07. Peniru Misterius

9.4K 1.3K 26
                                    

Pintu terus diketuk.

Digo menahan Alisa untuk membuka pintu. Dia menjelaskan singkat, “kamar di lantai dua ini spesial, bisa dibuka dari dalam. Itulah kenapa banyak peniru berkeliaran."

"Peniru? Peniru apa?"

"Pemilik rumah ini punya pembantu cilik biadab, hantu," bisik Digo menuding ke bawah pintu yang anehnya mulai kedatangan belatung.

Alisa langsung menjauh.

Hantu!, Jeritnya dalam hati sambil menutup mulut.

Ia terpaku di tempat.

"Main sama aku, yuk!" ajak seseorang di balik pintu yang suaranya berubah menjadi anak laki-laki.

"Di ... Digo ..." panggil Alisa takut.

Gedoran pintu semakin keras. Sosok hantu itu kembali berteriak dengan suara mirip ibu-ibu, "Bantuin Mama, Alisa."

Mama! Dia meniru suara mama?, Alisa melotot dengan suara mamanya diluar.

Mendadak angin dingin merasuk dari bawah pintu. Anginnya langsung menerpa seluruh kulit Alisa hingga membuatnya membeku sesaat.

"Pergi!" bentak Digo menggedor balik pintunya sehingga membuat hembusan anginnya sirna, belatung tadi juga menghilang perlahan.

"Ke—kenapa bisa ada hantu?"

"Ini'kan rumah angker, banyak yang mati, wajarlah. Kalau ada suara seperti itu di malam hari, gedor balik pintunya, gedor setelah dia berubah suara tiga kali. Pokoknya jangan dibuka."

Kepanikam kembali melanda benak Alisa. Dia memandangi Digo dengan sorot mata penuh tanya. "Digo, ini menyeramkan, tak masuk akal, ada psikopat, pasien sakit jiwa, dan sekarang hantu? Dan kau bilang dia pembantunya! Bagaimana mungkin manusia bisa melihat hantu— maksudku ah, ini mengerikan! Aku tak kuat lagi."

"Tenang dirimu, tak apa-apa," pinta Digo mendekati gadis itu, kemudian mengelus rambutnya begitu saja. ”Semua akan selesai.”

"Digo?" Alisa heran dengan perlakuan itu. Apalagi melihat tatapan Digo yang kembali bersedih.

“Maaf, aku hanya teringat adik-adik di panti asuhan dulu, mereka kalau panik ataupun takut dan menjadi hilang kendali, aku melakukan ini, jadi aku reflek ingin membuatmu tenang, maaf.” Digo menarik tangannya kembali.

Seumur hidup Alisa tidak pernah merasakan kepalanya dielus seseorang. Ia pun mengangguk. "Terima kasih."

"Jadi itu tambahan cara untuk selamat di tempat ini. Jangan buka pintu sebelum pagi atau kau akan mendapat tamu hantu yang sukanya main belatung itu."

"Kenapa dia bisa meniru Mama?"

"Hantu sialan itu bisa mengetahui sisi lain kita. Ya, aku sering digoda dengan suara teman-temanku. Kamu akan terbiasa dengan ulahnya. Hal semacam ini nyata di rumah ini."

"Sepertinya kamu tak takut."

"Dia menyebalkan dan juga menjijikan, Alisa. Aku sudah sering melihatnya, aku tak tahu lagi sekarang, antara takut dan jijik itu perbedaannya apa."

Can't Escape [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang