11. Cemburu?

4.2K 417 42
                                    


Selamat membaca😊.

❤❤❤

Khaira perlahan membuka kelopak matanya. Seketika ia terbelalak dan menahan napas untuk beberapa detik. Antara senang dan takut, perasaannya menjadi satu.

Khaira langsung menjauhkan tubuhnya, hal itu membuat Bayu terbangun. Matilah dia!

"Pak, maafin Khaira, itu bener-bener gak sengaja dan Khaira gak tau."

Bayu membelakangi Khaira dan membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Pak jangan marah dong, Khaira kan gak tau."

Krik krik krik. Tidak ada jawaban membuat Khaira semakin takut kalau Bayu marah padanya.

"Pak."

"Pak jangan diemin Khaira dong."

Khaira sedikit mengintip Bayu. Ternyata dari tadi dia bicara sendirian, karena suaminya itu tidur lagi.

❤❤❤

Khaira sibuk menaruh makanan di atas meja. Saat itu yang terjadi hanyalah keheningan.

"Kalian ini kenapa, kok pada diem-dieman gitu?" tanya Salma.

Dengan polosnya Khaira hendak menjawab, tapi Bayu melototinya. "Oh iya, ya, kalo Khaira bilang pasti nanti Mama sama Papa jadi tau. Hampir-hampir," batin Khaira. Khaira mengambil tasnya yang memang sudah ada di kursi.

"Loh, Khaira mau ke mana, gak sarapan dulu, sayang?"

"Khaira harus dateng pagi-pagi ke kampus, Ma, nanti Khaira makan di sana aja."

"Bayu, kok Khaira gak dianterin?" tanya Salma mengintrogasi.

"Khaira udah biasa berangkat sendiri kok, Ma."

Salma melotot. "Udah biasa berangkat sendiri?"

Khaira mengangguk polos.

Salma menatap anak laki-lakinya itu seperti ingin menerkamnya saat ini juga.

"Ma, bukan salah Pak Bayu kok, Khaira yang pengen berangkat sendiri," belanya.

"Pak Bayu?" Salma semakin curiga dengan rumah tangga anaknya.

Khaira menggigit bibir bawahnya menahan takut, apalagi Bayu yang menatapnya dengan wajah dingin. Habislah dia.

"Khaira, jujur sama Mama, apa yang sudah dilakukan Bayu?"

"Ga-gak ada kok, Ma, kita baik-baik aja."

"Mama gak mau ada kebohongan. Bilang aja, sayang, gak usah takut."

Jantung Khaira rasanya ingin copot. Apa yang harus dia katakan sekarang?

"Ayo saya antar." Bayu beranjak dari duduknya dan berjalan mendahului Khaira.

Khaira hanya keheranan, sekaligus bahagia karena Bayu mau mengantarnya. Dia berpamitan terlebih dahulu dengan mertuanya yang masih penasaran.

❤❤❤

Bayu fokus menyetir. Matanya lurus melihat ke jalanan. "Kalo gak tau apa-apa gak usah ngomong, kalo ketauan tadi gimana?"

Khaira tertunduk. "Iya, maaf."

Bayu menghela napasnya berat. Sudah terjadi mau bagaimana lagi.

"Bapak masih marah ya soal tadi pagi?"

"Soal kamu yang meluk saya?" tanya Bayu menoleh ke arah Khaira.

Khaira membuang muka ke arah lain. Haruskah Bayu memperjelasnya? Membuat malu saja. "Gak usah bahas Pak."

"Saya marah."

Khaira langsung menghadap Bayu. "Pak jangan marah dong, lagian Khaira kan tidur jadi gak tau."

Bayu tidak memperdulikan Khaira dia kembali fokus menyetir.

"Pak, jangan diem terus dong."

"Pak."

"Hm."

"Jangan hm, hm, aja dong, kayak mau nyanyi aja," protes Khaira.

"Turun."

Dan, satu kata itu sukses membuat mulut Khaira terbuka sempurna. "Hah?!"

"Iya turun, kamu lanjut naik taxi aja berangkatnya."

"Bapak tega banget sih, gak niat banget mau nganterin."

"Emang."

Khaira menghela napasnya lalu keluar dengan perasaan kesal. Dia berjalan menjauhi mobil dan berdiri di tepi jalan. Untung saja masih pagi jadi panas belum menyengat.

Sebuah motor berhenti di depan Khaira. "Khaira?"

"Eh, Danu."

"Kok di sini? Bukannya kamu harus dateng lebih pagi hari ini?"

"Iya ni, Dan." Raut wajah Khaira berubah cemas.

Danu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kalo kamu gak keberatan, berangkat sama aku aja, gimana?"

"Makasih sebelumnya, tapi gak usah, Dan, gak enak, lagian kita bukan mahram. Kamu duluan aja, ntar telat loh."

"Aku nunggu kamu di sini juga deh." Danu menstandarkan motornya.

"Gak perlu, Dan."

"Gapapa."

Bayu yang masih berada di dalam mobil merasa risi melihat pemandangan di depannya. Dia keluar dari mobil dan menghampiri kedua makhluk itu.

Bayu menarik tangan Khaira secara paksa.

"Dan, aku pergi dulu, ya, makasih," ucap Khaira sedikit berteriak.

Danu hanya mengangguk pasrah.

"Pak tangan Khaira sakit, lagian Bapak kenapa sih, bukannya berangkat ke kantor."

"Semua cewek sama aja, ya?"

"Semua? Maksud Bapak apa, ya? Khaira gak paham."

"Masuk!"

Khaira tak lagi bersuara. Dia segera masuk ke dalam mobil. "Maksudnya semua cewek itu sama apa, ya?" batinnya.

Mau setiap bagiannya panjang? Nanti ya di bagian-bagian selanjutnya, In Shaa Allah, dipanjangin. Makanya kalian juga jangan malas ngevote sama komen hehe...

CEREWET VS CUEK [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang