Alisa terus berteriak saat menuruni anak tangga. Dia seperti sudah tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Kakinya berlari menuju lorong tempat semalam Gilang dibunuh. Tidak ada tempat yang bisa ia tuju selain kesana.
Lorong itu sangat sepi, lampu tetap menyala karena tidak ada pencahayaan apapun. Meski telah diberitahu ini sudah pagi, tapi suasana tetap gelap gulita.
Aku tak mau berada disini terus!, teriaknya dalam hati saat sesekali memandangi plafon. Matanya terus memastikan kalau laki-laki bernama Digo tidak mengejarnya.
"Sepi sekali disini!" Ia panik tak bisa melihat ujung pintu yang kemarin mereka temukan. Semuanya hanya lorong memanjang dengan lampu yang semakin lama semakin redup.
"Alisa! Alisa'kan? Alisa, tunggu aku, aku mohon!" seru seseorang mengejarnya.
Alisa terperanjat melihat Dewi tahu-tahu sudah ada di belakangnya. Dia semakin ngeri karena wajah gadis itu pucat ketakutan berlari ke arahnya. Setelah kejadian kemarin malam, dia tak bisa percaya siapapun.
Apa mungkin hantu?, pikirnya paranoid.
"Dewi? Mustahil ... kamu peniru?" tuduhnya. Tanpa menunggu jawaban, ia mempercepat larinya.
"Alisa? Aku tadi dikeluarkan oleh ruangan aneh itu, lalu aku berusaha mencari kalian, disini sepi sekali, tahu-tahu saat aku membuka pintu, aku malah kembali ke lorong ini!" teriak Dewi semakin takut, "Dimana Roni? Dimana Amanda? Alisa, jangan tinggalkan aku!"
"Aku harus keluar dari kurungan ini!" Alisa berhasil menjauh darinya. Dia sampai di tiga pintu tertutup yang sama dengan tadi malam. Anehnya, di lantai sudah tidak ada bekas darah Gilang. Awalnya dia ingin mengetuk pintu tempat Dewi 'asli' berada. Akan tetapi secara mengejutkan suara Digo terdengar memanggilnya dari arah yang tidak jelas.
Sontak saja dia lantas membuka pintu sebelah kanan yang belum diketahui. Kali ini, ia berharap ada manusia yang masih hidup bisanmenolongnya.
"Tolong!" Ia menutup pintunya erat-erat. Mendadak lehernya sangat sakit seperti dicekik oleh sesuatu. Gemetar, takut, cemas. Semuanya dia rasakan saat menyadari dia berada di lorong panjang ini.
Sebenarnya seberapa luas tempat ini?, Pikirnya saat melihat deretan pintu-pintu kayu dengan ukiran berbeda berjajar rapi di sisi kanan-kiri bagaikan kamar hotel.
Di lorong ini pencahayaan lampunya sangat terang sehingga dia bisa melihat jelas. Yang mengerikan ujungnya tak terlihat akhir bak sebuah jalan menuju neraka.
Alisa mencubit pipinya, meyakinkan diri kalau apa yang dilihatnya bukanlah ilusi, dan memang bukan. Lorong panjang ini sangat mengerikan. Terlalu panjang, terlalu banyak pintu dan ... terlalu sunyi.
"Tolong!" Dia kembali berteriak, "Tolong aku! Roni?“
Suaranya langsung menggema di mana-mana, mengalir hingga ke ujung sana. Namun, malah itu yang membuat tengkuk Alisa meremang.
Dia berjalan pelan, dan suara sandalnya juga ikut menggema. ”Halo?“
Tak berselang lama, terdengar suara gagang pintu dibuka. Salah satu pintu sebelah kanan, deretan ke tujuh, dibuka oleh seseorang. Dia muncul dengan wajah yang cemas melihat Alisa yang berlarian seperti orang gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Escape [END] ✔
HorrorAlisa ditempatkan bersama orang-orang asing di sebuah rumah angker. Mereka terjebak tidak bisa keluar. Tempat ini bagaikan sangkar burung. Dia beruntung karena diselamatkan oleh Digo, penghuni lain di rumah itu, dari kejaran sang pemilik rumah di ma...