60 ~ Semua terungkap

70 5 0
                                    

Happy reading

🥀

Suara air yang menghujam kota Jakarta mulai terdengar, angin yang berhembus kencang tidak lagi di pedulikannya, bahkan air yang mengenai kedua sepatunya itu tidak lagi dilihatnya.

Langit-langit terlihat tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya, petir pun dengan berani menampakkan diri beberapa kali.

"Demar mana?" Tanya seseorang yang bersandar pada tiang halte.

Dirinya menoleh dan mendapati seorang perempuan yang jarang berbicara lagi dengan dirinya itu menatap dirinya datar .

Dirinya hanya menggeleng.

Perempuan yang bertanya itu berjalan mendekat.

"Lo beruntung banget!"

Violet duduk di samping Ria dan menatap temannya itu dengan tatapan yang susah diartikan oleh Ria sendiri.

"Lo kenapa sih, Ri, sia-siain cowok kayak Demar?" Tanya Violet.

Namun yang ditanya lagi-lagi membisu.

"Gue engga habis pikir." Violet tersenyum, namun kali ini raut wajahnya terlihat sedih. "Kalau gue jadi lo, gue bakal putusin Juan, dan nerima Demar kembali."

"Engga semudah itu, Vi." Suara yang seperti bisikkan itu membuat emosi Violet rasanya ingin keluar.

"Apa susahnya, lo tinggal mutusin Juan." Violet lalu terpikir akan sesuatu. "Oh, apa karena Juan anak pemilik sekolah ini, Ri? Gara-gara itu kan!"

Ria menggeleng, ia tidak peduli kalau Violet berpikir seperti itu.

"Lo lihat apa yang lo lakuin sekarang?"

Ria menatap Violet.

"Kayak cewek bodoh tau engga! Juan seharusnya ngertiin lo juga sebelum jenguk ibunya, seharusnya Juan nganterin lo pulang dulu." Violet masih menatap kedua mata Ria.

"Bukannya suruh pacarnya naik    kendaraan umum sendirian hujan-hujan kayak gini."

"Gue dijemput teman gue, kok." Bantah Ria.

"Mana? Kok belum datang-datang!"

Ria kehilangan kata-kata.

"Lo mau tau kenapa Demar engga datang hari ini?" Tanya Violet, membuat Ria yang sedari tadi melihat ke arah jalan pun menatapnya kembali.

"Dia mau lo tenang, Ri, dia ngerasa kayaknya udah cukup ikut campur terus di dalam hidup lo. Lo udah lega kan sekarang?"

Ria membeku, sebenarnya dirinyalah yang terus-terusan menyuruh Demar pergi dari hidupnya.

Violet tahu betul jawabannya.

"Mungkin itu janji terakhir Demar yang bisa ia tepati untuk lo, Ri." Violet tersenyum setelah melihat ekspresi wajah dari Ria yang kaku itu.

Tidak lama kemudian, sebuah mobil yang menepi itu menklakson.

"Ria, masuk, ayo." Suruh seseorang sudah membuka kaca mobil.

Ria lalu berdiri. "Vi, gue pulang duluan ya."

Violet mengangguk. "Hati-hati."

Ria tersenyum tipis, lalu berlari dan membuka pintu penumpang di sisi kiri mobil Dita itu.

Setelah masuk pun, Dita memberikan beberapa lembar tissue kepada Ria.

"Lap dulu, muka lo, Ri."

Ria tersenyum menerima.

Dita sudah menginjak pedal mobil nya itu, membawa mobilnya menuju jalan kembali dan melaju pulang.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang