DUA PULUH TIGA: UNGKAPAN CINTA ALGIS

6.2K 239 1
                                    

Bagaimana caranya agar rindu itu tersampaikan tanpa lisan? Bagaimana caranya agar dia bisa merasai arti mencintai yang sesungguhnya?

                                  ~ALNAYA~

***

Pagi telah tiba dan nampaknya matahari masih malu-malu menampakkan diri.

Seorang gadis bangun dari tidurnya dengan keadaan mata bengkak, pelan namun pasti kakinya melangkah kearah jendela kemudian membukanya agar udara bisa masuk.

Sudut bibirnya sedikit tertarik merasai angin yang berhembus pelan menyapu wajahnya.

Kriiiiing!

Gadis cantik itu tersentak ketika alaram berbunyi nyaring, ahh rupanya ia bangun terlalu pagi.

Ia melangkah menuju kamar mandi dan melakukan rutual paginya. Setelah lima belas menit berendam di air hangat ia segera keluar dengan sehelai handuk yang melilit menutupi sebagian tubuhnya.

Kini gadis itu tengah berdiri didepan lemari yang terbuka nampak berpikir hendak menggunakan baju apa sebagai alas dalamnya.

Pilihannya jatuh pada tank top yang berwarna putih dan celana pendek ketat agar tidak terlalu panas.

Setelah memakai seragam putih abu-abunya ia segera mengambil tas dan hendak keluar dari kamar, tetapi langkah itu terhenti dengan tangan yang masih memegang gagang pintu.

Semangay Nay, lo nggak boleh barlari menghindari masalah lo sendiri. Harus tetap tersenyum apapun yang lo hadapi, lo nggak sendirian ada sahabat dan mamah lo yang selalu ngesuport dalam keadaan apapun.

Annaya tersenyum cantik lantas ia melangkah dengan berani membiarkan keraguan tertinggal dibelakangnya.

"Sini sayang sarapan dulu." Kata Ayunda saat melihat Annaya berjalan kearahnya.

Gadis itu mengangguk patuh dan tersenyum kemudian duduk disamping Gerry yang tengah membaca majalah khusus pria.

Suasana terasa hening, tidak ada sapaan seperti biasanya membuat Annaya menunduk sedih.

Ayunda meletakkan segelas susu stroberry dan dua potong roti bakar untuk sarapan pagi Annaya "dimakan ya, mama tau kamu kuat."bisik Ayunda sambil memcolek dagu gadis itu

Annaya terkekeh pelan kemudian memulai sarapan paginya. Ia makan dengan lahap meskipun sebenarnya ia tidak nafsu untuk makan, hanya ingin membuat mamanya senang dan tidak merasa sedih lagi.

"Naya berangkat sekolah dulu ya ma...pa." katanya setelah menghabiskan sarapannya

Ayunda tersenyum menyambut uluran tangan Annaya, ketika hendak menyalimi papanya Gerry diam hanya sekilas melirik uluran tangan itu kemudian mengangguk kecil.

Annaya menarik uluran tangannya dengan pelan bersamaan dengan bibirnya yang tersenyum miris "yaudah, Naya pamit."

                                    ♠♠♠

Algis menatap pantulan dirinya di kaca hingga beberapa kali sehingga membuat gadis kecil yang memeluk boneka panda itu menggerutu kesal.

"Abang, mata Ily capek liat abang bolak-balik kaca terus, udah kayak cowok yang mau ngelamar pacarnya."

Algis terkekeh dengan wajah yang merah antara malu dan kesal karena adiknya sampai berbicara sedemikian rupa

Ia menatap adiknya "menurut kamu abang ganteng nggak?"

Lily menatap Algis dengan tatapan menilai "ganteng, tapi...narsis." jawab Lily polos

Algis melotot tidak terima "abang nggak narsis kok, beneran deh."

Lily menggeleng "bang Rafa yang bilang kalau abang itu sok narsis karena lagi jatuh cinta sama cewek."

Awas lo Raf!

"Siapa yang ngajarin kamu cinta-cintaan, nggak boleh ya kamu itu masih kecil masih bau kencur." Kata Algis mengingatkan

Lily menjawab polos "bang Ruben bilang kalau Ily udah gede jangan jadi kayak abang yang nggak pernah peka sama cewek."

Nafas Algis memburu. Ia sudah bertekad akan menceburkan Rafa dan Ruben kelaut lepas.

Huh dasar, mereka emang pengdotrin yang sepurna.

Algis melirik jam ternyata sudah pukul enam lewat lima belas menit. Ia menoleh kearah Lily yang masih setia duduk diatas kasurnya sambil memeluk boneka panda, Algis berjalan kearah Lily dan mengusap kepala adiknya itu dengan sayang. "sekolah yang bener ya sayang, nurut sama paman Anton dan mbak Min."

Lily mengangguk "iya abang" kemudian ia mengecup pipi Algis

Algis tersenyum kemudian segera keluar dari kamarnya dengan wajah berseri-seri. Sambil bersiul pelan ia menyalakan mesin motornya dan bergabung dengan kenderaan lain.

Belum terlalu macet sih sehingga cowok itu ngebutpun tak akan jadi masalah.

Ia tersenyum ketika memasuki kompleks perumahan gadis itu. Motornya berhenti ketika indra penglihantannya mendapati seorang gadis sedang berjalan dengan kepala tertunduk.

Itu Naya bukan sih?

"Nay?" Panggil Algis

Gadis itu menoleh dengan tatapan datar, Algis merasa kikuk karena tidak pernah mendapati tatapan itu sebelumnya.

Ya, sebelumnya gadis itu sering memandangnya penuh binar dan malu-malu tetapi sekarang yang ia dapati adalah tatapan datar tanpa ekspresi yang menyorot kearahnya. Apakah karma sedang menjalankan tugasnya? Pikirnya.

Annaya masih diam ditempatnya membuat Algis berinisiatif untuk menghampiri gadis itu "ma-mau kesekolah bareng gue nggak?" Tanya Algis gugup

Annaya membuang muka "gue bisa sendiri."

Algis kaget menurutnya ini pertama kalinya Annaya menggunakan kata 'gue' ketika berbicara dengannya

sekarang udah waktunya lo perjuangin cinta lo, gue yakin banget kalau di hatinya masih ada nama lo.

Algis ingat benar ucapan Rafa kemarin ketika mereka sedang duduk di kantin, apakah ini saat yang tepat? Semoga belum terlambat.

"Nay, maaf atas perlakuan gue selama ini gue sadar kalau gue sering mengabaikan lo dan membuat lo kesakitan sendiri karena gue. Terserah lo mau ngehukum gue apa tapi please gue baru sadar kalau ternyata gue udah jatuh cinta sama lo, maaf karena biarin lo berjuang sendiri selama ini. Apa gue masih punya kesempatan buat perjuangin lo Nay?"

Annaya membuang muka "maaf, gue nggak bisa. Minggu depan gue dan Damian akan bertunangan, lo lupain aja gue dan anggap gue nggak pernah mencintai lo sampai sedalam ini."

"Nay gue bakalan buktiin kalau lo itu masih cinta sama gue, gue akan perjuangin lo Nay!"

"Taxi!" Panggi Annaya

Gadis itu segera masuk kedalam mobil meninggalkan Algis yang mengacak-ngacak rambutnya.

Ia menatap jalanan lewat kaca mobil dengan perasaan yang semakin sakit

Goodbye Al, terimakasih udah mau bales perasaan gue. Lo nggak terlambat, hanya saja gue lebih nggak mau kehilangan keluarga gue. Hari ini gue bahagia tetapi berimbas sakit ketika realita kembali menapar, gue udah nggak berhak atas cinta lo.




VOTE DAN KOMEN GUYS💙 FOLLOW AKUN AKU YA.. @yunindriyanti

ALNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang