Empat Belas

292 31 3
                                    

A/n : part ini aku bikin jauh hari sebelum up. Jadi untuk aldo lovers yang baru terbentuk, mungkin enggak akan bisa ketemu pujaan hati kalian untuk sementara waktu wkwk.. Happy reading🖤

°°°°°°°°°

Ares tidak memiliki gagasan menonton film apa pun dan aku juga kebetulan tidak punya inisiatif memilih film yang cocok. Meski Ares tak akan mendebat judul yang aku pilih (kecuali horor), tetap saja aku kebingungan. Alhasil kami cuma duduk di kursi empuk yang merapat ke dinding, menyaksikan orang-orang yang berlalu lalang.

Kebanyakan yang berkunjung adalah para sejoli yang nge date, mencari tempat bermesraan. Mungkin sebagian orang ada juga yang menganggap aku ada di golongan itu. Walaupun kenyataannya tidak. Ares tentu tidak mau dianggap sedang berkencan.

Sekonyong-konyong dua sejoli berpegangan tangan berhenti di depan kami.

"Hai!" Si cewek melambaikan tangan.

Aku menelengkan kepala. "Fei!" Dan disebelahnya adalah ... Pandu.

"Berdua aja?" Fei menaik turunkan alis, sukses membuatku salah tingkah.

Aku mengangguk sementara Ares menyilangkan kaki dengan santai.

"Seru, nih. Kita double date aja gimana?" cetus Pandu yang membuat Ares tersedak.

Seketika aku berpaling, merasakan pipi yang memanas.

"Udah beli tiketnya belum?" Pertanyaan Fei malah terasa seperti mengompori.

"Belum. Bingung mau nonton apa." Ares mengambil alih tugas menjawab. Nampaknya sudah kembali terkendali.

"Bagus. Kalo gitu kita beliin sekalian buat lo pada. " Fei menunjukku dan Ares bergantian sebelum menggandeng Pandu menuju tempat pemesanan tiket.

"Sial," umpat Ares kedua kalinya. "Semoga selera mereka enggak buruk."

Aku mengangguk pasrah. Mengamati Fei dan Pandu yang berdiri di salah satu kasir, hingga mereka kembali lagi ke hadapan.

"Film nya mulai lima menit lagi. Kita pilih yang paling cepet soalnya." Fei mengumumkan dengan riang. Jarinya dengan Pandu tetap saling bertautan.

"Ya udah, langsung masuk aja," timpal Ares. Yang disambut anggukan dari kami semua.

Pandu bilang ini double date tapi aku tidak setuju. Mereka jelas-jelas menunjukkan gelagat pacaran sementara kami sama sekali tidak ada romantisnya. Ares malah sengaja menginjak tali sepatu ku, hanya agar aku terjerembab namun tak sampai jatuh karena dipegangi tangan besarnya.

Hanya dua baris kursi penonton paling atas yang terisi, sedangkan kursi lainnya kosong melompong. Dan nyaris semuanya berpasangan. Aku jadi curiga, film apa yang mereka pilih?

"Kamu duluan," perintah Ares saat mencapai jajaran kursi ketiga dari atas. Fei sudah mengambil posisi paling ujung, menyusul Pandu setelahnya.

Aku patuh untuk berjalan menyamping. Pandu sempat menyeringai sebelum aku benar-benar mendudukkan bokong.

Sialan! Semoga dia tidak berulah macam-macam.

Lampu perlahan padam. Suasana berubah hening. Sengaja kucondongkan tubuh lebih ke kiri- ke arah Ares, agar jauh-jauh dari Pandu.

Seakan paham kecemasan ku, Ares balas mendekat. "Mau tukeran kursi?"

"Emm ... Enggak usah deh."

"Ya udah. Tapi kalo dia macem-macem bilang," kata Ares lagi. Kemudian memanggil penjual popcorn,  membelinya dua bungkus serta empat soda yang belum sempat kami beli tadi.

Halaman Terakhir [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang