Tok... Tok... Tok
"Hm, masuk." Seorang gadis tinggi, berambut sebahu kemudian masuk setelah mendapatkan izin. Namun setelah dia masuk dia hanya memperhatikan seseorang di seberang meja.
"Ada perlu ap---, ahh Direktur. Maaf saya ki---" seseorang itu langsung berdiri dan sedikit membungkuk setelah tahu bahwa yang berkunjung adalah direkturnya. Namun belum selesai permintaan maafnya, ucapannya terpotong oleh direkturnya.
"Hey, tak perlu seformal itu. Aku berkunjung sebagai kekasihmu, Mina. Bukan sebagai Direktur tenang saja." Direktur muda itu kemudian tersenyum dan menghampiri Mina lalu memeluknya.
"Aah, tapi ini di kantor, Jeong" Mina sedikit gugup dengan keberadaan direktur - eeh ralat kekasihnya di ruangannya terlebih dengan posisi mereka yang berpelukan meskipun hanya Jeongyeon yang memeluknya saat ini. Bayangkan saja di saat semua orang bekerja dia di dalam ruangannya sedang dipeluk oleh direkturnya sendiri. Sudah terbayang bagaimana orang-orang akan memakinya di belakang nanti. Keadaan itu sudah sering terjadi semenjak dia berpacaran dengan Jeongyeon.
"Sebentar saja, Mina. Biarkan aku memelukmu." Jeongyeon mengeratkan pelukannya ketika dia rasa Mina sedikit mendorongnya. Kejadian tadi pagi masih terus terbayang di benaknya. Ketika dia menjemput Mina ke apartemennya dan tidak bisa menemukan Mina bahkan setelah ditelepon berkali-kali Mina tidak mengangkatnya. Keheranannya semakin dalam ketika dia melihat Mina turun dari mobil yang sangat asing untuk Jeongyeon. Pasalnya selama Mina bekerja di kantor ini dia pernah diantar jemput hanya oleh Nayeon atau Sana. Tentu saja lebih banyak oleh Jeongyeon sendiri. Lamunan Jeongyeon terputus oleh suara lembut Mina.
"Jeong? Apa kamu tidur? Aku rasa kakiku mulai pegal." Mina sedikit mendorong Jeong lebih kuat untuk melepas pelukan mereka. Jeongyeon terus menatap Mina yang sedang membenarkan bajunya setelah mereka berpelukan.
"Mina, ada yang mau aku tanyakan padamu." Jeongyeon terus menatap Mina dengan serius.
"Hm? Kamu mau tanya apa?" Mina balas menatap Jeongyeon sedikit heran dengan wajah serius yang tidak biasa diperlihatkan kepadanya.
"Apa kau sibuk nanti siang?" Jeongyeon berucap sambil sedikit menggiring Mina untuk duduk di sofa ruangan Mina. Dan mereka duduk bersisian dengan posisi saling berhadapan.
Mina menaikkan sebelah alisnya. Apa dia berekspresi seserius ini untuk menayakan hal itu saja? -Mina.
Bodoh. Kenapa bertanya dia sibuk atau tidak? - Jeongyeon. Diam-diam Jeongyeon merutuki lidahnya yang malah mengkhinatinya untuk menanyakan alasan Mina tidak ada di apartemennya dan berakhir diantar gadis misterius tadi pagi.
"Tidak, aku tidak sibuk. Hanya saja aku ada janji dengan sahabatku untuk makan siang bersama. Ada apa?"
Alis Jeongyeon berkerut dalam, apakah yang dia maksud, perempuan yang tadi pagi? -Jeongyeon
"Siapa?"
"Sahabatku ketika kuliah. Kamu tak mungkin mengenalnya." Mina memalingkan wajahnya ketika Jeongyeon terus menatap intens padanya. Bukan, bukan karena dia merasakan debaran-debaran layaknya orang sedang jatuh cinta. Tapi rasa tak nyaman dan terganggu.
"Kalau begitu kenalkan dia padaku."
Mendengar itu Mina terkejut bukan main. Namun, ia dengan cepat menetralkan ekspresinya. Pasalnya Jeongyeon selama ini tidak terlalu mencampuri urusan pribadinya meskipun mereka sudah berpacaran selama setengah tahun. Jeongyeon selalu bilang meskipun mereka pacaran tapi mereka juga pasti punya kehidupan lain. Tapi sekarang kenapa tiba-tiba?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Station: Rounded Love (MiChaeng)
FanfictionPerjuangan Mina dan Chaeyoung untuk menyatukan perasaan mereka yang saling bersambut. Update: sabtu/minggu Started : 20/07/2019 Finished : ? Enjoy