⚠️as always, typo alert⚠️
Selama mendengar kisah masa lalu Chaeyoung yang sangat tragis, Mina terus menangis. Terutama saat ayah biologis Chaeyoung menghujat dan mendoakan Chaeyoung meninggal. Chaeyoung pun selama bercerita ikut repot menenangkan Mina. Setelah selesai bercerita pun masih terdengar Mina yang masih sesenggukan.
"Sayang, hey. Sudah ya, jangan nangis, yang penting aku baik-baik saja sekarang." Chaeyoung berusaha menenangkan Mina.
"Tapi, kamu pasti banyak terluka saat itu. Seandainya kita sudah bertemu aku tidak akan membiarkan ayahmu melukaimu." Ucap Mina susah payah karena senggukannya masih terdengar.
Chaeyoung menggeleng, lalu tersenyum.
"Itu tidak benar, dulu ataupun sekarang kamu tetap menyelamatkanku." Ucap Chaeyoung sambil menghapus air mata di pipi Mina.
Mina pun menatapnya mengisyaratkan kebingungan.
"Kamu ingat, saat kita pertama bertemu?" Tanya Chaeyoung yang diangguki oleh Mina.
"Tiga tahun sebelumnya adalah saat aku mengetahui fakta ibuku meninggal, dan selama itu aku sedang melakukan terapi tetap tidak ada perkembangan.---" Chaeyoung menarik tangan Mina dan mengelus punggung tangannya lembut. Lalu meneruskan kalimatnya.
"---tapi, saat bertemu denganmu, melihat senyummu, juga mendengar suara halusmu aku seperti mendapat kekuatan untuk sembuh. Terutama saat kita menghabiskan waktu untuk 'we time'." Chaeyoung mengakhiri kalimatnya dengan senyum andalannya. Senyuman dengan dimple yang dalam.
Mendengar itu Mina pun tersenyum, diam-diam Chaeyoung bersyukur kesedihan Mina bisa teralihkan.
"Lalu, apa sekarang depresimu sudah sembuh?" Meskipun sudah bisa tersenyum kembali, namun tetap saja Mina merasa khawatir.
"Sudah, terimakasih padamu sayang---" ucap Chaeyoung lalu mencium kening Mina penuh sayang. "---Hanya saja aku masih sensitif jika mendengar bentakan dan makian. Itu membuatku mengingat perlakuan lelaki tua bangka itu." Chaeyoung melirihkan kalimat terakhirnya, meski begitu Mina masih tetap bisa mendengarnya. Tanpa menunggu lama Mina langsung membawa kekasihnya ke dalam pelukan erat.
"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja. Aku tidak akan pernah membentakmu." Bisikan lembut Mina menggelayut di telinga Chaeyoung, terdengar sangat merdu.
"Emm~~ aku tau." Chaeyoung semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher penguin kesayangannya.
Entah karena usapan lembut Mina di punggungnya atau karena tempat tidurnya yang terasa sangat nyaman. Rasanya pelupuk matanya sangat berat, ditambah dengan udara dingin karena hujan saat hari menjelang siang. Dan, benar saja beberapa menit kemudian ia terlelap dalam alam mimpi.
Mina menyadari Chaeyoung kembali terlelap karena suara nafasnya menjadi teratur. Dirinya hanya bisa tersenyum lembut dan mengamati wajah baby tiger di hadapannya.
Jika seperti ini, kamu terlihat seperti bayi harimau yang polos. Tapi, saat bangun kamu itu jahil dan mesum.
Mina terkekeh karena membandingkan fitur wajah kekasihnya saat terlelap dan bangun. Hmm, tapi sepertinya ia menyukai Chaeyoung dalam versi apapun.
.
.
.
.
.Chaeyoung terbangun saat ia merasa tempat di sebelahnya kosong. Ia melihat ke arah jendela dan menemukan langit yang sudah bercorak kejinggaan.
Sepertinya hujan juga sudah berhenti. -Chaeyoung.
"Sayang? Kamu dimana?" Chaeyoung memanggil kesayangannya, namun tidak ada sahutan.
Hingga akhirnya Chaeyoung memutuskan turun dari tempat tidurnya lalu keluar. Tujuannya sudah jelas kamar mandi, karena sedari tadi ia pun sudah menahan hasrat buang air kecilnya. Saat berbelok ia melihat Mina sedang berkutat dengan peralatan dapurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Last Station: Rounded Love (MiChaeng)
FanfictionPerjuangan Mina dan Chaeyoung untuk menyatukan perasaan mereka yang saling bersambut. Update: sabtu/minggu Started : 20/07/2019 Finished : ? Enjoy