Happy reading!!!!
______________________"Lo marah?" Pandu membuntutiku di koridor sepi. Jam pelajaran sedang berlangsung setelah istirahat pertama.
"Jangan ikutin gue," ujarku dengan intonasi memperingatkan, seraya mempercepat langkah.
Dari ujung koridor kelas sepuluh, aku berbelok ke toilet, berharap Pandu akan berhenti. Tapi ternyata dia tetap menguntit.
"Nad, gue mohon jangan marah."
"Gue mau ke toilet! Lo bisa pergi gak sih?"
Bukan nya beranjak, Pandu malah mendekat. Cepat-cepat aku berbalik untuk masuk ke toilet siswi, melangkahkan kaki ke salah satu bilik. Namun pintu tidak dapat ditutup, Pandu menahan nya.
"Jangan marah."
"Gue gak marah!" Teriak ku geram. "Pergi, Pandu! Ini toilet cewek!"
"Bohong." Pandu masih menahan pintu kuat-kuat agar tidak tertutup.
"Mau lo sebenernya apa, sih?!" Tenaga ku mulai habis, dengan tangan yang melemas. Percuma saja mendorongnya sekuat apa pun.
"Gue mau lo."
Pintu membanting terbuka karena tanganku terlepas dari sana. "Enggak bisa, Pandu. Lo pacar sahabat gue!"
"Tapi gue sukanya sama lo!" Dia merangsek masuk. Mendorong tubuhku hingga membentur dinding. "Gue mau lo yang jadi pacar gue."
Rasa takut mulai menyergapku. Dengan tangan Pandu yang mengunci lengan, tak bisa kutahan keringat dingin yang tiba-tiba membanjiri tubuh.
"Gue gak tau gimana caranya. Selama ini, susah banget pengen masuk ke kehidupan lo. Jadi, gue deketin Fei karena dia temen deket lo. And see, akhirnya lo mau bicara sama gue," ujar Pandu, diakhiri senyum getir.
"Bodoh!" umpatku. "Lo tau, Fei itu cinta banget sama lo! Persahabatan kita bakalan hancur gara gara ini!"
Ekspresi Pandu kembali datar. Dia mendekatkan wajahnya, menelusuri lekuk leher, membuatku merinding. Seketika panik menyerang.
Aku meronta tetapi Pandu terlalu kuat. "Lepasin! Lo jangan macem-macem!"
Dia tetap tidak berhenti.
Aku memalingkan muka sebisa mungkin untuk menghindarinya. Namun tetap saja, dia mendekat untuk menjilat air mata yang lolos melintasi pipiku.
"You are mine," desisnya.
Aku memejamkan mata. Dan sedetik kemudian cengkeraman Pandu terlepas diikuti benturan yang cukup keras. Memberanikan diri, aku membuka mata dan mendapati Ares sementara Pandu meringis di dekat wastafel.
"Jangan macem-macem sama Nada." Ares menggeram. Kedua tangannya mengepal begitu keras.
Pandu menaikkan kacamatanya yang melorot. Menatap Ares tajam dengan bahu naik turun. "Urusan lo apa?!"
"Gue bertanggung jawab ngelindungin Nada. Biar aman dari manusia berengsek kayak lo!"
"Jaga omongan, lo!" Mata Pandu menyalang marah.
Aku menyambar lengan Ares, menariknya agar segera keluar. Begitu melewati Pandu, aku berujar, "Gue mohon, jaga perasaan Fei."
Ares tidak melawan, sementara Pandu mengumpat kasar. Di dekat dinding toilet luar, Nyx sedang menyandar dengan santai.
"Aksi heroik yang bagus," ucapnya sambil menyeringai.
Langkahku sempat terhenti. Apakah Nyx berada di sini sejak tadi? Apakah Nyx melihat kejadiannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Halaman Terakhir [Telah Terbit]
RomanceCover by @achielll Sebagian part dihapus untuk keperluan penerbitan. __________________ Ares adalah temanku dan aku mencintainya! Yang bisa kulakukan selama ini hanyalah menulis kalimat 'Aku mencintaimu, Ares.' di diary. Jika kalimat itu sudah men...