Typo alert ⚠️
Enjoy!!
Chaeyoung membuka kacamata baca yang dipakainya, dan memijat pelan pangkal hidungnya. Sejenak matanya terpejam dengan punggung yang bersandar pada kursi kebesarannya. Rasanya cukup penat saat harus seharian menatap layar komputer dari pagi. Namun, sesaat kemudian terdengar suara denting dari smartphone nya, ia pun bergegas bersiap hendak keluar setelah memastikan smartphone nya berhenti berdenting. Dentingan tadi adalah pengingatnya untuk tidak lupa menemui psikiater.
Sudah sebulan sejak dirinya mengalami panic attack di apartment Mina dan berakhir dengan keputusan Mina harus tetap ke Jepang. Mengingat bagaimana keras kepala ayahnya saat itu, semua akhirnya setuju. Tapi, dengan syarat Chaeyoung harus selesai menemui psikiater sampai tanda-tanda PSTD nya kembali turun. Dan selama ini Mina yang terus menemaninya check up meskipun dengan bayang-bayang ayahnya di belakang.
Mina mengaku khawatir jika chaeyoung tidak check up rutin maka keadaannya tidak akan stabil ditambah dirinya akan ke Jepang sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Hari ini adalah kali keempat Chaeyoung menemui psikiaternya, psikiater yang sama saat dulu ia terapi. Dokter Gayeon. Psikiater muda yang cantik dan menawan. Jika diperhatikan sekilas dokter ini seperti seorang model papan atas dengan proporsi badan yang ideal.
Mungkin ini yang menjadi alasan Mina tetap memaksa untuk menemani Chaeyoung setiap check up. Karena saat pertama kali mendengar yang menangani Chaeyoung adalah wanita cantik, sisi protektif Mina muncul. Terlebih saat melihat bagaimana rupa dan perawakan dokternya, Mina semakin meningkatkan kewaspadaan.
Berkali-kali ia melayangkan tatapan tajam saat sang dokter menepuk tangan Chaeyoung saat sesi terapi akan dimulai atau pun selesai. Sedangkan sang dokter sendiri, entah memang tidak tau atau memang ingin menggoda Mina. Terkadang selain tepukan yang diberikqn, usapan-usapan kecil juga tak jarang diberikan. Tentu dengan dalih menenangkan Chaeyoung kalau-kalau hilang kontrol.
Setiap kali keduanya keluar dari ruangan terapi, Mina merajuk seperti anak kecil. Mengomentari apapun yang dilakukan oleh sang dokter.
Iiiih dia kok begitu? Sentuh-sentuh kamu. Usap-usap kamu. Dia buta apa, aku di sini?
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang cukup menyudutkan Chaeyoung. Tentu Chaeyoung kelabakan saat pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Dirinya mungkin dalam keadaan yang kurang baik, tapi jika tentang kenyamanan Mina ia akan berusaha menempatkannya di urutan pertama.
Beberapa kali Chaeyoung sudah bicara dengan psikiaternya, bahwa jangan terlalu banyak skinship. Namun rupanya psikiaternya memang punya kepribadian jahil dan keras kepala. Dirinya sengaja menyentuh Chaeyoung karena geli dengan tingkah Mina jika sudah cemburu. Akhirnya Chaeyoung hanya meredakan amarah Mina setelah sesi konseling.
Seperti sekarang. Chaeyoung menarik Mina ke ujung lorong setelah sesi selesai. Namun sebelum itu terjadi, ayah Mina menghalangi langkah mereka.
"Mau kemana kalian?"
Chaeyoung maupun Mina sedikit terkejut saat tuan myoui tiba-tiba muncul dari samping mereka. Mina tidak merespon karen masih sangat kesal karena tingkah dokter genit, julukan Mina pada psikiater Chaeyoung. Sedangkan Chaeyoung bingung akan memberikan alasan apa karena biasanya ayah Mina menunggu di parkiran. Melihat Chaeyoung yang bingung, tuan myoui sebetulnya diam-diam ingin tertawa, tapi tidak mungkin rasanya ia menurunkan egonya. Apalagi ia masih menentang hubungan mereka, jadi sebisa mungkin ia membatasi interaksi keduanya. Meskipun, di salah satu sudut hatinya ia mengakui bahwa keduanya saling mencintai dan Chaeyoung adalah anak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Station: Rounded Love (MiChaeng)
Fiksi PenggemarPerjuangan Mina dan Chaeyoung untuk menyatukan perasaan mereka yang saling bersambut. Update: sabtu/minggu Started : 20/07/2019 Finished : ? Enjoy