Sembilan Belas

280 27 8
                                    

Siapa orang yang tidak ingin kutemui hari ini? Jawabannya ada dua. Pandu dan Aldo. Pandu mudah dihindari, karena selama aku terus bersama Fei dia tidak akan berani menghampiri. Sementara Aldo lain lagi. Jadi selama jam istirahat aku memilih mendekam di kelas bersama Fei, memakan cemilan yang pagi tadi dibeli di kantin.

"Nad, lo beneran udah sembuh? Gak ada luka serius kan?" tanyanya tiba-tiba.

"Udah, kok. Cuma ini," aku menunjuk perbanku "bentaran lagi juga sembuh."

"Bagus deh. Oh iya, gue minta maaf ya, selama lo sakit gak bisa jenguk sama sekali."

"Enggak apa-apa, santai aja lah."

Fei mengangguk sekali, kembali fokus pada cemilannya.

"Um, Fei. Hubungan lo sama Pandu gimana?" Entah keberanian dari mana aku bisa menanyakannya. Tapi melihat ekspresi Fei yang biasa saja, membuatku lega. Artinya pertanyaan tadi tidak salah.

"Hubungan kita baik-baik aja. Udah jalan seminggu ternyata, gak kerasa," kekehnya.

Aku luar biasa lega. Setelah apa yang Pandu lakukan di bioskop tempo hari, kehancuran hubungan mereka lah yang paling kutakutkan.

"Lo sendiri sama Ares gimana?" Fei balas bertanya. Bukan pertanyaan yang bagus.

"Gitu-gitu aja," jawabku lesu. Tapi mengingat perlakuan Ares kemarin yang tidak tertebak membuatku merona seketika.

Dia menyenggol bahuku "Cielah, pasti udah ada apa-apanya, nih. Masa sahabatan mulu, gak bosen apa?"

"Ya bosen sih, tapi-"

"Nada!"

Aku terlonjak mendengar seruan tak bersahabat dari depan kelas. Kutemukan Nyx tengah berkacak pinggang.

"Kenapa sih, Nyx?"

"Kak Aldo tuh sama Ares." Dia mengayunkan dagunya, seolah memberitahu arah.

Aku menatap Fei, dan dia angkat bahu.

"Cepetan sana, mereka berantem."

"APA?"

"Ish, biasa aja bisa kali! Sana cepet pisahin, di halaman belakang," finalnya.

Tanpa ba-bi-bu aku langsung berlari keluar kelas, menuju halaman belakang yang letaknya lumayan jauh. Sampai di sana benar saja, kutemukan Aldo dan Ares sedang saling melempar tatapan tajam, dengan Aldo yang terdesak di tembok. Mereka sudah berkelahi, tentu saja. Terlihat dari memar di wajah Ares.

"Ares, Aldo stop!"

Ares dan Aldo langsung menoleh. Bersamaan dengan langkahku yang mendekat, mereka langsung melepas cengkeraman pada seragam masing-masing.

"Kalian ini kenapa?!" pekik ku, tepat di antara keduanya.

Tidak ada seorang pun yang menjawab. Sebagai gantinya Ares langsung menarik tanganku, beranjak dari tempat sepi itu. Aldo bergeming di tempatnya semula ketika aku menoleh lagi ke belakang. Lalu menghilang saat aku dibawa berbelok oleh Ares.

"Siapa yang mulai duluan?" tanyaku, masih terus ditariknya berjalan.

"Aku," ucap Ares singkat. Dia sama sekali tak menoleh

"Apa-apaan, sih? Untung gak ada yang lihat. Bisa-bisa kamu masuk BK."

"Ada kok yang lihat." Ares berhenti tepat di depan pintu UKS.

"Siapa?"

"Nyx."

Ah iya, dia yang memberitahuku tadi. Ini perasaanku saja atau benar adanya? Bahwa dia begitu baik?

Halaman Terakhir [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang