24.

1.4K 148 8
                                    

°[Autumn tears]

"Ju--junho?"

"Kaget?" Tanya Junho

Yohan dan Mingyu masih tidak percaya dengan apa yang didepannya, "sejak kapan lu ada?" Tanya Mingyu

"Apa kaget? Daripada ngotor ngotorin tangan gue, gue harap lu pergi dari rumah gue. Gue ada hal yang mau diomongin sama Yeonji"

"Dengan senang hati" kata Yohan berdiri lalu pergi, berbeda dengan Mingyu yang pergi tanpa pamit sekalipun.

"Junho.."

"Benerkan selama ini gue kira? Dia bukan anak gue"

Entah kenapa rasanya seperti ditusuk ribuan pisau saat Junho berkata seperti itu kepada Yeonji. "Junho.. lu apa--apaan?"

"Kenyataan kan?" Lalu Junho memijat pelipisnya, "gue gak peduli usia kehamilan lu, usia pernikahan gue sama lu... Lu masih ada satu kesempatan lagi"

"Junho.."

"Tapi gue harap, lu beri gue waktu sendiri buat gue tetap sendiri disini" kata Junho singkat tanpa medengar perkataan Yeonji.

Yeonji tau maksud yang Junho ingin katakan.

Yeonji diusir.

Memang perkataan rumit bisa disimpulkan dengan benar hanya dengan 2 kata, so simple.

"Oke, gue pergi besok" kata Yeonji lalu melewati Junho.
































































Yeonji diam sambil menyantap sarapannya, yang jelas dia bukan ada diapartement Junho. Dia ada di rumah Mingyu, dia datang saat pukul 3 pagi.

"Jadi lu mau ikut ke Swiss?" Tanya Mingyu mencairkan suasana, dia sedikit menahan sakit karena luka di sudut bibirnya.

"Yha, menurut lu?"

"Yaudah, jam 8 malam kita ke Bandara nanti kalau udah sampai Junhyuk sama Nayoung jemput dibandara" jelas Mingyu, sedangkan Yeonji hanya mengangguk ngangguk.

Pelayan Mingyu kembali membawakan 2 porsi kebab dimeja makan.

"Lu capek bangetkan? Abis makan tidur aja, kamarnya udah siap kok" kata Mingyu lalu memjnum jus apelnya.

Yeonji kembali mengangguk, "set dah gue bukan lagi ngomong sama patung hokben kan?"

"Gue masih gak nyangka aja Gyu, semua disalahinnya ke lu.. Karena, Junho masih ngira---

"Gue yang buat? Hell, otaknya dimana anjir gue harus nemuim dia" kata Mingyu berdiri lalu melewati kursi Yeonji di ruang makan.

Tap..

"Hiks.. gue mohon jangan" air mata Yeonji kembali turun diawa, musim gugur. "Jangan Gyu, jangan buat semuanya makin rumit hiks.." isak Yeonji.

"Gue sayang sama lu, Ji.. kalau Junho gak bisa ngerhagain lu" Mingyu menatap keatas agar air matanya gak jatuh, "gue bisa ngehargain lu, gue bisa buat lu bahagia lewat cara gue sendiri Ji.. Gue gak akan buat lu nangis berulang kali, kayak Junho lakuin lu" kata Mingyu memeluk Yeonji.

Kaos Yeonji basah, kemeja Mingyu basah. Keduanya menangis.

Mingyu mempererat pelukannya, begitu juga Yeonji yang membalas pelukan Mingyu. "Gue.. minta maaf Gyu, gue masih belum bisa ninggalin Junho dan pergi ke lu" gumam Yeonji pelan, nyaris gak didengar oleh Mingyu.

"ji.. gue masih bisa nunggu" kata Mingyu, Yeonji sedikit terkejut karena Mingyu bisa mendengar gumaman pelannya.

"Asal lu stay sama gue, gue bisa nunggu" lanjut Mingyu, Yeonji tersenyum pelan menanggapi tatapan teduh milik Mingyu.

Mingyu mengelus perut besar Yeonji, "keponakan paman cewek apa cowok?" Tanya Mingyu.

"Bilang aja lu gak mau dibilang om kan?" Tanya Yeonji sedikit sinis.

"Dih, sensi! Tadi aja pelukan kayak teletabis sama gue" cibir Mingyu.

"Sekarang makin jadi dokter lu kok suka cibirin orang sih?"

"Ehe" Mingyu terkekeh, "biarin aja, seru soalnya" kata Mingyu membuat Yeonji mendelik kesal.





A/n

Tadi siang niat nya up, tapi lagi sibuk ppdb buat masuk SMA T.T
Ada yang nunggu?

Oh iya, cover yang barunya bagus gak? Aku thanks banget sama serbukmicin_ wokwokwok...

Tbc ya...

Hug ° Cha JunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang