DUA BELAS: ANNAYA PINGSAN

7K 290 6
                                    

        Karena pada faktanya, memiliki
        adalah awal dari kehilangan.

                          ~Alnaya~

***

Senin adalah satu kata yang paling menyeramkan bagi sebagian siswa yang sangat anti dengan upacara atau apel rutinitas yang biasanya dilakukan setiap hari senin. Alasannya karena tidak ingin berpanas-panasan apalagi mendengar ceramah panjang kali lebar ala kepala sekolah berkepala plontos itu.

Matahari kini menyorot dengan sempurna membuat beberapa siswi mengeluh kepanasan sedangkan bapak kepala sekolah yang terhormat itu sedang memberikan petuah atau wejangan tentang kebersihan, kedisiplinan dan masih banyak lagi.

Annaya menyeka keringat yang menguncur di dahinya menggunakan punggung tangan.

"Nay" panggil Gina pelan

Annaya menolehkan sedikit wajahnya kebelakang dimana Gina berdiri "iya Gin?"

Gina meneliti wajah pucat Annaya "lo nggak pa-pa?"

Annaya tersenyum tipis "nggak pa-pa kok."

"Tapi itu muka lo pucet banget, lo sakit?"

Menggeleng pelan, Annaya kemudian berucap "gue nggak pa-pa Gin, udah lo nggak usah khawatir."

Gina menyerah, ia menganggukan kepalanya sedikit ragu "tapi kalau lo udah nggak tahan bilang ke gue ya Nay." Seloroh Gina

Annaya hanya mengangguk kemudian kembali menghadap kedepan. Matanya menyipit karena berhadapan langsung dengan matahari.

Lambat laun kepala gadis itu mulai terasa pusing, tapi ia mencoba untuk bertahan sedikit lagi karena ia pikir upacara akan segera berakhir.

Tetapi kini tubuh itu mulai kehilangan keseimbangan sehingga tubuhnya ambruk, yang ia dengar terakhir kali adalah suara sahabatnya, Gina.

"Nay, bangun! PMR WOY CEPETAN SINI TEMEN GUE PINGSAN!" teriak Gina

"Minggir!"

Suara itu membuat Gina tersentak kaget "Algis? Ngapain lo..."

Ucapan Gina terpotong oleh sentakan Algis "bacot!"

Dengan cepat cowok tampan itu menggendong Annaya dan membawa gadis itu ke UKS

Dengan sangat hati-hati ia membaringkan tubuh Annaya di atas brankar. Kemudian ia mengambil minyak kayuh putih dari kotak obat, dengan telaten ia mengolesi minyak itu di bagian-bagian tertentu.

Tangannya merongoh kantong celana dan mengambil benda pipih berlogo apel di gigit itu

Jarinya dengan lincah menari-nari di atas kayboard kemudian menekan tombol send

To:
Rafamnuel: beliin teh anget sama bubur ayam di kantin gue tunggu di UKS, SEKARANG.

Setelah mengirim pesan singkat, ia mengamati wajah polos seorang Annaya. Gadis yang selama ini mengganggu ketenangannya, gadis yang secara terang-terangan menyatakan cintanya, gadis yang selalu ngintilin Algis dengan cake coklat buatannya.

Dan baru ia sadari saat ini, jika kehadiran gadis itu seperti anugrah baginya. Dia datang layaknya mentari pagi yang memberikan kesejukan serta rasa nyaman. Dia datang layaknya pelangi dengan sejuta warna sehingga tanpa sengaja warna itu tertular di kehidupan cowok itu.

Berkat gadis itu hidupnya tak lagi kelabu. Ia layaknya bintang yang datang meramaikan malam, menemani sang bulan yang kesepian.

Annaya, tanpa sadar gadis itu seolah merengsek masuk kedalam hati kosong penuh gelap itu dengan cahaya lentera.

Ia ingin membantu menerangi hati sang pangeran kesepian. Hanya saja....

Algis masih belum bisa menafsirkan perasaan itu

Rafa menepuk punggung Algis "Woe bengong aja lo, kesambet tau rasa.!"

Algis sontak terlonjak kaget "mau mati lo?"
Rafa terkekeh ringan "habisnya lo bengong mulu, mulai suka ya sama dede gemes?" Goda Rafa

Algis mengelak dengan wajah yang memerah "nggak mungkin, nggak usah ngaco lo!"

Rafa tertawa ngangkak ia sangat senang bisa menjahili cowok berhati dingin dengan gengsi yang selangit itu.






Jangan lupa vote dan coment guys!💙

ALNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang