Part 17

142 12 2
                                    

Rika memasuki halaman rumahnya, dari luar terlihat sepi. Rika terus memasuki rumah, menuju kamarnya dilantai dua.

Saat melewati ruang keluarga, ia melihat kedua orang tuanya sedang menonton televisi. Rika menghampiri keduanya.

"Assalamu'alaikum ma, pa" ucap Rika memberi salam dan mencium tangan kedua orang tuanya.

"Wa'alaikumsalam" ucap kedua orang tuanya.

"Pulang bareng siapa sayang?" tanya mamanya.

"Novan" jawab Rika dan duduk diantara kedua orang tuanya.

"Trus, Novannya gak diajak mampir?" tanya papanya.

"Udah, tapi keburu mau pulang katanya" jawab Rika. Padahal dia gak nawarin sama sekali.

"Rika ke kamar dulu ya, mau istirahat" ucap Rika beranjak menuju kamarnya.

***

Setelah melaksanakan sholat maghrib, Rika bersantai dibalkon kamarnya. Menikmati udara malam, ditemani dengan sebuah novel yang berada dalam genggamannya.

Disaat sedang asik membaca, ponselnya berdering. Namun, Rika tak beranjak dari duduknya. Seakan-akan ia tidak mendengarnya.

Ponsel yang berada diatas meja itu terus berdering. Dengan rasa malas Rika mengambil ponsel tersebut dan menatap layar yang menampilkan bahwa seseorang tengah menelfonnya.

Cukup lama Rika berfikir, akhirnya ia mengangkat telfon tersebut.

"Assalamu'alaikum" ucap seseorang tersebut.

"Wa'alaikumsalam" jawab Rika.

"Gue cuma mau mastiin, file tugas kita ada di lo semua kan?" tanya seseorang tersebut.

"Hmm" jawab Rika singkat.

"Ok, gue harap lo gak lalai dalam tugas. Karna ini bukan hanya menyangkut nilai lo, tapi nilai anggota lo. Dan menyangkut rasa tanggung jawab lo sebagai ketua" ucap Novan dengan dingin. Ya, orang yang menghubungi Rika adalah Novan.

"Udah?" tanya Rika.

"Iya" ucap Novan.

Setelah mendengar jawaban Novan, secara sepihak Rika memutus sambungan telfonnya.

***

Novan pov

Gue bingung dengan diri sendiri, sebenarnya hati gue kenapa?

Gue ngerasa ada yang aneh, baru aja gue selesai telfon Rika hanya sekedar tanya tugas. Padahal, gue yakin Rika bukan tipe murid yang lalai akan tugasnya. Gue ngerasa, sikap gue tadi seperti seorang laki-laki yang modus. Hanya sekedar basa-basi, menanyakan hal yang tidak begitu penting. Dan kalaupun itu penting, cukup dengan sebuah pesan, dan gak perlu menelfonnya kan?

"Masak iya gue suka sama Rika?"

"Gak mungkin gue suka sama dia, bisa aja ini hanya perasaan sebagai teman. Mungkin gue udah mulai menerima dia sebagai teman atau sahabat" gue sibuk dengan fikiran dan perasaan gue.

Skip

Setelah melaksanakan sholat subuh, gue bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Waktu menunjukkan pukul 05.40 dan gue udah siap turun kebawah untuk sarapan bareng keluarga.

Idaman HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang