EMPAT PULUH TIGA: PERJANJIAN

3.6K 124 1
                                    

Ada rindu yang tertahan, ada seuntai kata yang ingin aku ungkapkan, ada sejuta harapan yang bergelayut dalam benakku, ada impian yang ingin aku wujudkan, jika aku memilih untuk mencintaimu apakah aku salah?

                          ~ALNAYA~

***

Angin malam berhembus kencang membuat surai gadis cantik itu beterbangan, lengannya terangkat memeluk dirinya sendiri, sesekali melihat jam dan menghembusan nafas pelan berharap sosok yang ditunggu segera datang karena ia tidak tahan jika harus berlama-lama di atap dengan di temani angin malam yang menusuk tulang.

Gadis itu sontak terlonjak kaget ketika  seseorang menyampirkan jaket di bahunya. Ia menoleh, kemudian menunduk ketika cowok itu menatapnya tajam.

"lo ngapain sih disini? Udah tau udaranya dingin banget lo malah ngeyel pengen ketemuan." omel Aldi

Rinai memutar bola matanya malas "gue pengen ngomong sama lo sambil lihat bintang, coba lo lihat ke atas bintangnya banyaaaakk banget!" seru Rinai antusias

Aldi berdecih "segitu sukanya lo sama bintang? Mending lo suka sama gue ada faedahnya" seketika Aldi bungkam menyadari bahwa ia salah ngomong

Rinai menyerigai jahil "lo suka sama gue Di?"

Aldi menggeleng tegas "ngapain gue suka sama cewek rese kayak lo"

Rinai menunduk "oh gitu ya Di"

Aldi gelagapan tidak tahu harus merespon apa ketika melihat wajah sedih Rinai

"lo tau nggak sih-"

"nggak tahu, kan lo belum ngomong." potong Aldi cepat

Rinai spontan menoyor kepala Aldi "kan gue belum selesai ngomong, ngeselin banget sih lo!"

"yaudah ngomong" tukas Aldi

Rinai bungkam, moodnya benar-benar hancur ia memalingkan wajahnya tidak mau menatap Aldi.

"oh jadi lo ngambek?" tanya Aldi namun Rinai enggan menjawab

Aldi menyeringai ia tahu bagaimana caranya membuat Rinai kembali bicara, pelan-pelan ia mendekat dan mengunci tubuh Rinai yang bersandar di besi pembatas.

Rinai tetap bungkam dengan debaran yang menggila, wajah Aldi semakin mendekat hingga hidung mereka bersentuhan.

Rinai bisa merasakan hembusan nafas Aldi kok situasinya jadi kayak gini sih, harusnya gue nggak usah sok ngambek tadi.

Aldi memiringkan kepalanya membuat jantung Rinai seolah merosot jatuh ke perut "GUE SUKA SAMA LO BRENGSEK!" pekik Rinai

Aldi bungkam dengan posisi yang masih sama, dengan hidung yang masih bersentuhan "jadi lo selama ini suka sama gue?" bisik Aldi

"iya, dari pertama kali kita ketemu lo yang berusaha nyelametin gue dari Mario yang hampir aja renggut kehormatan gue, lo bener-bener berhasil bikin gue sejatuh ini sama lo. Gue juga nggak tahu kenapa, yaa intinya setiap kali gue ada disisi lo gue ngerasa nyaman banget." ungkap Rinai dengan mata berkaca-kaca

"Di lo pernah bilang ke gue bakalan ngabulin apapun permintaan gue asalkan gue bisa nolong Naya. Lo nggak lupa kan?" cicit Rinai

Aldi tersenyum "apa permintaan lo?"

"gue pengen jadi pacar lo" ucap Rinai dengan satu tarikan nafas tanpa jeda

"terkabul" sahut Aldi dengan cepat

"gue beneran jadi pacar lo?" tanya Rinai tidak percaya

Cup

Aldi mengecup pipi Rinai saking gemasnya "lo sekarang jadi milik gue"

Rinai tersenyum ketika Aldi mendeklarasikan kepemilikannya rasanya ia masih tidak percaya jika mengatakan perasaannya akan semudah ini. Ia pikir detik ketika ia mengatakan perasaannya Aldi akan menolaknya mentah-mentah atau bahkan menjauhinya tapi ternyata pemikirannya itu salah.

Aldi memeluk pinggang Rinai dengan possessive sambil menyingkirkan helaian surai hitam yang menutupi wajah cantik Rinai

Sedangkan Rinai masih menatap wajah Aldi dengan lekat-lekat membuat Aldi membalas tatapan Rinai "kenapa?

"lo nerima gue jadi pacar lo hanya karena janji itu kan?

"kenapa lo nanya gitu?"

Rinai menghela nafas pelan "ya nggakpapa sih, gue cuma mau pastiin aja biar hati gue nggak terlalu sakit ketika lo menghilang dari hidup gue tanpa sepatah kata."

Aldi mencubit pipi Rinai "kok lo mikirnya udah sejauh itu sih?"

"karena gue nggak bisa bayangin ketika gue udah cinta banget sama lo dan lo malah pergi ninggalin gue tanpa ngomong dulu ya nggak tahu akan sehancur apa gue nantinya."

"Rin gue janji nggak akan ninggalin lo, kalau pun itu terjadi berarti itu bukan keinginan gue dan lo berhak untuk hukum gue." kata Aldi dengan sungguh-sungguh

Rinai merasa jantungnya semakin berdebar dengan pipi yang bersemu merah "anjir lo kok bisa bikin gue baper sih"

Aldi spontan tertawa kemudian mengacak rambut Rinai dengan gemas

Rinai kesal Rambutnya jadi berantakan ia kemudian menjambak rambut Aldi sehingga mereka tertawa dengan lepas

                             🦄🦄🦄

"loh loh loh ini tangan kenapa nemplok gini?!" tanya Ruben dengan heboh sambil menunjuk tangan Aldi dan Rinai yang saling menggenggam

Aldi merangkul bahu Riani "be mine"

"woooo gercep ya bang!"

"pj dong pj!"

"ciee yang udah taken" seru mereka menggoda Rinai

Rinai hanya tersenyum malu menanggapi godaan teman-teman pacarnya

"Algis udah punya Annaya, Rafa udah punya Shareen, Ruben udah punya Caca, bang Aldi udah punya kak Rinai, Damian punya siapa dong?" tanya Ruben yang membuat semuanya menertawai kejombloan Damian

"Yan mending lo sama cewek kunti yang ketemu lo di bandara itu deh!" ledek Rafa

Damian menekuk wajahnya "mending gue sama mbak Juminten setiap ngapel di kasih makan cilok daripada sama cewek kunti yang ada tubuh gue jadi tulang semua gegara makan ati."

Mereka sontak tertawa bahkan ruben udah pukul-pukul sofa membuat Caca meliriknya tajam

Aldi menghiraukan kehebohan teman-temannya ia fokus menatao menatap Riani "lo duduk aja sama Shareen dan Caca, ada yang mau gue bicarain ke Algis."

Rinai mengangguk dan bergabung dengan teman-teman perempuan, mereka langsung akrab karena banyak topik pembahasan.

"Al ikut gue bentar"

Algis mengangguk dan mengikuti kakaknya. Mereka duduk di taman rumah sakit, dalam beberapa menit ada keheningan yang menyelimuti.

"kita harus tanda tangan secepatnya Al, kita nggak punya pilihan lain waktunya udah nggak banyak." jelas Aldi

"tapi bang gue takut segala kemungkinan yang akan terjadi, gue takut kehilangan mama."

"setiap oprasi itu punya resiko, siap nggak siap kita harus siap. Lo inget nggak kata dokter Frans?" tanya Aldi

Untuk melakukan oprasi ini kemungkinan untuk bu Lidya selamat itu sangat kecil, dari seratus persen kemungkinan ia bisa terselamatkan hanya satu persen. Pelurunya hampir mengenai jantung, jika saja ada sedikit saja kesalahan maka akan fatal akibatnya. Ini adalah surat persetujuan oprasi, keselamatan bu Lidya tergantung pada surat persetujuan ini dan berdoalah kepada Allah, karena sesungguhnya hanya kepada Allah tempat manusia meminta pertolongan.

"iya gue inget" ucap Algis

"terus lo akan biarin mama bertahan dengan alat-alat rumah sakit itu?"

Algis diam cukup lama, "oke, gue akan tanda tangan."




Jangan lupa vote, komen dan follow akun aku guys💕

ALNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang