TIGA PULUH TIGA: PERFECT COUPLE

5.9K 201 10
                                    

Senyum itu nggak selalu bisa ngewakilin semua apa yang kita rasa, terkadang sorot lebih mengerti dibandingkan kata.

                             

                                  ~ALNAYA~

***

Sedari tadi bisik-bisik tetangga terus terdengar, SMA Negeri 1 Bandung baru saja menyaksikan sesuatu yang menggemparkan.

Kabar tentang pertunangan Algis dan Annaya telah menyebar luas, berbagai opini terlontar sana-sini membuat koridor tampak sangat ribut apalagi sang objek sedang berjalan santai menyusuri koridor sambil bergandengan tangan.

"Sumpah mereka beneran udah tunangan?"

"Ahh.. nggak mungkin gue nggak percaya."

"Dijodohin kali!"

"kalau cewek centil mah pasti ngelakuin segala cara biar jadi"

"Eh, jaman sekarang masih doyan pelet?"

"Yaa gue nggak tau, mungkin si cewek centil itu tau."

"Itu bitch ya?"

"Patah hati sedunia nih."

Berbagai komentar miring tentang sosok gadis yang menjadi tunangan sang most wantet SMA Negeri 1 bandung terus terlontar membuat cowok berparas tampan itu menatap sekumpulan cewek cabe-cabean itu dengan nyalang.

"Heh cabe murahan tutup mulut lo, modal tampang ondel-ondel aja bangga! Orang tua lo nggak pernah ngedidik lo ya?" Hina Algis

Ia menatap rendah sosok gadis yang kini sedang menunduk takut, "dasar pecundang, ngomong tuh didepan kayak gue jangan beraninya ngomong dibelakang."

Algis berdecih kemudian menatap disekelilingnya dimana banyak siswa yang menatap kearahnya, "lo semua nggak perlu sok ikut campur urusan pribadi gue, gue yang cinta sama Annya jadi nggak usah sok baik didepan gue dan ngehina Annaya di belakang gue." Kemudian ia membawa Annaya keluar dari kerumunan itu

Setelah sampai didepan kelas Annaya menatap Algis sambil tersenyum manis, "makasih tadi udah ngebela aku."

Algis balas menatap Annaya tak kalah lembut membuat gadis itu semakin tenggelam "itu udah jadi tugas aku, udah seharusnya aku ngebela kamu."

Annaya memiringkan kepalanya menatap Algis dengan sorot lempeng, "aku dulu ngadepin kamu yang sok dingin banget, sering judesin aku dan maki-maki aku tetapi sekarang aku malah ngadepin sosok yang romantis dan hangat itu bener-bener wujud kamu kan Al?" Annaya meringis mendengar pertanyaan yang ia lontarkan barusan

Algis terkekeh membuat beberapa siswi yang dikelas Annaya berdecak takjub mengagumi ketampanan cowok itu ketika tertawa

Cowok tampan itu menggenggam tangan Annaya dengan lembut "dulu aku bener-bener lagi bangun tembok setinggi mungkin, bener-bener nggak mengizinkan satu orang pun masuk dan menerobos tembok yang aku bangun dengan susah payah. Hidup aku monoton banget dan terkesan abu-abu, saat itu kamu datang dan menawarkan sejuta warna yang membuat aku nggak bisa berpaling aku pikir dengan jutekin kamu itu bakalan buat kamu menyerah tetapi aku salah cinta kamu ke aku bener-bener tulus sehingga tanpa sadar mengelakpun itu bisa bikin aku sakit kalau ternyata aku udah sejatuh ini sama kamu. Kamu berhasil ngeruntuhin tembok itu, aku cinta sama kamu Nay." Lirih Algis

Annaya Speechless ucapan Algis bener-bener tak terduga, tatapannya teduh dan genggamannya pun terasa hangat. Nggak hanya itu mereka menjadi tontonan gratis bahkan ada yang melakukan siaran langsung, ada juga yang membuat akun instragram dadakan bernamakan ALNAYALovers yang sudah diikuti ratusan orang. bener-bener deh Algis ini ngebaperin anak orang nggak tanggung-tanggung.

"Hey mamen!" Ruben berseru memecah kerumunan, "Minggir dong, pangeran mau lewat." Ujarnya membuat beberapa gadis menyingkir memberi jalan kepada cowok sok ketampanan itu diikuti Rafa, Damian, Edo, dan Gina.

"Aelah ganti chanel dong! Romance mulu perasaan, horor comedy kek." Gerutu Ruben

"Dasar pengganggu!" Sindir Algis kemudian bergegas balik kekelas

"dasar upik abu!" Cela Annaya kemudian masuk kedalam kelas

Ruben menggaruk kepalanya yang tidak gatal "ini pada kenapa ya?" Tanya Ruben tidak tau diri

"Dasar pe'a" ejek Gina kemudian menyusul Annaya kedalam kelas

Damian, Rafa, dan Edo menatap Ruben Prihatin "Ca!" Panggil Rafa

Gadis bersurai hitam acak-acakan sambil mengunyah permen karet itu berhenti "paan? Ga penting gua bacok lo." Pertanyaan datar itu dilontarkan Caca

Rafa menatap Caca yang sedang bersidekap dada, merinding sih kasihan juga Ruben dapetnya cewek urakan macem itu preman sekolah lagi sederajat sama si Aldi sih.

"Itu loh ca, si Ruben kepengen drama horor comedy."

Ruben, Rafa, dan Edo menatap Damian dengan horor sedangkan yang ditatap melangkah pergi dengan sangat santai seolah tidak mengatakan apapun.

Tamat riwayatmu nak.. batin Rafa, ia melirik Edo yang juga memberikan kode. Mereka melarikan diri dengan sangat tiba-tiba membuat Ruben merasa tersudutkan oleh tatapan membunuh didepannya.

Ia melangkah mundur perlahan, "Ampun ca... AMPUN!!!"



                                       🔷🔷🔷

Shareen menunduk menatap sepasang sepatu hitam milik sosok cowok yang diam-diam sudah menetap dihatinya, perlahan ia mendongkak menatap cowok tampan yang tersenyum kearahnya "Hai Shareen."

Shareen membasahi bibir bawahnya karena mendadak dilanda kegugupan "Raf kok kamu disini? gurunya yang nggak masuk atau kamu yang bolos?"

Rafa terkekeh mendengar pertanyaan beruntun yang dilontarkan Shareen padanya "kayaknya opsi kedua lebih cocok buat gue."

"Kenapa bolos lagi?"

"Kangen sama lo soalnya." Rafa merapatkan bibirnya, bener deh dia nggak bermaksud ngegombal itu ucapan spontan.

Shareen salting "ngaco!" Ia berjalan cepat melewati Rafa

Rafa menahan pergelangan Shareen "Shareen gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Gadis bersurai pendek itu berhenti menapaki lantai, ia membalikkan badan menatap cowok berwajah rupawan yang sedang mengusap rambutnya dengan gusar.

"Apapun yang terjadi lo nggak boleh pergi dari gue, sekalipun itu kenyataan terpahit yang bakal lo tahu."

Shareen tertegun, ini maksudnya apa?

Rafa berlalu setelah mengusap lembut surai hitam itu, mendadak perasaan Shareen menjadi tidak enak.

Apa yang akan terjadi?

Shareen menatap punggung tegap itu yang perlahan menghilang dibelokan koridor.

Ia tidak bodoh tentang peringatan tegas itu, gadis itu tersenyum miris seperinya ia harus lebih menguatkan batinnya.




VOTE GUYS KASIH KOMENTAR KALIAN BUAT CHAPTER INI!

ALNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang