Epilog

14.8K 1.7K 541
                                    

20 tahun kemudian,

Roni dan Dewi kini sudah menikah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang beraktifitas di luar sana. Kedua pasangan ini sepakat menjadikan rumah dengan halaman penuh kenangan itu sebagai rumah terakhir.

Mereka selalu senang saat mengamati makam Alisa & Digo yang dikelilingi bunga mawar. Semenjak mereka dikubur hingga sekarang, perasaan sedih Roni maupun Dewi tidak pernah hilang.

Akan tetapi hari ini, mereka menepis perasaan sedih itu demi mengantarkan anak kembar mereka untuk masuk sekolah kembali. Hari yang membahagiakan karena melihat anak mereka kini sudah beranjak remaja.

"Amanda, Gilang! Ayo kita berangkat!" ajak Roni mulai menyalakan mesin mobilnya, "ini hari pertama setelah liburan kemarin, jangan malas-malasan!"

Dewi masuk ke kursi depan, lalu memakai sabuk pengaman. Dia hanya menghela napas panjang saat melihat tingkah kedua anaknya masuk ke dalam mobil dengan saling dorong-dorongan.

"Kalian itu harusnya akur," ucapnya.

"Aku ini kakak, aku duluan yang masuklah." Amanda mendorong tubuh saudaranya agar menjauh sedikit. Gadis berseragam putih abu-abu ini terlihat cantik dan mengutamakan penampilan rapi. Pada nama dada kemejanya tertulis nama:

Amanda Alisa H.

Sementara saudara kembarnya juga tak kalah menantang. Dia menjejak kaki Amanda seraya meralat, "Aku hanya lahir telat lima menit darimu, bukan berarti kamu bisa menyuruh-nyuruh."

Remaja laki-laki berkaca mata ini menjulurkan lidah berkali-kali pada saudaranya. Pada nama dada kemejanya tertulis:

Gilang Digo H.

Orangtuanya terlihat tidak mau ikut campur dengan obrolan tidak berguna kedua remaja itu. Mereka hanya menatap ke jalanan dan menikmati udara dingin pagi hari yang menyejukkan. Setiap hari setelah terbebas dari rumah kematian, mereka selalu mensyukurinya.

Tingkat kewaspadaan mereka terhadap orang asing juga naik. Bahkan mereka sudah tidak mau lagi pergi ke daerah hutan, pulau atau pegunungan karena tidak ingin terjadi sesuatu kembali.

Hingga pada akhirnya mereka sampai di sekolah. Roni menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang besi yang pada atasnya terpampang jelas tulisan:

SMA Edelweiss 51

Jl. Flamboyan Timur No. 03

Karena hari ini hari senin, suasana sekolah sudah sunyi. Hanya ada beberapa siswa yang tampak tidak peduli telat atau tidak. Padahal pintu gerbang sudah setengah tertutup.

"Lang, ayo cepat kita masuk!" Amanda buru-buru mencium tangan kedua orangtuanya, lalu terbirit-birit masuk ke dalam sekolah.

Gilang sedikit santai. "Ma, Pa, sampai nanti." Dia keluar mobil dan mengikuti langkah kaki saudaranya.

Roni membuka kaca mobilnya untuk melihat suasana sekolahan anak mereka yang baru direnovasi. Sekolah yang bangunannya cukup tinggi dengan dekorasi ala taman-taman berbunga yang sudah pantas dibuat syuting drama percintaan.

"Tempat ini makin lama makin bagus, ya? Lebih menarik ketimbang Mall lama-lama," ucapnya senang.

Dewi mulai memeriksa tasnya. "Tadi aku ikut karena mau belanja, tapi kok dompetku ketinggalan, ya?"

Can't Escape [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang