22 | Mencari tau

72 19 0
                                    

Engga nyangka, cerita Demar ini bisa nyentuh angka 5000. Terima kasih kepada para semua pembaca ku🌻

Thor mau ngenalin Anggi ama Ronald.

Baca dulu baru lihat fotonya!

Happy reading.

****

Tidak terasa sudah hampir seminggu Wira berada di luar kota, tidak terasa juga kalau Ria sudah menjalani hubungan long distance relationship selama hampir seminggu juga.

"Ri, yuk kantin, udah jam istirahat nih." Demar sudah menyelesaikan pr nya.

Ria yang dari tadi menatap diri Demar dengan terganga itu pun masih saja diam tidak mengiyakan atau menjawab ajakan Demar itu.

"Ri, jangan nganga terus, ntar lalat atau nyamuk masuk." Masih tidak ada jawaban.

"Riaaaaaaa." Barulah Ria tersadar.

"Jangan teriak-teriak, tau, Mar." Ria mengelus dadanya. "Malu, dilihat yang lain."

Demar menaikkan satu alisnya lalu mendekatkan wajahnya sedikit lebih dekat dengan wajah Ria.

"Kelas kosong gini, lo bilang ada yang lain?"

Ria lalu menatap keadaan sekitar kelas, tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua.

"Lo anak india yang bisa lihat hantu, ya?"

Ria kemudian tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Demar barusan. "Indigo, Mar, lo mah punya otak tapi kayaknya miring sebelah."

"Yang penting mah, hati gue engga ikutan miring, Ri." Demar menaikkan kedua alisnya dengan senyum menggoda.

"Ga jelas, lo, yuk." Ria bangkit dari tempatnya duduknya mengajak Demar pergi menuju kantin.

Demar hanya mengikuti dari belakang dengan santai, tidak berani untuk berjalan di samping sisi Ria itu karena hanya akan membuat para murid yang lain yang sudah termakan isu tidak benar kemarin itu semakin menjadi-jadi.

"Mar, sini." Demar yang merasa terpanggil itu hanya berjalan mendekat ke arah Ria.

"Kok lo jalannya di belakang gue terus, sih!" Ria menatap Demar serius.

"Gue engga mau lo makin disakitin, Ri, sama banyak orang." Demar berhenti sejenak. "Lo tau kan berita engga benar kemarin itu udah nyebar ke telinga semua anak sma kita ini."

Ria hanya ber-oh-ria.

 Demar memutar bola matanya malas mendengar balasan dari Ria.

"Meskipun gue jalannya di belakang lo terus, tapi kan gue selalu ada di dekat lo, jadi pelindung lo, kapan pun lo susah atau sedih." Demar tersenyum lalu lanjut berbicara.

"I always be there for you."

Ria menatap manik mata Demar dengan suasana hati yang tidak bisa diartikan, Demar yang ditatap begitu dalam itu hanya mencari ide supaya tidak jatuh dan masuk ke dalam jurang patah hati lagi.

"Ri, buruan, yuk." Ria tersadar.

"Aa, kenapa, apa?"

"Buruan ke kantinya, ntar keburu bel masuk bunyi, lho." Demar mulai berlari kecil, suasana lorong yang mereka lewati itu terlihat sepi.

Ria yang melihat Demar sudah berlari itu mau tidak mau harus ikut-ikutan berlari menyusul Demar yang sudah cukup jauh dan cepat.

"Mar, tungguin, gue." Ria mengeraskan suaranya.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang