Prolog

12.8K 397 3
                                    

Kenalin, gue Arrayan Kalandra Atmaja atau lebih akrab disapa Rayan.

Papa dan mama, kalian pasti udah kenal-lah gimana seluk beluk kehidupan mereka, kalo ada yang belum tau, baca aja di seri pertama wkwk. Karna gue bukan tipe orang yang suka mendeskripsikan gimana kehidupan keluarga gue di depan orang banyak.

Yang jelas, keluarga bagi gue adalah bagian paling luar biasa yang ada di muka bumi. Apalagi, punya orangtua sekelas papa dan mama yang menurut gue pribadi, perjuangan mereka dalam berumahtangga bukan hal yang mudah, dan itu keren! Mereka relationship goals banget-lah.

Mungkin, watak atau kemiripan atau warisan dari orangtua bisa nurun ke anaknya, tapi keberuntungan orangtua belum tentu menjadi keberuntungan kita. Nasib orang beda-beda kan coy, hidup tetap kita sendiri yang membangun! Banyak orangtua yang harmonis, tapi anak-anaknya punya kisah cinta yang miris, wkwk kalo ini mah gue curcol!

Dan dari sinilah, hidup baru gue dimulai. Jatuh cinta sama tante sendiri emang gak pernah ada di dalam rencana hidup gue. Tapi apa boleh buat, semua ngalir gitu aja!

Kalo kata Sujiwo Tedjo,

'Menikah adalah nasib, mencintai adalah takdir. Kau bisa berencana menikah dengan siapa, tapi tak bisa kau rencanakan cintamu untuk siapa !'

Ya, kurang lebih begitu.

Gak pernah gue tau kalo mencintai bisa sesakit ini hha! Awalnya gue kira, ini bukan perasaan cinta. Tapi lama kelamaan tumbuh dan semua jadi aneh. Begitulah akhirnya, semua berakhir dengan kata 'Ya sudah' emang harus disudahi perasaannya. Orang yang dicintai udah nikah sama jodohnya sendiri.

Gue kubur dalam-dalam perasaan ini, setelah tante Raline menikah dengan bang Vicky. Akhirnya gue bisa manggil dia dengan sebutan 'tante', setelah beberapa tahun lalu, kita sempet ketemu dan bicara banyak tentang hal ini. Semua udah selesai, gue juga udah bener-bener ikhlas, serius!

Ini masuk tahun ke-empat gue tinggal di Inggris. Setelah tante Raline menikah, saat itu juga gue banyak kehilangan harapan. Suatu ketika gue akhirnya memilih menenangkan diri jauh dari rumah, opsi paling tepat adalah pindah sementara ke Inggris tempat dimana papa dulu tinggal, awalnya mama gak setuju tapi berkat bantuan papa akhirnya dia luluh.

Sebenernya gue kesini gak pernah ada niatan buat kuliah, cuma pengen liburan biasa abis itu balik lagi ke Indonesia.

Tapi pas tau kalo tante Raline dan bang Vicky punya anak, kok rasa panas dalam hati makin berkobar?

Katanya udah ikhlas sih, berarti munafik dong gue hha!

Iseng-iseng daftar kuliah, pengen jadi satu universitas sama Maudy Ayunda di Oxford tapi gak diterima hha, nilai gue gak nyampe.

Tapi untungnya, UCL mau menerima gue sebagai salah satu mahasiswa disana, mungkin agak salah jurusan juga saat gue ambil jurusan teknik. Tapi Alhamdulillah gue cukup enjoy.

Enaknya nuntut ilmu disini karna kuliah jenjang S1 bisa selesai dalam jangka waktu tiga tahun, biasanya mahasiswa lebih banyak dikasih tugas dan ujian-ujian diluar jadwal yang ditentukan, jadi waktunya bisa dipake buat kegiatan lain di luar jam kuliah.

Nah, kadang gue suka lupa waktu. Malah pernah nilai kehadiran gue di pertengahan semester dapet C, karna gue pake buat project pemotretan di luar kampus wkwk.

Tapi bisa lulus tepat waktu juga kok, Ma Pa tenang aja, biaya kuliah yang kalian keluarin gak sia-sia!

Jadi sebenarnya gue masuk ke komunitas pelajar Inggris yang berasal dari Indonesia. Ada banyak banget anggotanya, mereka selalu ada project di luar jam kuliah dan gue masuk ke tim photography. Kebetulan dari kecil gue suka hunting foto dan bermain-main dengan kamera jadi kebawa sampai sekarang.

Banyak yang bilang kalo bagian ini menggiyurkan, karna sepak terjangnya sama model-model luar negri. Tapi menurut gue biasa aja, yang penting gue punya kegiatan positif dan menghasilkan uang hha. Kan lumayan buat biaya hidup, gak cuma nunggu kiriman dari papa.

Beberapa bulan lalu, gue berhasil wisuda. Papa dan mama serta kak Frisky dateng kesini, cuma kak Kein yang gak bisa ikut. Tepat setahun setelah Yasmine lahir, rahimnya terpaksa diangkat. Jadi dia belum bisa bepergian jauh.

Ikut seneng bisa ngelihat kakak kandung gue satu-satunya berhasil menjadi seorang ibu, perjuangan dia luar biasa banget.

Setelah wisuda S1, gue belum ada niatan pulang ke Indonesia.

Papa nyuruh lanjut S2 disini aja, tapi gue belum kepikiran. Masih fokus sama kegiatan dan jadwal pemotretan yang makin padet.

Beruntungnya punya papa dan mama yang super pengertian, mereka gak pernah maksain masa depan anak-anaknya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tapi bener-bener diserahin ke kita sendiri.

Perhatian papa dan mama juga gak pernah kurang, segala akomodasi dan keperluan gue selama di Inggris terpenuhi. Kaya dimanja banget, jujur gue gak suka. Tapi ya gitulah mereka gak menerima penolakan.

Kalo ada yang nanya gue udah punya pengganti tante Raline apa belum, jawabannya belum! Bukan berarti gue gagal move on, tapi emang gak ada niatan buat cari pasangan di Inggris.

Tepat pukul sepuluh pagi, gue menghabiskan waktu berkeliling di kawasan Tower of London. Mencari objek yang tepat buat jadi sasaran empuk bidikan kamera.

Tapi suara teriakan perempuan menginterupsi kegiatan yang gue lakukan.

Kalo suaranya kaya dari balik gedung gue berdiri saat ini.

Tanpa pikir panjang gue langsung mencoba mencari dan mendekati sumber suara, gue juga heran kenapa gue harus tergerak, Padahal biasanya cuek. kalo bukan urusan gue, gue juga nggak bakal sudi sepeduli ini.

"Help! Please help me!"

Gue mendekat ke arah seorang perempuan yang dikepung dua orang laki-laki bertubuh besar.

Kalo dilihat-lihat sih, kayaknya nih cewek jadi sasaran perampok.

Dua orang tadi mencoba menarik tangan perempuan itu.  dengan Perlawanan yang lemah, kedua perampok berhasil mengukung tubuh mungil si perempuan.

"Help!"

Gue masih diam di tempat, tapi setelah tau mereka hampir melakukan tindakan pemerkosaan, gue akhirnya lari mendekat.

Dengan balok kayu yang bertengger di samping bangunan, Gue memukul salah satu dari kedua perampok tadi.

Bugh!!

Dia terkapar, salah satunya lagi menoleh dan langsung lari menjauh. Sayangnya tas dan koper nggak bisa gue selamatin.

"Are you okay?"

Gue menunduk, mencoba mengamati keadaannya yang berantakan. Baju bagian atasnya robek bahkan hampir tidak menutupi badannya.

Dia menoleh dengan takut-takut, gue melepas jaket dan menutup punggungnya yang terekspos.

Kasihan juga, kayaknya emang bukan asli sini. Mungkin warga asing.

"Thanks," Ucapnya lemah, hampir tidak terdengar.

Tangannya gemetaran, tangisnya Juga belum reda.

"Are you okay?" Gue tetap mencoba memastikan.

Dia mengangguk dan semakin memperlihatkan wajahnya, gue langsung terbelalak saat bertatap muka dengannya.

"Lo?!"

----//----

-Mulai aku Update sedikit demi sedikit ya-

Grateful #BaperinloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang