16 | Berangkat sama-sama

111 24 0
                                    

Selamat membaca.

****

"Bun, aku berangkat dulu, ya." ucap perempuan yang sudah menghabiskan segelas susu khas buatan bundanya itu dengan cepat, sementara seseorang yang tadi dipanggil oleh perempuan itu datang dan menghampirinya.

"Iya, hati-hati ya, sayang."

"Iya, Bun." perempuan itu memeluk bundanya erat.

"Kakak, perginya sama kak Wira lagi, ya?" tanya laki-laki kecil yang masih setia berada di meja makan sambil melahap lagi roti isi selai kacangnya.

"Eh, iya dong." ucap Ria berbohong tidak mau adik ataupun orang tuanya banyak bertanya jika dirinya tidak dengan Wira berangkat pagi hari ini yang sebenarnya membuat Ria juga sedikit khawatir karena pacarnya itu belum memberi kabar apapun dari tadi malam.

"Ayah kamu belum bangun, tadi malam lembur lagi." ucap Raya pada anak perempuannya itu sambil tersenyum.

"Yaudah, kalau begitu, Ria pergi dulu ya Bun."

"Kak Ria, bilangin ke kakak Wira bawa mobil jangan cepat-cepat ntar kakak Ria bisa pusing tujuh keliling gara-gara takut." bocah laki-laki itu telah melahap habis roti isi selainya itu lalu diganti dengan meminum susu buatan tangan Raya.

"Iya, Sam si bawel." Sam pun mengangguk mengancungkan jempol kecilnya itu.

Ria pun segera melangkah keluar dari rumahnya menuju teras untuk mengikat tali sepatunya lalu menunggu jemputan seseorang yang mungkin tidak lama lagi akan datang menjemputnya.

Ria menatap terangnya langit ditemani awan-awan membuatnya bertanya-tanya apakah Wira baik-baik saja disana.

Apakah Wira sudah makan atau belum.

Dan yang terakhir sudahkah Wira membuka HP dan mengabarinya tentang kondisinya sekarang. Ria sungguh khawatir.

PIT... PIT...

Suara klakson motor itu membuat Ria menatap ke arah gerbang rumah nya dan melihat sosok laki-laki menggunakan motor matic dan memakai sweater berwarna merahmaroon yang wajahnya terhalang karena penutup kaca helm.

Ria berjalan mendekat ke arah gerbang depan rumahnya itu.

"Hai, selamat pagi." Demar membuka kaca helmnya lantas memamerkan senyum semrigah nya, Ria yang melihat itu pun membalas dengan senyuman tipis.

"Hai, Mar, pagi juga." Demar yang melihat senyuman tipis Ria berpikir ada yang sedang dipikirkan oleh Ria sekarang, Demar belum tau pasti apa yang sedang dipikirkan oleh gadis yang pagi ini akan berangkat dan pulang sekolah bersama dirinya mungkin untuk beberapa minggu ke depan.

"Udah siap?"

"Siap dong." ucap Ria mengangkat jempol tangannya ke depan dan dilihat oleh Demar membuat laki-laki itu sangat bersemangat untuk pertama kalinya berangkat ke sekolah.

"Kalau begitu, Seepi. Go!"

Demar mengegas motornya melenggang pergi keluar dari kompleks rumah Ria menuju sekolah.

Ditengah perjalanan Demar sempat mencari-cari kesempatan pada waktu motornya terpaksa berhenti di lampu merah, dirinya melihat ke arah kaca spion dan melihat wajah Ria yang murung tidak ada senyum dan tidak ada pipi yang membentuk lengkungan.

"Ria sakit apa, ya?" batin Demar.

Antara pura-pura bodoh, memang benar-benar bodoh, belum terpikirkan sampai sekarang atau memang sama sekali tidak tau kondisi hati Ria itu membuat Demar hanya bisa menebak-nebak.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang