14. Menyelamatkan (a)

8.4K 1.2K 16
                                    

Digo masih berkeliaran di lorong penuh ruangan. Dia berlari dari satu ruangan ke ruangan lain. Seperti halnya di tempat lain, lampu-lampu disini sudah padam dan digantikan oleh nyala lilin di dinding yang ada setiap satu meter.

"Amanda!" teriaknya setiap kali membuka satu demi satu pintu ruangan kosong.

Dia terus menerus berlari masuk satu ruangan, membuka pintu di dalamnya. Lalu keluar lagi di lorong itu kembali. Ia berseru kencang, "Amanda! Dimana kamu?"

Langkah kakinya tidak bisa berhenti karena lorong tempatnya berlari seolah tanpa ujung. Dia sudah menyadari ini dan akhirnya berhenti di tengah-tengah kesunyian.

Dia melihat lantai keramik pucat yang mendadak sudah dipenuhi oleh belatung. Raut wajahnya lantas risih saat melihat binatang kecil itu menggeliat kemana-mana.

Ia mundur beberapa langkah ketika seseorang keluar dari ruangan sebelah kirinya.

Delvin terlihat kelelahan saat menutup pintu ruangan itu lagi. Seragam putih abu-abunya tampak sudah dipenuhi bercak darah.

Ia mengacung pisau penuh tetesan darahnya kepada Digo seraya berkata, "Digo. Aku mencarimu kemana-mana, tapi maaf sebentar, aku sedikit sibuk."

"Dimana belatung sialan itu?"

Delvin mundur saat pintu ruangannya tadi digedor seseorang. Ia murka saat orang di balik pintu itu mengejeknya dengan menggunakan suara mamanya.

".. Sayang, cepatlah pulang. Mama sudah mencarimu selama lima tahunan ini."

Saking tidak bisa mengendalikan amarahnya, Delvin malah membuka pintu itu dan memberikan bentakan keras, "Berani sekali meniru suara mamaku? Mau kupotong lagi?"

Digo meliriknya tajam. "Mau apa disini?"

"Aku harus membalaskan dendamku minggu lalu kepadamu."

"Pergilah, aku sedang mencari Amanda."

"Dia sudah mati'kan? Kenapa diurusi lagi, bukannya urusanmu itu pada mereka yang belum mati? Dasar pengkhianat."

Digo berbalik badan dan pergi tanpa mempedulikannya.

"Alisa ..."

Digo menoleh saat nama itu disebut. Ia mulai menunjukkan raut wajah tidak senangnya begitu melihat Delvin tersenyum licik. Dengan suara ancaman, dia berkata, "jika kalian mengganggu dia lagi, akan kuiris lehermu dan teman-temanmu."

"Masalahnya, Digo, gadismu itu dari tadi sudah keluar ruangannya. Dia sudah kejar-kejaran denganku, dengan tuan rumah dan sekarang mungkin sedang diajak jalan-jalan oleh jiwa pendendam sepertiku yang dikhianati dulu."

Sederet umpatan keluar dari mulut Digo. Dia berlari membuka salah satu pintu yang ternyata menyambung langsung ke pintu di bawah anak tangga ruang utama.

Begitu dia keluar, pintu itu hilang karena menyatu dengan tembok.

Dia berteriak, "Alisa!" seolah tidak peduli apapun lagi meskipun itu mengundang kehadiran sang tuan rumah.

Can't Escape [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang