ia bingung harus melakukan apa setelah mengetahui itu. Melanjutkan kegiatan seperti biasa seperti tanpa beban, ataukah ia meminta maaf langsung didepan bundanya lalu berjanji akan bertingkah baik dengan tantenya?? Opsi kedua butuh menyelaraskan pemikiran dan perasaan Vinka terlebih dahulu.

Vinka terus melangkah kan kakinya mendekati meja makan. Lalu ia membuka tudung saji. Terlihat beberapa menu sarapan tersedia di dalamnya. Rupanya bunda Vinka telah mempersiapkan nya pagi buta.

"Selamat makan!!" ucapnya setelah melafalkan beberapa doa sebelum makan. Karena itu merupakan kebiasaan yang selalu dilakukan di lingkungan keluarganya.

∆∆∆


Ponsel di atas meja makan bergetar. Nando yang baru selesai sarapan, langsung meraihnya lalu membuka notifikasi terbaru.

Ia tersenyum setelah membacanya. Perempuan itu hanya melakukan hal sederhana. Namun, hatinya tak lagi seperti dulu yang keras layaknya batu. Sehingga dengan mudahnya ia terhibur dengan hal sederhana ini.

Tanpa membalas pesan tersebut Nando langsung beranjak dari kursinya. Ia meraih kunci mobil, dan segera berangkat menuju tempat ia menimba ilmu.

Tak lama setelah itu Nando tiba di sekolah. Tanpa basa basi ia segera turun dari mobil. Dan pada saat itu ia melihat ada cukup banyak pasang mata melihat kearahnya. Hal itulah yang tidak ia sukai. Menjadi pusat perhatian.

REVINA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang