62 ÷ Kebenaran dan kenyataan

37 5 0
                                    

Happy reading

🥀

Perempuan yang kini sedang berjalan menuruni tangga itu tiba-tiba diberhentikan oleh seseorang yang menarik tangannya dengan kuat dari belakang.

"Lo engga apa-apa kan?" Tanya laki-laki yang memegang tangannya itu langsung pada intinya. "Gue lihat lo pingsan kemarin."

Dirinya yang mendengar pernyataan dari laki-laki tersebut membuka mulutnya sedikit, tidak menyangka, padahal ia berharap sekali kemarin yang mengantar dan membersihkan lukanya itu adalah Demar, tapi setelah mendengar perkataan dari Juan barusan.

Seolah semua harapannya terbakar oleh api panas dan dalam sekejap sudah berubah menjadi abu gosong yang tertiup angin.

"Lo yang bawa gue?" Tanya Ria, ia tidak ingin jawabannya 'iya'.

Juan menimbang-nimbang baru kemudian mengangguk sementara Ria sudah menahan napasnya.

"Iya, gue. Gue yang ngejar lo sampai keluar kompleks dan lo udah pingsan di bawah pohon."

Ria merasakan kedua matanya panas. Kemana Demar, mengapa bukan laki-laki itu yang membawanya kemarin.

Juan yang melihat mata Ria itu sudah merah pun hanya diam dan menghela napas.

"Kalau gitu, gue pulang dulu." Juan mengatakan itu sambil berlalu pergi, tidak lagi menunggu jawaban dari mantan pacarnya itu.

Ria melanjutkan langkahnya untuk turun kembali menuju lantai satu.

Namun ditengah-tengah perjalanan menuju gerbang, Ria segera membuka hp nya.

"Ta, Demar masih ada di sekolah?" Tanya Ria.

"Masih kok, Ri, kenapa?"

Ria lalu menghapus air matanya setelah mendengar jawaban dari Dita, ia tersenyum tipis.

"Oh, yaudah kalau gitu, Ta." Dengan cepat Ria memutuskan sambungan telepon, dirinya segera berlari ke angkutan umum yang sedang menepi mengangkut penumpang itu.

Ria masuk, dengan berdempetan dirinya duduk di dalam.

Tidak peduli lagi dengan asap yang membuat pernapasannya sesak, yang penting dirinya sampai tepat waktu ke tempat yang ingin ditujunya.

Sepuluh menit, waktu yang diperlukan Ria untuk sampai ke SMA Meteor ini.

Ia sudah berdiri di samping gerbang SMA Meteor, Ria melihat banyak sekali siswa-siswi yang sedang berjalan menuju ke arahnya.

Banyak dari siswa-siswi yang keluar dari dalam gedung sekolah, namun Ria masih tidak dapat menemukan diri Demar disana.

Ia sudah lumayan lama menunggu dan mendapati Dita dengan mengendarai mobil menuju keluar gerbang.

"Ria, mau bareng engga?" Tanya Dita dengan wajah berseri karena melihat kedatangan Ria yang tiba-tiba itu.

"Gue bareng Demar aja, Ta." Ucap Ria, agak sedikit teriris hatinya saat mengatakannya.

Dita hanya mengangguk, dirinya memahami, setelah itu barulah Dita berpamitan dan Ria dengan cepat memasuki gerbang SMA Meteor. Ingin menghampiri Demar langsung.

Ria lagi-lagi tersenyum saat melihat Anggi dan juga Ronald yang berjalan bersama dengan pasangan masing-masing itu.

"Eh, Ria." Anggi terkejut melihat kedatangan temannya itu.

Sementara Ronald, dirinya terlihat biasa-biasa saja.

"Demar kok engga sama kalian?" Ria seperti menahan rindu, kedua matanya melihat kesana-kemari.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang