42 • Surat kecil

52 11 0
                                    

Happy reading

🌻🌼

Demar yang sedang berjalan santai ke arah perpustakaan itu tidak sengaja melihat seseorang yang kemarin dikantin menantangnya itu sedang merokok, dengan pikiran yang bodo amat Demar hanya melewati laki-laki yang sedang merokok itu dengan santai juga.

"Woi," Tiba-tiba saja kerah seragam Demar ditarik dari belakang, pada saat Demar berbalik, dirinya langsung mendapat serangan tidak terduga oleh laki-laki yang sudah membuang puntung rokoknya ke sembarang tempat itu.

Demar terhuyung ke belakang, Carlos dengan cepat maju, menahan Demar untuk berdiri kembali.

"Setann," Geram Carlos, dirinya terus menyerang Demar tanpa henti dengan menindih badan dari Demar itu.

Demar yang tidak kehabisan akal itu pun langsung menendang selangkangan dari Carlos menggunakan kaki kirinya dengan kuat.

"Kurang ajar." Ucap Carlos setelah mendapat tendangan dari Demar itu, Demar langsung melepaskan diri dari tindihan Carlos.

Dirinya langsung berdiri, siap untuk menyerang balik Carlos yang masih mencoba untuk berdiri. "LOO YANG KURANG AJAR." Demar berlari menubruk badan Carlos itu dengan kuat, hantaman itu sekaligus membuat Carlos menjadi terbaring sekarang.

Demar yang sudah menindih badan dari Carlos pun itu memegang kerah dari seragam laki-laki itu kuat-kuat.

"Belum puas, lo, hah." Demar mendaratkan satu pukulan kuat ke arah pipi kiri Carlos.

Pada saat Demar ingin mendaratkan lagi pukulan pada pipi sebelah kirinya Carlos lagi, Dita datang dengan cepat menahan tangan Demar yang sudah terangkat itu.

Dita terlihat sudah meneteskan air matanya. "Please, jangan, Mar." Demar lalu tidak bisa berkata-kata lagi.

"DEMAR," Teriak pak Slamet yang membuat Dita dan Demar menoleh ke arah suara teriakkan tersebut.

"Astaga," Pak Slamet melihat wajah dari Carlos itu yang sudah berubah menjadi sedikit ungu. "Keterlaluan, kamu, Demar."

Demar pun terkejut mendengar penuturan dari Pak Slamet itu.

Lalu Pak Slamet mendorong pelan tubuh dari Demar untuk bisa membantu Carlos berdiri.

"Pak, bapak engga lihat muka saya jug--"

"Ke ruang bk, sekarang juga." Lalu Pak Slamet menyuruh Dita untuk membawa Carlos ke ruang UKS, sementara Demar langsung ditarik bajunya untuk pergi ke ruang bk bersama pak Slamet.

"Saya obati dulu, muka saya baru saya entar nyusul ke ruang bk, pak." Sakit dan pedih yang Demar rasakan juga pada wajahnya itu.

"Banyak alasan." Demar tidak habis pikir dengan ucapan pak Slamet barusan.

Setelah sampai, Demar tidak langsung masuk, ia disuruh oleh pak Slamet untuk menunggu Carlos dan Dita datang dulu.

Demar terus saja mencoba memengang luka lebam diwajahnya itu.

Sesekali dirinya mengaduh kesakitan.

Lima menit ia menunggu, seseorang yang datang bersama dengan pacarnya itu terlihat baik-baik saja.

"Masih pengen?" Tanya Demar sudah berdiri dengan tatapan membara.

Setelah itu pak Slamet keluar dan menyuruh ketiganya masuk ke dalam.

"Gimana kronologi ceritanya? Carlos kamu anak baru, kamu yang bercerita." Ucap guru bk itu dengan tenang.

Carlos pun langsung memasang tampang kesakitan karena luka lebam diwajahnya itu, kalau dialah korban bukan pelaku.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang