EMPAT PULUH DUA: RINDU

4K 142 6
                                    

Biar ku persingkat saja, aku merindukanmu.

                       ~ALNAYA~

Algis duduk bersandar di dinding rumah sakit. Tatapannya sayu, seolah tidak ada kebahagiaan yang tertinggal di dalamnya. Tatapannya tidak pernah berpaling dari sosok gadis yang masih berbaring di atas brankar rumah sakit.

Ia melangkah pelan dengan keadaan hati rapuh, sosok cowok yang biasanya terlihat cool kini terlihat sangat kacau menanti gadisnya yang sampai saat ini belum sadar dari komanya

Tangannya gemetar menyentuh kening Annaya "sayang bangun ya, aku rindu." lirih Algis dengan mata yang memanas

"hari-hari aku kacau banget kalau nggak ada kamu, biasanya kamu yang selalu bawain aku bekal, biasanya kamu ngomel kalau aku bolos, semuanya terlalu asing saat kamu nggak ada disisi aku."  Algis mengecup kening Annaya dengan penuh perasaan "aku udah nggak bisa apa-apa tanpa kamu, aku udah terlalu bergantung sama kehadiran kamu Nay."

Algis membiarkan air matanya menetes di wajah cantik Annaya tanpa berniat untuk menghapusnya. biarkan saja, Algis ingin Annaya bangun dan mengejeknya cengeng karena menangis. Itu bahkan jauh lebih baik dari pada melihat Annaya yang diam sambil menutup mata, itu lebih menakutkan dari apapun.

"Nay, kamu tau mama juga ngalamin hal yang sama seperti yang kamu alamin saat ini. Jujur, aku udah hampir gila mikirin orang yang aku cintai dan sosok ibu yang baru aku temui terbaring lemah di tempat sialan ini. Aku nggak mau kehilangan kalian, jadi aku mohon bangun ya Nay." pinta Algis dengan memohon

Algis tertunduk lesuh, hati dan raganya seolah mati rasa. Semua terlalu cepat dan terasa seperti kepingan mimpi buruk yang membuatnya terjebak dalam ruang gelap tanpa ada jalan keluar.

Pintu diketuk dari luar, tanpa melihat pun Algis sdah tahu siapa si pengetuk pintu itu.

Aldi, Damian, Edo, Rafa dan Ruben berjalan mendekati Algis. Damian menepuk bahu Algis "lo pulang dulu gih, biar kita-kita yang jagain Naya dan mama."

Algis melirik Damian "sejak kapan mama gue jadi mama lo?"

Damian nyengir "iyain aja deh Al biar gue seneng."

Algis hanya menghembuskan nafas, terkadang otak Damian itu eror makin di ladenin makin tambah eror otaknya makanya Algis males ladenin kegilaan Damian. Padahal Damian itu awalnya nggak gini mungkin karena temenan sama Ruben jadinya ketularan begonya.

"nggak, gue disini aja. Gue mau jadi orang pertama yang dilihat Annaya ketika dia bangun." kukuh Algis

"yaelah bucin amat lo Al, iye gue tau lo cinta sama mantan kekasih gue tapi kalau kayak gini caranya lo salah. Dedek emesh nggak akan suka liat lo kayak gini, kalau dia bangun dia pasti akan ngomel dan ngambekin lo berhari-hari. Emang lo mau nggak di kasih jatah lagi?!" kata Damian ngegas

Algis berdiri dari duduknya dan menjitak kepala Damian "otak lo isinya begituan semua ya? Kalau ngomong suka nggak di filter, kalau Naya denger gue yakin seratus persen mulut lo bakalan di sumpel pakai kaus kaki yang seabat udah nggak di cuci."

"heh lo kalau ngomong emang suka bener ya! Tau ah gue ngambek, beb bujukin aku dong" kata Damian pada Ruben

"anjir najis banget gue! Jauh-jauh dari gue kampret." maki Ruben

"sialan gue harus mandi wajib ples mandi kembang ini." lirih Ruben sambil merinding geli

Seketika tawa mereka pecah mengalahkan suasana hening yang pada awalnya mengambil alih

"Al lo udah makan apa belum?" tanya Aldi

Algis mendesis "kayak doi aja lo nanyain gue udah makan apa belum."

Aldi memutar bola mata "lo di kasih perhatian malah nolak, aku tersakiti." ketus Aldi pura-pura merajuk

"anjir lo semua udah ketularan apa sih sampai bisa najisin kayak gini? Atau kemasukan jin hantu taman lawang kali ya" kata Algis tak habis pikir dengan tingkah teman-temannya yang semakin hari semakin aneh

"berkurang deh populasi orang waras" lanjutnya mengejek

"kayak lo udah waras aja sok ngatain kita" timpal Ruben sambil terkekeh

Rafa dan edo merangkul Algis "tenang aja kita masih waras kok, masih belum terkontaminasi sama virusnya ruben."

"eh eh eh ngapan lo sebut-sebut nama gue-"

"assalamu'alaikum" ucap seorang gadis di ambang pintu membuat ucapan Ruben terhenti

"eh Shareen, Raaaf pacar lo nih!" seru Damian heboh

Rafa menginjak kaki Damian "nggak usah heboh gitu, nggak tau ada orang sakit?"

"aduh iya maaf gue khilaf, habis Shareen cantik date-" Damian bungkam ketika melihat Rafa mepelototinya

Rafa menghampiri Shareen dan menggenggam tangan cewek mungil itu "kesini sama siapa?"

Sharen menunduk malu "sama Caca"

"terus Cacanya kemana? Kenapa nggak ada?" tanya Ruben ikut nimbrung

"Caca lagi ketoilet, katanya Shareen di suruh duluan aja nanti Caca nyusul." ucap menjelaskan

"Kalau Gina kenapa nggak ikut kalian?" Edo menimpali

"Gina lagi nemenin mamanya kerumah eyangnya yang ada di bogor, katanya maaf nggak bisa dateng hari ini dia juga nitip salam buat kalian."

Edo mengangguk mengerti kemudian kembali bergabung bersama yang lainnya

"udah yuk, duduk dulu." Rafa menarik tangan Shareen pelan dan membawanya ke sofa panjang yang tersedia di sudut ruangan

"Raf Shareen bikinin brownis sama jus apel, pasti kalian pada laper kan?" tanya Shareen dengan tatapan polos

Rafa terkekeh kemudian mengusap pipi gadis itu dengan lembut "makasih sayang" bisik Rafa membuat  semburat merah menghiasi wajah cantik gadis itu

"yaelah bisa nggak romantisnya jangan di depan mata gue?" protes Damian

Rafa menatap Damian dengan datar "siapa suru jomblo"

"anjir!" umpat Damian

Caca memasuki ruangan dengan pakaian santai seperti biasa, ruben yang melihat itu menghampiri Caca "habis dari toilet yang?" tanya Ruben

"yang-yang pala lo peyang udah tau gue dari toilet masih aja nanya!" semprot Caca galak

Ruben mengelus dadanya dengan sabar sedangkan Damian udah ketawa ngangkak sambil guling-guling di lantai

Shareen yang melihat itu meringis pelan "Caca lagi PMS makanya emosinya jadi labil." ujar Shareen menjelaskan agar Ruben tidak salah paham

Ruben yang mendengar itu mengangguk paham, ia bertekat tidak akan mengusik singa betina itu.

"oi makan dulu yuk, pacar gue bawain makanan." kata Rafa

Mereka pun mulai makan tanpa kehabisan topik pembicaraan. Algis yang mencemot kue buatan Shareen tanpa melepaskan tatapannya dari Annaya, Damian selalu ngebacot hal-hal yang nggak peting tapi bikin ketawa contohnya waktu ia dikejar anjing buas, dan berakhir nangkring di pohon sambil pipis di celana karena udah ketakutan setengah mati, Aldi, Ruben, Edo dan Rafa yang sesekali menimpali dan Shareen dan Caca yang tidak ada hentinya ketawa mendengar lelucon Damian.

Ting!

Bunyi notif pesan membuat Aldi merongoh kantongnya ia mulai tdak tertarik pada pembahasan teman-temannya dan fukus melihat si pengirin pesan.

Rinai: lo di mana? Gue mau ngomong hal penting sama lo, gue tunggu di atap.

Aldi menghela nafas pelan ia kemudian menepuk pundak Algis "gue keluar bentar, mau ketemu seseorang."

"lama juga nggak papa, nggak balik-balik juga nggak papa." goda Algis sambil tersenyum mengejek

Aldi hanya tersenyum simpul kemudian beranjak dari duduknya dan menemui si pengirim pesan


Jangan lupa vote dan komen ya guys😊

ALNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang