"Teman-teman! Ada orang lain disini!"
"Tapi siapa dia ini?"
"Pasti juga seperti kita, cepat tolong!"
"Dia nggak napas!"
"Masa? Nggak mungkin! Barusan kulihat gerak, kok, coba Ron, kamu bisa pertolongan pertama' kan!"
"Iya, ini kulakukan! Diam! Jangan membuatku makin panik!"
"Tolong! cepat tolong!"
Percakapan saling bersahut-sahutan itu memenuhi gendang telinga Alisa. Gadis yang masih berseragam SMA ini langsung bangun. Dia merasa badannya sangat kaku seolah lama sekali tidak digerakkan. Kepalanya juga masih terasa pening, rasanya mirip seperti kalau kebanyakan tidur. Akan tetapi yang paling membuatnya heran adalah dia dikelilingi empat remaja asing, dua laki-laki dan dua perempuan.
"Emm? Ada apa? Kenapa kalian mengerumuniku?" tanya Alisa dirinya bangun dari lantai dingin. Dia kemudian melihat mereka semua masih terbelalak kaget, "Siapa kalian?"
"Keajaiban," bisik laki-laki bertubuh gempal.
Gadis berambut ombak panjang membantu Alisa berdiri. Dia menjelaskan singkat, "Kamu tadi tergeletak di lantai dan seperti mayat, ya ditolongin ama Roni." Dia melihat temannya yang bertubuh jangkung, berkulit paling putih nyaris pucat serta berkaca mata.
Roni menghela napas lega. "Padahal tidak yakin tadi, uh, untunglah."
"Sebenarnya siapa kalian dan dimana kita?" tanya Alisa sendiri yang mulai tidak nyaman dengan keempat remaja itu. Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.
Mereka berlima berada di sebuah ruang tamu luas sekali. Arsitektur bangunannya sudah mirip bangunan kuno Eropa. Seluruh temboknya berwarna putih susu penuh lukisan abstrak. Langit-langitnya tinggi terhias lampu gantung cantik. Terdapat sebuah anak tangga mewah menuju lantai atas juga, pegangannya memiliki ukiran berbentuk sulur-suluran.
Perabotan disini juga memiliki nilai seni tinggi, dari mulai guci, kursi kayu, sofa, sampai sebuah meja besar yang ada di tengah ruangan. Meja yang paling menarik perhatian karena terdapat lima piring kosong.
"Kami juga tiba-tiba bangun disini.. kita tidak tahu ini dimana, jadi kukira, kau pasti juga diculik seperti kami," jawab Roni juga ngeri melihat seluruh bangunan ini tidak ada jendelanya. Dia melirik pintu ganda yang terlapisi jeruji besi.
"Aku tadi disini?" tanya Alisa keheranan.
Gadis berambut ombak tadi menjawab, "Iya, kita semua bangun disini, tapi kamu tadi yang tak bernapas. Jadi, aneh tapi ... nyata, agak serem juga, sih."
"Aku baik-baik saja, mmm ...." sahut Alisa ragu-ragu memanggilnya.
"Namaku Amanda, ini Roni, yang nolongin kamu, terus yang tubuhnya rada besar alias gempal ini Gilang, terus ini Dewi. Kami ini murid SMA 10 November yang ingin wisata ke gunung sini. Tapi dalam perjalanan malah kesini. Ka.u sendiri dari SMA 17 ya?" tebak Amanda menyelidik badge seragam putih abu-abu Alisa.
"Iya, namaku Alisa," sahut Alisa mengangguk. "Aku dari SMA 17."
Amanda tersenyum kecil. "Kita sama-sama dari Surabaya ternyata."
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Escape [END] ✔
HorrorAlisa ditempatkan bersama orang-orang asing di sebuah rumah angker. Mereka terjebak tidak bisa keluar. Tempat ini bagaikan sangkar burung. Dia beruntung karena diselamatkan oleh Digo, penghuni lain di rumah itu, dari kejaran sang pemilik rumah di ma...