DUA PULUH EMPAT: DINGIN

6.4K 221 0
                                    

Maaf kepada pemilik rindu, maaf jika aku sempat mengabaikan. untuk kamu manusia paling istimewa aku menyampaikan rindu dalam diam, aku tidak ingin menitip luka karena cukup aku saja yang sakit. Kamu jangan.

~ALNAYA~


***

Yang satu ingin mengejar, yang satu lagi ingin menghindar. Sebenarnya ada dua hal yang akan terjadi didalam hidup manusia, menyakiti atau disakiti.

Terkadang kita ingin berjuang tetapi malah berjumpa sakit, ingin berhenti namun hati tak bisa di ajak bekerja sama.

Seharusnya kita wajib menjaga keseimbangan, karena kalau sudah terjatuh jangan harap akan bisa menghindar dari luka.

Mencintai itu bukan keinginan logika, melainkan hati. jika hati sudah jatuh maka akan susah bangkit, siap jatuh cinta berarti siap sakit juga.

Mencintai itu ibaratnya seperti mengomsumsi obat, jika sudah terlalu banyak memakannya maka akan overdosis kemudian berakhir sakit.

Siapapun tidak ingin berakhir menyedihkan, ternyata skenario selucu ini. Dulu kita mencintai, bahkan sampai memperjuangkannya sekeras ini. Namun ketika akan terbalas yang mencintai justru sebentar lagi akan menjadi milik orang lain.

Gadis bersurai hitam itu duduk di bangku taman sekolah, ia membuka buku bersampul beruang. Dengan tenang ia mulai menorehkan tinta diatas kertas putih itu, jari-jarinya lihai menulis setiap untaian kata.

Dear diary...

Titip salam ya buat manusia paling istimewa, bilangin aku lagi rindu. Awalnya aku pikir dia itu senja, tetapi senja hanya mampir memberi keindahan lantas pergi kemudian digantikan malam yang pekat. Kemudian aku kembali berpikir, dia itu seperti pelangi yang datang setelah hujan. Tetapi tidak keduanya, dia bukan senja ataupun pelangi yang hanya mampir memberi sejuta keindahan kemudian mengikhlaskan kelabu yang mengambil alih.

Dia berperan seperti langit, mengabaikan walau senja dan pelangi datang menghampiri. Tidak peduli jika kelabu menyelimutinya menurunkan hujan walau langit ingin tetap terlihat biru.

Langit itu jauh, sulit dijangkau. Ada saatnya dia akan terlihat indah dan mengagumkan.

Tertanda : Annaya Astra Ayudhya

"Oi lo ngapain di sini? Lo budek? Udah bel tuh." Seloroh Gina membuat Annaya terlonjak kaget tetapi gadis itu segera mengendalikan ekspresinya.

Ia menutup buku, kemudian menaruhnya kedalam tas membuat Gina mulai penasaran.

"Lo nulis apa?" Selidiknya

Annaya hanya mengangkat bahu tidak ingin berkata apapun, ia berjalan melewati Gina.

Gina mengernyit "dia kenapa ya? Tumben jutekin gue gitu."

Edo menggeleng tidak tahu "udah nggak usah dipikirin, mungkin dia lagi ada masalah dan butuh waktu sendiri."

Edo mengusap kepala Gina "yaudah mending kekelas aja, lo udah belajar buat ulangan matematika wajib kan?" Tanya Edo

Gina spontan menoleh "serius gue belum belajar, hapalin rumus aja belom."

"Hahaha mampus lo, dapat nilai bebek tau rasa." Ledek Edo

Gina memberenggut "oh gitu ya sama pacar sendiri, iya ledekin aja terus." Sindir Gina

Edo menahan tawa "nggak kok enggak, tadi itu khilaf beneran deh."

Gina masih cemberut "bodo amat!"

"Yah kok ngambek"

"Suka-suka gue dong."

"Maafin gue dong Gin..." pinta Edo dengan memelas

Gina menahan tawa "gue maafin, tapi ada syaratnya."

Edo mendadak was-was, perasaannya juga mulai tidak enak. "Apa syaratnya?"

"Contekin gue." Kata Gina dengan lugas

"Mati aja lo"

"Punya pacar otak encer itu harus dimanfaatin sebaik mungkin."

"Ohh jadi lo pacaran sama gue cuman mau manfaatin gue doang?"

Gina mengelak "gue sayang sama lo, tapi kan mubazir kalau nggak dimanfaatin hehe."

"Enak yah kalian bukannya masuk kelas malah pacaran disini!" Bu Wila salah satu dari kesekian guru BP itu menjewer telinga Gina dan Edo

"Aduh bu ampun, bisa copot nih telinga saya." Kata Gina sambil meringis

"Iya bu sakit nih, ini namanya kekerasan dalam sekolah." Lanjut Edo membuat bu Wila makin naik pitam

"BODO AMAT!" Kata bu Wila dengan wajah garang



♠♠♠


Rafa yang baru sampai di kantin menepuk ringan punggung Algis"Oi gimana? Sukses nggak?"

Algis menghela nafas kecewa "nggak."

Ruben yang sedari tadi diam mengernyit bingung ia menatap Rafa dengan tatapan ingin tahu "maksud lo apaan?"

"Naya nolak gue, katanya minggu depan bakalan tunangan sama si cowok cantik itu."

"Lah masa sih?" Tanya Ruben yang masih tidak percaya

"Dia ngomong ke gue gitu."

"Ah pasti ada yang nggak beres nih." Cetus Rafa tiba-tiba

"Maksud lo?" Tanya Algis dan Ruben bersamaan

"Pasti Annaya lagi dalam tekanan besar."

Ruben makin nggak ngeh sedangkan Algis diam mencoba mencerna ucapan Rafa "to the point aja deh." Pinta Ruben

Rafa menatap Algis dengan serius "kok gue ngerasa ya, kesannya Annaya itu dipaksa buat tunangan sama tu bocah kecentilan."





VOTE DAN KOMEN GUYS💙

FOLLOW AKUN AKU : @yunindrianti

IG : Indryointu1401

ALNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang