31 • Ke taman

71 14 0
                                    

Happy reading

🌼🌻

Demar sudah memikirkan matang-matang tentang rencananya itu untuk menjaga jarak mulai sekarang, ia hanya perlu bersikap biasa-biasa saja mulai sekarang.

Tidak lagi harus menjaga Ria, tidak lagi harus mengkhawatirkan Ria ataupun peduli dengan Ria.

Ia memutuskan untuk langsung pulang setelah dirinya selesai memakan semua makanan pesanannya di restoran cepat saji, ia juga harus menyembunyikan kesedihannya setelah masuk kedalam rumah setelah sempat ditanyai oleh seluruh anggota keluarganya itu.

Apalagi dirinya harus bisa menyakinkan kalau dirinya baik-baik saja, memasang wajah gembira dan juga bahagia supaya tidak dicurigai oleh Bella, Diana, Elvano ataupun Linda.

Demar pun langsung memasuki kamarnya setelah keempat anggota keluarganya tidak bertanya apa-apa lagi, ia langsung mencuci wajahnya, tidak perlu mengganti baju lagi Demar langsung membaringkan dirinya itu di kasurnya dan tidak lama terlelap masuk ke dunia mimpinya.

•••

Demar berjalan lemas ke arah kelasnya itu, ditambah lagi hari ini ada upacara bendera membuat dirinya tambah malas.

Tapi untungnya ia hari ini tidak telat datang ke sekolah karena dirinya yang datang seperti biasanya meskipun tidak lagi menjemput dan berbarengan dengan Ria tetapi yang namanya datang pagi-pagi sudah masuk kedalam kamus besar Demar.

Yah, meskipun kadang ia tertidur didalam kelas dan dikenai hukuman oleh guru karena ketahuan.

Demar sudah sampai didalam kelasnya, seperti biasanya sudah ada Anggi dan Ronald disana yang melihat kehadirannya yang terlihat lemas itu.

"Tuh muka engga enak benar, dah." Ucap Ronald.

"Sakit, lo ya? udah UKS aja." Ucap Anggi.

Demar tidak menanggapi omongan dari kedua temannya itu.

Demar lantas langsung melepaskan sweater yang ia kenakan membuat sedikit dari beberapa perban ditangannya itu terlihat membuat Ronald dan Anggi terkejut.

"Buset, udak kayak mummy aja, lo." Demar tidak mengubris perkataan dari Ronald barusan.

"Tapi entar kalau Ria lihat lo kayak gini, gimana dong?" tanya Anggi.

Demar lalu menatap ke arah Anggi. "Udah entar gue kasih tau aja," Anggi langsung mengangguk.

"Ngomong-ngomong, Wira bohongin lo pada."

Ronald dan Anggi mengangkat satu alisnya masing-masing saling bertatap mata satu sama lain.

"Wira udah balik ke Jakarta, mungkin sekarang lagi nge-jemput Ria, tuh anak." Ucap Demar sambil memperlihatkan senyumnya dengan arah mata melihat ke arah jendela kelas yang memperlihatkan langit-langit cerah di pagi hari ini.

•••

Andai saja Wira masih lama pulangnya, Demar tidak akan sesakit seperti sekarang ini.

Ia bahkan belum pernah mengajak Ria ke tempat makan sekalipun, apalagi mengajak Ria sekedar pergi berjalan-jalan menaiki motor matic-nya itu, paling-paling hanya sekedar mengantar pulang dan pergi ke sekolah tidak lebih dari itu.

Padahal ia sudah memikirkan banyak hal kedepannya bagaimana.

Ternyata oh ternyata, ekspetasi lah yang selalu menjadi pemenang, entah karena sial atau apa, realita selalu berada diurutan kedua.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang