A/n : dan ini part kamis yaa wkwk, semoga suka. Happy reading!!
________________
Dari pertemuan singkatku bersama para perintis klub geo (sebut saja begitu) di perpus, aku dibekali proposal untuk menemui Aldo. Laya sudah mengatur jadwal dan tempat pertemuan. Jadi aku tinggal mendatangi saja tempat yang telah disepakati.
Bunyi bel istirahat kedua menjadi penanda agar aku segera bergegas ke halaman belakang sekolah. Ares bersikeras menemani. Sebaliknya, aku kekeh tidak ingin dia ikut. Bukan tidak mungkin bahwa mereka akan berkelahi, maka sebisa mungkin harus kuhindari.
Aldo duduk di bangku halaman, menyeringai begitu melihatku.
"Kamu inget? Ini tempat biasanya kita ketemu," katanya, dengan pandangan berbinar menatap sekeliling.
Kedatanganku bukan untuk bernostalgia. Terlebih ikut terlarut dalam fantasi yang Aldo ciptakan. Langsung kusodorkan proposal, berikut pena nya juga. "Silakan tanda tangan."
"Jangan buru-buru," Aldo mengangsurkan benda-benda di tanganku. "duduk dulu, Nad."
Nah, kan. Seperti yang kuduga sebelumnya, ini tidak akan mudah. Demi Ares beserta para perintis lain yang menatapku penuh harap tadi, aku mendesah kalah. Mengikuti kemauannya untuk duduk.
"Jadi, apa syarat yang harus saya penuhi untuk satu tanda tangan?" tanyaku, langsung menjurus.
Aldo mengangkat alis, mungkin terkejut.
"Saya tau kamu akan minta sesuatu sebagai imbalan," tambahku.
"Pintar." Aldo bertepuk tangan dengan gerakan lambat. Membuat muak saja. "Saya mau ... kamu jadian sama saya."
Aku membelalak tak percaya
APA?
"Kalo kamu bersedia, saya akan tanda tangan sekarang."
Sulit dipercaya. Aldo Lachlan Mahasura- seorang jenius di angkatan kelas 12, anak kepala sekolah periode kemarin, ketua seluruh ekskul, mantan ketua Kelompok Ilmiah Remaja, digilai sebagian cewek pemuja kekaleman- menjual tanda tangannya demi mengajak cewek dekil sepertiku jadian. Apa dia sudah gila?
"Apa ketentuan yang harus saya jalani kalau kita jadian?"
Aldo terkekeh. "Kamu harus turutin perkataan saya."
"Contohnya?"
"Ikut ke mana pun saya minta."
"Ke toilet sekali pun?" ujarku sinis.
Aldo terbahak. "Kalo saya minta."
Sial.
"Apalagi selain itu?"
Alisnya bertaut, kemudian menggeleng. "Yang lain bisa saya kasih tau nanti. Sekarang kita bikin perjanjian aja dulu. Asal kamu tau, Nad, saya juga enggak akan menjerumuskan kamu ke hal yang enggak-enggak."
"Berapa lama perjanjian itu berlaku?"
Kali ini tawa Aldo pecah. Dia terbahak-bahak sambil sesekali memukul bangku. "Nada, Nada," tawanya masih tersisa. "kamu nanya berapa lama, udah kayak pacaran kontrak aja."
"Berapa lama?" desakku. Waktu istirahat kedua terlampau singkat dan aku tidak mau pertemuan ini berakhir tanpa keputusan.
"Mmm ... " Aldo membetulkan letak kacamatanya yang melorot. "Sampe saya bosen aja."
Aku kembali dibuat geram. Artinya periode jadian kami tidak terbatas. Bagaimana kalau terus berlangsung selamanya?
"Sampai kapan?" aku mencoba lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaman Terakhir [Telah Terbit]
RomanceCover by @achielll Sebagian part dihapus untuk keperluan penerbitan. __________________ Ares adalah temanku dan aku mencintainya! Yang bisa kulakukan selama ini hanyalah menulis kalimat 'Aku mencintaimu, Ares.' di diary. Jika kalimat itu sudah men...