23

1.2K 118 9
                                    

Hati hati panjang banget ini chapter 2000+ kata. Awas bosen! Dan biasa typo bertebaran.

Dukungannya jangan lupa ngehehe

Enjoy guys!

Chaeyoung POV

Waktu itu aku berumur 5 tahun, sama seperti anak-anak pada umumnya. Aku angat menyukai bermain, dan bercerita dengan penuh keriangan. Aku selalu bermain dengan para bocah laki-laki karena sedari bayi aku dibesarkan seperti anak laki-laki umumnya. Saat itu aku merasa menjadi anak yang paling beruntung di dunia ini, aku dibesarkan oleh kedua orang tua yang sangat luarbiasa. Aku tidak pernah kekurangan kasih sayang meskipun keduanya sibuk bekerja namun selalu menyempatkan waktu untuk sekedar menemaniku bermain. Keuangan juga bukan masalah besar bagi kami. Hingga saat umurku terus bertambah hingga 9 tahun.

Normalnya anak laki-laki tidak akan tumbuh payudara yang diawali dengan gatal-gatal di sekitar dada. Awalnya aku hanya menganggap itu hanyalah alergi, begitupun kedua orang tuaku menganggapnya saat aku bercerita. Tidak berhenti di sana 'keanehan' yang aku alami karena saat umurku menginjak 10 tahun dadaku juga semakin membesar hingga sebesar kue mochi. Tentu saja hal ini membuat kedua orang tuaku sangat terkejut dan langsung membawaku ke rumah sakit.

Berhari-hari kami menunggu hasil pemeriksaan, aku hanya mampu melihat ekspresi khawatir dari kedua orang tuaku. Akhirnya, hasil yang kami tunggu keluar namun ternyata hasilnya begitu mencengangkan. Aku divonis memilik kelamin dua, atau disebut futanari. Dokter menjelaskan bahwa keadaan ini sangat langka terjadi di dunia. Dokter juga menjelaskan selain kelaminku yang futanari, selebihnya kondisi tubuhku sangat sehat. Meskipun secara fisik aku akan terlihat seperti perempuan umumnya, hanya kelaminku saja yang berbeda. Dan aku dianjurkan untuk tetap melakukan kontrol rutin untuk berjaga-jaga. Kedua orang tuaku saat mendapat kabar mengejutkan itu terlihat begitu shock, bahkan tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun sampai kami pamit.

Sesampainya di rumah pun kami tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Kami langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Bohong jika aku pun tidak terkejut, aku yang dibesarkan layaknya laki-laki sekarang harus menerima kenyataan bahwa aku akan memiliki tubuh layaknya perempuan. Tentu, dengan 'teman' yang selalu menemaniku. Yang aku lakukan saat itu hanya berdiam diri memandang kosong ke arah dinding. Hingga akhirnya tanpa sadar aku pun tertidur.

Aku terbangun tepat tengah malam, karena begitu banyak suara barang jatuh dan pecah. Aku bergegas menuju ke arah pintu ia takut ada pencuri yang masuk. Namun, dugaanku salah karena aku melihat dengan jelas ketika aku mengintip dari celah pintu kamar ayah sedang membanting barang lalu menunjuk-nunjuk ke arah ibu. Hal yang lebih membuatku bergeming adalah perkataan ayah yang menghardik ibu dan menghina diriku. Ia mengatakan bahwa ibu telah melahirkan anak monster yang mengerikan karena keadaanku. Tanpa sadar air mataku merembes dan mengalir karena ibu selalu membelaku dan mengatakan aku adalah anugerah dengan diberi keistimewaan. Namun ayah tidak mau mendengarnya dan berlalu keluar.

Aku tak mampu melangkah walau hanya untuk memeluk dan menenangkan ibu. Rasanya semua begitu mendadak, ayah yang ku kenal adalah orang paling sabar yang pernah aku temui hari ini aku melihat sisi lain dirinya. Hingga waktu berlalu menjadi pagi pun aku tak mampu melangkah keluar. Aku hanya duduk di atas kasur dengan lutut yang ku peluk erat. Hingga suara pintu yang berderit memecah pikiranku yang berkecamuk banyak hal. Saat ku dongakan kepala senyuman ibu adalah hal yang pertama ku lihat, meskipun aku melihat matanya yang sembab karena menangis semalam. Ibu lalu mengajakku sarapan, aku lalu turun bukan untuk sarapan namun untuk memeluk ibuku.

"Maafkan Chaeyoung, ibu." Hanya kata-kata itu yang terus ku bisikan di telinga ibu. Ibu membalas pelukanku dan kembali menangis.

"Bukan salahmu nak. Bukan salahmu"
.
.
.
.
.

My Last Station: Rounded Love (MiChaeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang