15. Menyelamatkan (b)

8.3K 1.2K 42
                                    

"Alisa?"

"Alisa?"

"Alisaaa?"

Suara asing terus memanggil di sekitar peti yang dipakai untuk Digo dan Alisa sembunyi. Suaranya semakin dekat dan terdengar berat sepeti suara seorang pria tua. Tidak satupun dari dua remaja hantu ini yang mengenali suara tersebut.

Alisa mengenali suara itu. Dia yakin itu bukanlah suara tiruan dari hantu yang berkeliara  saat malam, melainkan dari pemilik aslinya.

"Aldo?" bisiknya merinding. Dia menyentuh mata kanannya yang sudah mulai sembuh. Saat mendengar suaranya saja, dia teringat semua perbuatan kasarnya beberapa saat yang lalu.

Ia meneguk ludahnya, lalu memegangi tangan Digo.

Digo memandangnya sesaat, "Kalau dia saja tidak perlu setakut ini, Alisa."

"Dia ... tadi mau ... mengirisku, Digo ..." kata Alisa terbata-bata karena merasa ketakutannya semakin hari semakin besar, "kenapa mereka terus-terusan menggangguku?"

"Aldo itu pendendam, dia akan menganggu siapapun disini," bisik Digo dengan suara tenang, "tapi tak perlu terlalu khawatir, dia itu penakut, dia tidak akan berkeliaran lama-lama. Apalagi si Tuan Rumah itu, peka sekali pendengarannya."

Tiba-tiba saja suara Aldo semakin dekat saat berkata, "Digo, belum cerita ya pada penghuni baru rumah ini tentang siapa dirimu?"

Digo dan Alisa hanya membisu.

Aldo berkata kembali, "kamu itu jiwa yang dipenuhi kedengkian. Jadi kau harusnya bercerita pada penghuni baru itu agar berhati-hati padamu."

"Oh!" Dia mendadak meninggikan suaranya seolah-olah kegirangan, "benar juga, kamu hanya menunjukkan sisi kejimu pada mereka yang masih hidup. Sedangkan Alisa sudah mati."

Alisa menoleh pada Digo dengan perasaan was-was. Kewaspadaannya ditepis oleh gelengan kepala Digo.

Aldo menambahkan, "awalnya memberikan tawaran bantuan, tapi malah menjerumuskan. Benar'kan Digo? Berapa banyak yang mati disini karena dirimu? Ya, maksudnya tak secara langsung, tentu saja kita semua mati karena si orang gila itu, tapi karena rencana siapa, ya ..."

Digo terus menggelengkan kepala pada Alisa untuk menegaskan bahwa dirinya tidak seperti itu.

"Satu per satu murid SMA yang datang kamu tawarkan bantuan, pada akhirnya  mereka berjalan menuju neraka ini. Tega sekali kamu memberikan harapan keselamatan, padahal kamu mengantarkan kami semua menuju kematian," oceh Aldo terdengar semakin pelan dan pelan, "kamu dan belatung itu adalah pengawas rumah, jika ada yang masih hidup, kalian bertugas mengantarkan mereka pelan-pelan ke hadapan pemilik rumah."

Alisa melotot karena takut. Dia adalah gadis yang sangat mudah terpengaruh oleh sekitarnya. Tentu saja dirinya langsung membatu setelah mendengar pengakuan orang yang sudah mencelakainya itu. Bahkan untuk sekedar menoleh pada Digo saja, dia masih ragu-ragu.

"Sekarang masih ada dua manusia hidup disini, kamu pasti memberikan mereka harapan bisa keluar dari sini seperti yang sudah-sudah. Tapi lihatlah, lihatlah ..." suara Aldo terdengar keras lagi, "Alisa! dengarlah, Digo itu jiwa pendengki, dia tidak akan pernah menolong siapapun, baik yang sudah mati ataupun yang masih hidup! Dia tidak mau hanya dirinya yang mengalami kemalangan! Dia akan terus menyeret kita semua di tempat ini! Dan, hei, Digo, aku tahu dimana tengkorakmu."

Can't Escape [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang