22. Takut

3.9K 445 38
                                    

Hei, aku balik lagi. Ada yang nungguin cerita ini gak?

***

"Berasa banget gue jomblonya kalo kayak gini," kata Althaf yang tengah menjadi supir dadakan.

"Eh, itu mobil di belakang perasaan ngikutin kita mulu deh."

"Siapa tau tujuannya sama. Jangan suudzon dulu deh," ucap Khaira mengingatkan. "Pak, abis jalan-jalan kita ke rumah Umi, ya, Khaira kangen soalnya.

Bayu masih sibuk memainkan ponselnya tak berminat untuk bicara.

"Pak, ngomong dong! Dikasih mulut tu ngomong, atau Bapak lagi sariawan?" Khaira tidak berputus asa. Dia merebut ponsel Bayu, sehingga lelaki menatapnya.

"Balikin," kata Bayu dingin.

"Gak mau! Apa susahnya sih tinggal jawab."

"Jangan panggil, Pak!"

"Ya, terus apaan? Nanti kalo Khaira kasih panggilan yang aneh, malah nyuekin."

"Suami istri lagi ribut, Dil," bisik Althaf.

"Diem lo!" semprot Bayu. Ia kembali menatap Khaira. "Balikin hp ku, jangan kayak anak kecil, kamu tu udah kuliah, udah mau wisuda malah, dewasa dikit dong."

Khaira menyerahkan ponsel itu ke tangan Bayu. Dia sama sekali malas menatap wajah datar itu.

Mereka telah sampai di sebuah resto. Suasana sangat ramai, karena hari minggu.

Bayu, Althaf, dan Fadil sudah keluar dari mobil, sedangkan Khaira masih tetap di dalam.

"Bay, Khaira gak lo ajak?" tanya Fadil.

"Dia udah besar, entar juga nyusul."

"Ebuset, setidaknya diajak. Sampe abis bermenu-menu makanan yang namanya cewek kalo gak diajak, gak bakal gerak. Gengsinya, man!"

Sementara itu di dalam mobil Khaira berdecak kesal. "Ganteng tapi gak punya hati. Masa istrinya ditinggal." Khaira menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel.

Beberapa saat ada sebuah notifikasi masuk.

Danu

Kamu di resto, ya, Ra?

Khaira mengernyit, bagaimana Danu bisa tau kalau dia ada di resto sekarang. Benar-benar ajaib, tapi ia tak mau berpikir macam-macam.

Khaira

Iya. Kenapa?

Danu

Kebetulan aku juga ada di daerah dekat resto. Boleh ketemuan? Aku mau minta maaf soal kemaren.

Khaira

Oke.

Khaira memang tidak menunjukkan sifat cerewet dan manjanya kepada orang lain. Kalau dia tak suka, maka akan cuek saja.

Khaira keluar dari mobil sambil menoleh kanan dan kiri. Matanya menangkap sosok yang tengah melambai ke arahnya.

"Makasih, Ra, udah mau ketemu aku."

"Iya."

"Kamu jangan takut, ya, sama aku. Aku gak bakal ngelakuin hal kayak gitu lagi kok."

***

Pesanan sudah datang, namun Khaira tak kunjung menyusul.

"Bay, samperin Khaira gih," suruh Althaf.

Mau tidak mau Bayu beranjak dari kursinya. "Ribet banget, sih."

***

Bayu yang sudah di luar resto mendapati Khaira tengah berbincang-bincang dengan seorang lelaki.

Dengan tatapanya yang tajam menahan emosi, ia menghampiri Khaira dan mencekal pergelangan tangan gadis itu.

Khaira terseret begitu saja. "Aw, sakit Pak!" Khaira meringis, tapi Bayu tak kunjung melepaskannya.

"Masuk!" Bayu sedikit mendorong tubuh Khaira, kemudian ia masuk juga.

Bayu mengambil ponselnya, lalu menekan kontak Althaf. "Gue balik. Kalian pulang naik taxi aja." Bayu memutuskan sambungan teleponnya, kemudian membuang benda persegi itu ke sembarang arah.

Bayu menyetir seperti kesetanan, membuat Khaira takut seketika. "Pak, jangan ngebut-ngebut dong. Khaira takut."

Bayu tersenyum sinis. "Gini aja takut, giliran ketemu si brengsek gak takut!"

Khaira bungkam. Dia tak tau apa salahnya dan apa maksud ucapan Bayu barusan.

***

Bayu menyeret Khaira, membawanya ke kamar. Kilatan emosi tergambar jelas di mata tajamnya. "Kamu gila!? Mau diperkosa lagi sama si brengsek itu? Gak kapok juga sama kejadian waktu itu?"

Khaira tertunduk. Tidak ada mulut cerewetnya. Saat ini ia tengah takut. "Di--dia cuman mau minta maaf," kata Khaira susah payah.

"Terus kamu percaya gitu aja?" Bayu semakin berjalan mendekat, sehingga membuat Khaira mundur sampai sudah menyentuh ke dinding.

Bayu menempelkan tangan kanannya di dekat kepala khaira dengan tatapan yang masih tajam.

Perlahan air mata Khaira terjatuh membasahi pipi putihnya. Tubuhnya bergetar. Dia takut sekali, bahkan tidak berani untuk menatap Bayu.

Bayu membuang napasnya kasar, dan mengalihkan pandangannya. Ia berjalan ke arah kasur, lalu mendudukkan tubuhnya. "Aku cuman gak mau kejadian waktu itu terulang lagi," kata Bayu mulai melunak.

Khaira membenamkan wajahnya di antara sela lutut. Pasalnya dia tidak pernah dimarahi sampai seperti tadi.

Bayu berjalan mendekati Khaira, ia berjongkok dan memeluk tubuh gadis itu.

Hal itu semakin membuat Khaira menangis. "Ma-maaf," ucapnya disela isakannya. "Bapak jangan marah kayak gitu. Hiks... Khaira takut."

"Maaf." Bayu merenggangkan pelukannya. Kedua ibu jarinya bergerak menghapus air mata khaira.

"Pak, Khaira mau ke rumah Umi."

"Iya, nanti aku antar. Jangan nangis lagi."

Mata khaira kembali berkaca-kaca, liburan yang diinginkannya hancur, apalagi saat dia mengingat wajah Bayu yang begitu garang. Khaira merasa ini akibat sifatnya yang terlalu kekanak-kanakan.

"Ra, jangan nangis lagi. Ayo aku antar ke rumah Umi."

Segitu dulu ya. Jangan lupa vote sama komen terbaiknya.

CEREWET VS CUEK [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang