Part 15

164 13 0
                                    

Author pov

Setelah melakukan banyak kegiatan dihari ini. Rika dan sahabatnya beristirahat dikamar.

"Seru juga ternyata jadi santri" ucap laily.

"Selain seru, kita juga dapet banyak pelajaran tentang agama" seru rika.

"Bener tu, jarang-jarang kan kita bisa dapet pengetahuan lebih dalam lagi tentang agama!" ucap syifa.

Setelah berbincang sedikit dengan sahabatnya, rika memperhatikan wajah sahabat-sahabatnya yang tampak kelelahan.

"Via kemana?" tanya rika yang menyadari bahwa devia tidak ada disitu.

"Owh itu tadi via bilang mau liat sekitar pesantren, mumpung gak ada tugas katanya" jawab laily.

Setelah itu rika beranjak dari tempatnya menuju pintu.

"Mau kemana rik?" tanya syifa.

"Nyari via" jawab rika singkat.

Setelah mendengar jawaban rika, sifa dan laily melanjutkan tidurnya.

Rika pov

Gue lagi keliling sekitar pesantren, mencari tempat yang menarik sekaligus bersantai untuk menghilangkan rasa penat karna aktivitas seharian ini.

"Rika" gue mencari siapa yang manggil nama gue. Ternyata Devia yang manggil, ntah dia darimana.

"Darimana?" tanya gue.

"Habis dari musholla" jawabnya.

"Ngapain?" tanya gue sambil melanjutkan jalan bareng Devia.

"Nonton latian hadrah" jawab Devia dengan cengirannya.

"Oh" jawab gue singkat.

"Lo mau kemana? Anak-anak mana,kok lo sendirian?" tanya Devia kebingungan karna gue sendirian.

"Lagi istirahat, gue cuma mau lihat sekitar pesantren aja" jawab gue.

"Gue temenin ya" jawab Devia semangat dan hanya gue respon dengan anggukan kepala.

"Oh iya rik, kalo boleh tau. Pacar lo siapa?" tanya Devia ragu.

"Gak ada" jawab gue singkat.

"Pantes, gue gak pernah denger kalian ngomongin cwok" ucap Devia. Gue cuma diem aja.

"Hmmm rik, mau gak ceritain semua kisah lo bareng assyifa sama laily? Biar gue lebih tau tentang kalian, secara gue kan orang baru dalam kehidupan kalian. Yaaa, bisa di bilang sahabat baru kalian. Itu sih kalo lo gak keberatan" ucap Devia masih dengan perasaan ragu.

"Kita cari tempat duduk" ucap gue menuju sebuah tempat yang terdapat tempat duduk, sedangkan Devia berjalan di belakang gue.

"Gue udah lama sahabatan sama mereka berdua, bahkan bisa dibilang sahabat sejati. Syifa itu orangnya baik, ramah dan selalu ceria. Tapi, jika seseorang udah ngusik kehidupan dia. Jangan harap bakal liat sisi lembutnya lagi. Laily itu orangnya lucu, dia penghibur bagi gue dan syifa" ucap gue.

"Kalo lo sendiri?" tanya Devia.

"Lo tanya aja sama mereka berdua, hanya orang yang bisa menilai. Gue gak bisa menilai diri sendiri. Orang yang melihat" ucap gue.

"Lo cuek" ucap Devia menghadap ke arah gue. Tapi gak gue respon.

"Kenapa?" lanjut Devia.

"Jujur, ini bukan sikap gue yang asli. Dulu, gue gak ada bedanya sama kedua sahabat gue. Tapi, gue berubah hanya karna satu alasan. Mungkin bagi semua orang, itu adalah alasan yang konyol dan gak masuk akal" ucap gue menatap lurus kedepan.

"Boleh tau alasannya?" tanya Devia ragu.

"Cwok, gue berubah karna sikap mereka. Sahabat-sahabat gue selalu sakit hati karna mereka. Tapi itu dulu. Gue sengaja cuek dengan semua orang, supaya mereka gak semudah itu deketin gue. Dan bohongin gue, terutama bagi cwok. Yang niatnya ngajak kenalan, terus deketin, dan akhirnya nyakitin. Gue gak ingin itu terjadi sama gue. Gue udah muak dengan liat mereka yang nyakitin sahabat gue"jelas gue.

"Apa lo bakal tetep bersikap cuek juga sama gue?" tanya Devia.

"Tergantung, lo bisa jadi temen yang gue percaya atau nggak. Karna gue paling benci pengkhianat"

"Gue bakal buktiin sama lo, gue bisa jadi sahabat yang gak berkhianat" ucap Devia dengan yakinnya. Gue hanya respon dengan anggukan.

"Kalo alasan lo hanya karna seorang cwok, tapi kenapa lo sulit buat deket sama temen baru?" tanya Devia bingung.

"Dulu gue punya banyak temen, semua temen gue berjanji di awal kita berteman. Bahwa mereka bakal jadi temen yang baik, dan gak berkhianat. Tapi akhirnya, mereka berubah satu-persatu. Mereka mencari teman baru, menjauh satu-persatu. Dan akhirnya, menjadi musuh dalam selimut" ucap gue lirih, banyangan itu kembali hadir.

"Karna itu, lo gak percaya sama semua orang?" tanya Devia.

"Iya, gue hanya percaya sama kedua sahabat gue dan keluarga gue sendiri" ucap gue.

"Gue bakal yakinin lo lagi, bahwa gak semua orang itu jahat" ucap Devia meyakinkan.

"Balik yuk, udah hampir sholat ashar" ucap gue mendahului Devia.

~~~~~~

Skip

Sudah 5 hari mereka menjalani rutinitas dipesantren. Rencananya mereka akan pulang pada hari minggu pagi, supaya tidak terlalu malam untuk sampai dikota.

"Besok adalah hari terakhir kita mengikuti rutinitas dipesantren ini" ucap Aqil dengan menatap sekitar pesantren.

"Iya, besok lusa kita bakal ninggalin tempat ini. Tempat yang membuat kita lebih paham lagi tentang agama, bagaimana cara hidup mandiri dan selalu mengedepankan ibadah" respon Syifa yang berdiri disebelah Rika.

"Ke musholla yuk, udah mau sholat ashar nih" ajak Adip pada semua sahabatnya.

Mereka jalan beriringan menuju musholla pesantren. Saat, sampai dipelataran musholla. Mereka bertemu dengan ummi dan abah.

"Assalamu'alaikum ummi, abah" ucap mereka.

"Wa'alaikumsalam" jawab abah dan ummi.

"Pada mau sholat ya?" tanya abah, yang direspon anggukan kepala oleh mereka.

"Novan, bisa kamu menjadi imam? Pimpin sholat kami" ucap abah pada Novan.

"Kenapa saya abah, masih banyak santri disini yang lebih layak menjadi imam" ujar Novan sesopan mungkin.

"Saya ingin kamu yang menjadi imam hari ini. Lagi pula besok kan sudah menjadi hari terakhir disini, sekaligus sebagai pengalaman dan menjadi pembelajaran mu jika sudah berkeluarga nanti" ucap abah tersenyum.

"Abah ini ya, mereka itu masih pelajar SMA. Jangan diomongin hal itu atuh abah, perjalanan mereka masih panjang. Gak akan memikirkan hal itu untuk saat ini" ujar ummi.

"Lho, apa salahnya ummi. Kan abah hanya memberitahu, lagi pula memang itu yang akan mereka alami suatu saat nanti. Benar kan?" ucap abah.

"Baik abah, saya kedalam dulu untuk mengambil posisi. Saya akan menjadi imamnya" pasrah novan dengan perintah abah. Dan diakhir kalimatnya, Novan tak sengaja menatap kearah Rika. Semua sahabatnya menyadari itu.

"Widih, bakal jadi imamnya santriwan dan satriwati disini. Atau jadi imamnya siapa nih van? Kok matanya lirik-lirik yang itu yaa" ujar Adip menggoda Novan.

~~~~~

Hy,

Mulai update lagi nih😊 lama ya nunggu nya??

PD amat yaa,, kalo gak ada yang nunggu gimana?😁
Selamat membaca,segitu aja dulu ya.. Lagi buntu soalnya😅 semoga tetep suka deh sama cerita ini.

Idaman HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang