25 | Tidak lama lagi

83 14 0
                                    

Selamat membaca🌻🌼

****

"Siap?" Demar bertanya ketika Ria sudah naik dan duduk manis di atas motornya itu.

"Hmm." Balas Ria, lalu Demar mengintip lewat kaca spion kanannya.

Dirinya menghela napas, lalu mematikan mesin motornya dan diturunkan standar motornya itu dan segera turun.

"Helm itu dipake, Ri, kalau lo pegang gitu ntar rambut lo rusak!"

Ria terlihat menggelengkan kepalanya kuat.

Demar sudah bisa menduga kenapa Ria terlihat kesal pagi ini.

"Ri, marahnya pending dulu ya sampai sekolah, lo pake helm dulu." Demar lalu mengambil alih helm yang dari tadi dipegang erat oleh Ria itu, lalu dirinya membuka kedua sudut helm itu lebar-lebar dan dipasangkan langsung ke kepala Ria.

Ria ternyata tidak melawan dan malah diam seperti batu menatap seseorang yang sedang memasangkan helm ke kepalanya itu dengan hati-hati.

"Gue engga mau kepala lo kenapa-kenapa, terutama wajah lo, Ri." Ria langsung menatap wajah Demar. "Jangan dilepas lagi ya? Di sekolah baru lepas."

Ria mengangguk, entah kenapa Demar semakin hari semakin perhatian pada dirinya, ada apa sebenarnya.

"Janji engga akan di lepas?" Demar bertanya dari depan setelah menghidupkan mesin motor dan menaikkan standar.

"Janji." Pekik Ria dari belakang sambil mengangkat satu tangannya ke udara.

"Sepii, goo." Demar mengenggas motornya menuju sekolah dengan semangat.

•••

Setelah mengantarkan Ria ke kelas perempuan itu dan melihat tidak ada tanda-tanda dari Dita itu pun membuat dirinya berpikir Ria aman untuk sementara.

Lalu setelah berada di dalam kelas dan menyimpan tasnya dengan rapi barulah dirinya berbicara kembali kepada Anggi dan Ronald yang kebetulan datang pagi juga hari ini.

"Apa yang lo berdua dapatin?"

Keduanya sudah tersenyum dan tidak sabar ingin memberitahukan info apa yang sudah didapatkan selama dua puluh empat jam kemarin.

"Dugaan lo engga pernah salah, Mar, memang si Dita yang jadi dalangnya." Anggi menjetikkan jarinya.

Demar mengangguk dan bernapas lega karena dugaannya tidak meleset.

"Si Dita katanya juga lagi buat rencana buat kerjain Ria lagi, tapi gue engga tau itu rencana apa dan kapan bakal dilakukan." Ronald menambahkan.

Demar terdiam, memikirkan sesuatu. "Tapi untuk sekarang lo cuma bisa ikuti permainan si Dita, Mar, kalo lo langsung ngelabrak Dita dan tanpa bukti sama sekali bisa-bisa Ria kesal sama lo dan malah ngebuat Dita makin puas karena rencananya engga ada yang bakal gagalin."

"Tapi kalo gue ngikutin permainannya dan engga pake ngelabrak segala gue bakal bisa disisi Ria terus gitu?"

"Cakep, Mar, lo harus ngikutin permainannya dulu." Demar lalu berdiri lagi dan ingin pergi dari kelas sekarang juga.

"Mar, mau kemana lo?" Ronald bertanya.

"Nge-cek Ria." Ucap Demar seadanya.

Setelah tidak ada lagi tanda-tanda dari Demar itu, Ronald kembali bertanya pada Anggi yang terlihat mengeluarkan buku pelajarannya tanda sudah siap belajar sementara Ronald malah terlihat asik dengan Hp dan kedua headshet nya di meja tanda siap nge-pubg.

DEMAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang