19

2K 115 9
                                    

Cklik... Cklik... Cklik

"Yap, bagus Umji-ssi. Sekarang lihat ke arah kamera, gunakan senyuman terbaikmu. Yap, bagus begitu pertahankan."

Chaeyoung terus memberikan intruksi pada Umji yang menjadi modelnya sejak dua minggu lalu. Chaeyoung tidak merasa terbebani ketika bekerja dengannya, karena selain wajahnya yang sangat cantik ternyata Umji ini sudah sadar kamera. Jadi, ketika sesi pemotretan Umji sudah dapat memperkirakan pose tergantung dari angel mana fotografer mengambil gambar.

Chaeyoung tersenyum saat ia mulai mengedit foto yang diambil sejak tadi pagi. Sekarang sudah waktunya makan siang, namun Chaeyoung tetap sibuk dengan acara mengeditnya. Meskipun hasilnya tidak ada yang mengecewakan, tetap saja ia harus mengambil gambar terbaik agar layak dinikmati oleh khalayak terutama para penggemar Umji.

Wah dia benar-benar berbakat.

Saat dirinya akan melanjutkan kembali ke frame selanjutnya, atensinya terpecah saat mejanya mengantarkan getar yang berasal dari handphone di atasnya. Ia kemudian membuka pesan yang ternyata dikirim oleh kekasihnya. Isinya mengingatkannya agar jangan lupa makan siang, dan pesan betapa kekasihnya ini merindukannya di sana. Sejenak ia terkekeh dan menghela nafas setelahnya, menyadari bahwa tidak hanya dirinya yang tersiksa karena jarak ini.

Tepat saat jarinya akan mengetik balasan untuk kekasihnya, sebuah suara menahannya.

"Selamat siang, Daepyo-nim." Sapa suara itu dengan diakhiri senyum ramahnya.

"Ah, ne. Selamat siang juga Umji-ssi." Ucap Chaeyoung tidak kalah ramah. Handphone yang tadi dipegang kemudian ia masukkan ke dalam kantung celananya.

"Daepyo-nim, anda tidak pergi makan siang?"

"Hm? Aaah, belum aku masih harus mengedit beberapa foto dulu."

"Itu tidak baik, Daepyou-nim. Bisa saja anda terkena maag jika seperti itu."

"Ahaha, ne hanya sebentar lagi aku akan makan siang. Lalu, apa yang kau lakukan di sini Umji-ssi? Tidak makan siang?"

"Ahh, itu.. emm, begini Daepyo-nim saya mau mengajakmu makan siang. Ahh, bukan--- bukan bagitu, maksud saya, saya ke sini mewakili yang lain mengajak an---"

"Haha, kenapa kau gugup begitu? Aku mengerti. Jadi, kita berdua akan makan di mana?"

Tentu saja Chaeyoung hanya bergurau, dengan mengatakan 'berdua'. Mana berani macan ompong satu ini melawan penguin pencemburu? Selain itu, dirinya juga sangat mencintai kekasihnya itu. Jadi tidak mungkin dirinya main serong di sini. Tapi, tidak tau dengan lawan bicaranya, menganggapnya apa.

"Huh?" Umji mendadak tidak bisa berpikir karena respon tubuhnya mendului otaknya dengan wajah yang merona merah.

"Hahaha aku hanya bercanda Umji-ssi. Jadi di mana kalian akan mengajakku makan siang?" Chaeyoung bertanya sambil melangkah mendahului menuju lift.

"Ahh, itu kami mengajak anda ke restoran keluarga di ujung persimpangan sana, Daepyo-nim." Sahut Umji setelah ia menyajarkan langkahnya dengan Chaeyoung.

"Oke. Ngomong-ngomong bisakah kita ngobrol tidak seformal ini? Aku merasa kurang nyaman, lagipula kita seumuran." Chaeyoung berucap sambil menunggu pintu lift terbuka.

"Tapi, anda Daepyo. Saya rasa itu kurang sopan kalau saya berbicara tidak formal kepada anda."

"Lalu apa masalahnya? Sudahlah, berbicara biasa saja seperti teman. Setidaknya saat kita berdua, seperti sekarang."

Umji menunduk, rasanya sangat malu saat Chaeyoung menyuruhnya berbicara layaknya teman. Tapi, tidak bisa dipungkiri ia pun sangat senang karena ia bisa lebih dekat dengan orang yang ia kagumi sejak pertama bertemu. Namun, tepat saat ia akan menjawab lift terbuka.

My Last Station: Rounded Love (MiChaeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang